Kini di era MEA 2015 war for talent antar organisasi telah menjadi kenyataan di depan mata kita. Kebutuhan unit kerja, organisasi dan kepesatan peningkatan perusahaan tidak diiringi ketersediaan penawaran profesional yang sepadan. Hal ini mengakibatkan perang talenta memanas hingga ke level tertinggi. Persaingan perekrutan dan pembajakan talenta profesional bahkan menghadirkan praktik perang talenta di luar batas logika akal sehat. The demands for talent for exceeds supply. Manajemen talenta, tak pelak merupakan salah satu isu prioritas yang paling membuat pusing para eksekutif puncak dewasa ini

Selasa, 17 Juni 2014

CHR: It's a SHOW time


Sebagai sesama pimpinan berawalan C, artinya setara dengan Chief lain seperti CMO, CIO dan CFO, maka bidang Human Resources ini sedang mendapat kesempatan seluas-luasnya untuk menjadi C dengan Capital C, Bold dan Italic. Artinya, secara kesempatan sedang berada pada angin buritan, tinggal bagaimana mampu ‘riding the waves’.

Pasalnya, saat ini C yang tertinggi alias Chairman, CEO atau COO sedang berada pada ‘ketakutan’ yang ‘membahagiakan’. Bisnis yang sedang berada pada siklus ‘Up trend’, menanjak dan belum menunjukkan dampak resesi akibat sub prime mortgage USA, membuat kengerian sendiri bagi para Top C.

Majalah Swa membahas tuntas sepuluh permasalahan yang dianggap sebagai persoalan utama oleh para CEO adalah :
1.     Managing Change (67.39 %)
2.     Develop Leader (56.52 5)
3.     Sustaining Business Growth (56,52 %)
4.     SDM dan Kompetensi – managing people (45.65 %)
5.     Transformasi Bisnis (39.13 %)
6.     Ekspansi Bisnis (36.96 %)
7.     Kompetisi Global (30.43 %)
8.     Kompetisi Lokal (28.26 %)
9.     Budaya Kerja (13.04 %)
10.  Peraturan Pemerintah dan ketidakpastian hukum (10.87 %)

Perhatikan ‘The 10 Challenges dan Pain’ yang sedang dihadapi oleh Top C Class. Their Pain is CHR Gain, if you can help them to resolve it. Dua masalah paling utama justru bukan soal gonjang ganjing peraturan dan kepastian hukum yang sering kita dengar celotehan mereka di media massa, tapi kejujuran yang berasal dari hati mengatakan bahwa HR adalah the source of their fear. HR adalah daya dorong dan akselerator atau penghambat bagi pertumbuhan bisnis dan pertumbuhan pangkat para top C itu sendiri.

Perhatikan pula, bagaimana ke 46 CEO hasil riset SWA ini berupaya menanggulangi mimpi buruk mereka menyuarakan ‘The 10 solutions Needed by CEO’ :
1.  Memaksimalkan ‘training dan develoment’ untuk meningkatkan kompetensi, kualitas, produktivitas, dan kreativitas (73.91 %)
2.  Melakukan change management, menyiapkan change journey dan user ownership terhadap perubahan yang ada (39.13 %)
3.  Melakukan inovasi dan efisiensi di bidang produksi, distribusi, dan pemasaran (28.26 %)
4.  Mengembangkan pool of talents (26.09 %)
5.  Menyeimbangkan ekspansi pada bisnis inti, juga mendiversifikasi usaha agar resiko tersebar di banyak tempat (26.09 %)
6.  Membangun team capability dan membuat terobosan bisnis (21.74 %)
7.  Menggenjot keunggulan kompetitif dan mengontrol biaya (15.22 %)
8.  Membuat jejaring yang ekstensif dengan komunitas bisnis (15.22 %)
9.  Meningkatkan peluang untuk terjadinya aliansi strategis dan kerjasama bisnis (10.87 %)
10.  Menciptakan ‘super leader’ disetiap level manajemen (10.87 %)

Dari 10 pil yang dipikirkan menjadi kebutuhan para CEO tadi, ternyata dua peringkat teratas juga merupakan keahlian, kompetensi dan kemampuan para praktisi HR. Ini adalah peluang untuk menjadi mitra yang bukan hanya mampu mengobati tapi juga mampu menciptakan sinergi untuk membuat kesehatan organisasi menjadi jauh lebih prima dari sebelumnya.

It’s a SHOW TIME !!!!!!
Justru ditengah bisnis yang sedang menanjak, CEO semakin membutuhkan peran CHR. Bukan pada saat bisnis turun saja ketika CEO banyak berdialog dengan CHR soal merumahkan dan mem PHK. Diskusi hanya seputar pesangon dan uang jasa yang menyakitkan hati. Saat senang inilah, CHR sangat dibutuhkan oleh para CEO.

It’s a Show Time NOW !!!!
Sebagai Change Specalist dan Change Master, saatnya CHR unjuk gigi dalam membuat Change Destiny yang dibutuhkan. CHR harus mampu merumuskan Change Destiny bukan hanya Change Journey maupun Change Management.

Ketika perubahan sudah menjadi kebutuhan para CEO, maka CHR harus mengambil peran terdepan untuk membuat perubahan ini menjadi aktivitas untuk merubah wajah organisasi secara keseluruhan dan fundamental. Bukan hanya berkutat soal cara, how do we get there, tapi bahkan mencakup soal apa yang harus diubah, where are we going to go.

Artinya, dalam bahasa sederhana, CHR tidak sekedar fasilitator diskusi antar para C untuk merumuskan Misi, Visi, Guideline, Objectives dan Priority Measures tapi CHR adalah konseptor. Penguak tabir mimpi CEO yang mampu membuatnya ‘implementable’ di lapangan. From Conception to Consumption atau from Womb to Tomb harus ditengarai dengan seksama oleh para CHR.

Sayangnya kesempatan itu tidak bisa ditunda. You have to act NOW. Tomorrow may not be your day. Jangan pernah tunda. Saatnya datang ke Board Room dengan ‘Change Destiny’ dan ‘Leader Development ‘framework.
War of Talents dan War of Change akan didengungkan dengan konsep yang sudah anda susun. Kalau ini terjadi, anda sedang merenda karir yang lebih menantang dan memberi nilai tambah yang menghasilkan ‘great legacy’ yang ‘no one can steal it from you’. You are a history maker not just history writer or history teller of your company.
 
You are the one who can make their problems solved.
It’s your show time, partner.

Paulus Bambang WS.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar