Kini di era MEA 2015 war for talent antar organisasi telah menjadi kenyataan di depan mata kita. Kebutuhan unit kerja, organisasi dan kepesatan peningkatan perusahaan tidak diiringi ketersediaan penawaran profesional yang sepadan. Hal ini mengakibatkan perang talenta memanas hingga ke level tertinggi. Persaingan perekrutan dan pembajakan talenta profesional bahkan menghadirkan praktik perang talenta di luar batas logika akal sehat. The demands for talent for exceeds supply. Manajemen talenta, tak pelak merupakan salah satu isu prioritas yang paling membuat pusing para eksekutif puncak dewasa ini

Kamis, 26 Juni 2014

Apa sih yang dimaksud dengan Leader’s Personal Branding?

Personal branding adalah proses dimana orang dan karirnya ditandai sebagai merek. Selanjutnya didefinisikan sebagai penciptaan aset yang berhubungan dengan orang tertentu atau individu; ini termasuk namun tidak terbatas pada, pakaian, penampilan tubuh, dan pengetahuan yang terkandung dalam diri seseorang, yang menyebabkan kesan unik yang tak terhapuskan dan bisa dibedakan, Tom Peters. Personal Branding juga merupakan kunci untuk membangun dan menghasilkan jutaan orang-orang yang profesional. Personal branding digunakan sebagai alat untuk membentuk pandangan orang lain kepada diri mereka. Montoya dan Vandehey (2005) mengemukakan bila personal branding digunakan dengan benar, dengan kreativitas, perencanaan, dan konsistensi, maka dapat dipastikan karyawan bertalenta akan memiliki suatu merek pribadi yang dapat membantu mereka melakukan tiga hal: (1) Membangun nama dan memberikan gambaran kepribadian mereka pada orang lain, dimana dari kedua hal tersebut akan memberikan gambaran yang memang dibutuhkan darinya. (2) Memberikan ketertarikan dan penjelasan yang lebih jelas dan bisa menguntungkan klien. (3) Membantu mereka mempertahankan kliennya, bahkan ketika bisnis sedang berjalan lambat bagi orang lain.
Beberapa definisi dari personal branding pada literatur seperti (Peters, 1997: Hansen, 2007; Montoya, 2005a; McNally and Speak, 2003; Arruda, 2007 dalam Rampersad 2008:4)
(1)   Satu persepsi atau emosi yang terkendali oleh orang lain mengenai personal branding.
(2)   Satu refleksi dari karyawan dan apa yang dipercaya, diekspresikan oleh apa yang dilakukan dan bagaimana melakukannya.
(3)   Mestimulus maksud dari persepsi nilai dan kualitas yang karyawan pegang.
(4)   Mempengaruhi bagaimana karyawan lain merasakan personal branding.
(5)   Sejumlah ekspektasi dan asosiasi tumbuh dalam pikiran dari target audience.
(6)   Satu gambaran pemimpin yang ia inginkan ke proyek apapun yang ia kerjakan.
(7)   Mengeliminasi kompetisi dan membuat pemimpin berbeda dan lebih baik dari seluruh kompetisi pada pasar.


Menjadikan Merek Pribadi Otentik (Authentic Personal Branding) menurut Rampersad (2008:15) mengemukakan bahwa Ambisi Pribadi adalah gabungan dari visi pribadi, peranan kunci dari internal, external, pengetahuan dan pembelajaran dan keuangan. Lebih lanjut dinyatakan pula bahwa Pernyataan Merek Pribadi (Personal Brand Statement) adalah gabungan dari ambisi pribadi, tujuan baru, kekhususan, pelayanan, spesialis dan bidangnya. Hal ini sama dengan Pernyataan Merek Pribadi adalah gabungan visi pribadi, misi, peran kunci, tujuan baru, kekhususan, pelayanan, spesialis dan bidangnya. Yang dimaksud dengan merek pribadi kandidat leader adalah persepsi atau emosi yang dimiliki orang lain mengenai diri merek pribadi kandidat leader tersebut. Merek pribadi kandidat leader adalah karyawan yang telah dipilih manajemen perusahaan dalam talent pool.
Kandidat leader yang mem-brand kan diri berarti berdaya upaya untuk tampil menonjol dan berbeda dibanding kebanyakan orang. Personal branding sebagai daya upaya seseorang untuk membangun persepsi publik mengenai jaminan apa yang bisa dia berikan kepada masyarakat umumnya atau pasar khususnya. Mereka yang memiliki personal brand kuat pasti sangat dikenal alias populer, sangat dipercaya, diidentikan dengan sesuatu hal atau bidang, dipersepsi memiliki kemampuan di atas rata-rata, sehingga namanya sudah menjadi sebuah jaminan dalam bidang yang ditekuninya. Merek pribadi disebut sebagai personal branding, sebuah cara memposisikan diri sendiri sebagai apa atau siapa. Laura (1997:23) menyebutkan, dengan personal branding kandidat leader akan membangun diri mereka sebagai ahli di bidang yang dipilih, membangun reputasi yang solid dalam industri mereka dan meningkatkan ketenaran mereka serta meningkatkan nilai mereka yang dirasakan pasar.
Memiliki personal branding yang kuat akan memiliki manfaat, di antaranya;
(1)   Mestimulus arti persepsi mengenai nilai dan kualitas yang karyawan anut.
(2)   Mengatakan kepada karyawan lain siapa personal branding, apa yang dilakukan, apa yang membuat personal branding berbeda, bagaimana personal branding membuat nilai untuk mereka dan apa yang mereka dapat harapkan ketika mereka sepakat dengan personal branding.
(3)   Bagaimana mempengaruhi yang lain merasakan personal branding.
(4)   Membuat ekspektasi dalam benak orang lain dari apa yang akan mereka dapat ketika mereka kerja dengan personal branding.
(5)   Membuat satu identitas dengan membuat ini lebih mudah untuk orang lain untuk mengingat siapa personal branding.
(6)   Dapatkan prospek untuk melihat sebagai hanya solusi untuk problem mereka.
(7)   Menempatkan karyawan di atas kompetisi dan membuat unik dan lebih baik dari pesaing di pasar.
Dengan personal branding secara efektif, kandidat leader akan mampu menjadi ahli dalam bidang tertentu, membangun reputasi solid dalam industri tertentu, serta meningkatkan reputasi dan nama baik di pasaran. Tujuan personal branding adalah agar supaya bisa mempunyai identitas atau image yang menonjol dan berbeda dari yang lain. Setelah mereka fokus dan mampu menyampaikan pesan tentang siapa diri mereka, langkah terakhir adalah menyebarkan semua itu dengan menggunakan media-media yang cocok atau yang digunakan oleh audiens mereka. Sesuatu asumsi yang melekat pada kandidat leader, atau mereka dianggap seperti apa oleh orang lain. Sebagian orang juga mengartikan personal branding itu sama dengan pencitraan. Jika secara sadar orang membangun personal branding, maka ia pastinya akan tahu apa yang melekat dari dirinya. Tapi jika secara tak sadar telah membangun personal branding nya tentunya ia bisa mengetahui brand apa yang melekat pada dirinya melalui orang lain. Kandidat leader adalah bisnisnya, artinya klien tidak melihat mereka karena bentuk bisnis mereka dan sebagus apa kantor mereka, tetapi karena sesuatu yang lebih menarik klien dan membuat klien percaya pada kemampuan dan keahlian mereka, kemudian klien akan memilih untuk bekerja dengan mereka. Permasalahannya adalah dikarenakan personal branding merupakan siapa diri kandidat leader, dan mereka adalah bisnis mereka sendiri, maka semua tergantung kepada bagaimana mereka mengelola dan menghabiskan banyak waktu untuk membangunnya. Hal yang sangat perlu diperhatikan dalam membangun personal branding adalah “Personal Brand is you”, sehingga yang terpenting adalah memberikan gambaran pada klien atau orang lain tentang dua hal yaitu: Siapa diri kandidat leader dan apa kemampuan mereka. Hal ini menggambarkan tentang nilai, kepribadian, keahlian, dan kualitas diri karyawan bertalenta di bandingkan dengan competitors.
Personal branding akan dapat menimbulkan suatu bentuk harapan dalam pikiran orang lain tentang apa yang akan mereka dapatkan ketika mereka bekerja dengan mereka. Jika mereka telah memiliki target pasar dalam personal branding, maka pasti akan ada promise yang diberikan berdasarkan apa brand nya pada target pasar. Promise inilah yang harus dipenuhi pada target pasar agar mereka selalu ingin untuk bekerja bersama dengannya. Personal brand adalah suatu hubungan yang dapat memberikan pengaruh pada klien atau prospek mereka. Kemampuan dan penguasaan kandidat leader dalam suatu atribut akan mempengaruhi besarnya pengaruh yang bisa diberikan pada mereka. Misalnya, jika ada teman baik mereka mengatakan harus berhenti merokok karena hal ini dapat merusak kesehatan, tentu mereka tidak akan mendengarnya. Berbeda jika seorang dokter spesialis yang mengatakannya langsung padanya, maka ia akan menganggapnya hal ini merupakan masalah yang serius. Ini bisa terjadi tentu disebabkan oleh adanya kekuasaan dan keahlian dalam bidang kesehatan bagi seorang dokter spesialis dibandingkan dengan temannya.
Masih banyak persepsi di kalangan pemimpin perusahaan bahwa personal branding hanyalah sesuatu yang bersifat pribadi. Bahkan ada kekhawatiran, jika kandidat leader memiliki personal brand yang bagus hanya akan diambil oleh perusahaan lain. Personal brand yang dilakukan oleh individu-individu kandidat leader justru pada akhirnya akan memberikan keuntungan bagi perusahaan. Personal branding itu bersifat pribadi, tapi pribadi seorang kandidat leader adalah bagian dari organisasi, sehingga akan mendorong terjadi multiply branding di tingkat organisasi. Orang-orang yang menangani brand juga punya brand (personal) yang bagus, jangan sampai karyawan bertalenta berkeluh kesah kepada kliennya tentang organisasi. Social Identity Theory (SIT) yang dikembangkan oleh Tajfel dan Turner (1979) berdasarkan sosial psikologi dan pengujian hubungan antar grup dan proses dirinya (Grimmer, 2009:20). Komponen inti dari SIT adalah mengapa dan bagaimana klasifikasi Personal branding dan lainnya kedalam grup sosial dan mengapa perilaku mereka digunakan didalam grup-grup. Individu dipakai pada perbandingan evaluasi antara didalam grup dan diluar grup membantu menjaga nilai didalam grup mereka sendiri dan identitas sosial (Grimmer, 2009:21).
Penelitian pemasaran pada hubungan antar konsumsi dan identitas menunjukkan individu memberi wewenang melalui konsumsi membangun identitas mereka sendiri atau mereka mau menjadi apa (diri sendiri yang ideal atau menjadi diri masa depan) (Shankar, Elliott dan Fitchett, 2009). Identitas tidak lagi ganjil, mutlak, teguh; identitas adalah dinamis, satu proyek atau proses dari sesuatu rakitan dan rakitan ulang untuk menjadi terorganisasi dan teratur (Shankar, Elliott & Fitchett, 2009). Branding menggunakan konsep ini lebih lanjut dengan memberikan generasi muda mengkonsep mereka sendiri sebagai brands, mereka merakit dan mengatur identitas sebagai satu brand (Tokuhama, 2011). Manfaat dari memiliki personal brand, seperti manfaat ketika merekrut seorang yang memiliki personal brand adalah akan membuat kandidat leader menjadi pemimpin yang tangguh, memiliki suara dan mengharuskan tetap menggunakan komunitas online, social trends dan mengembangkan metode komunikasi. Yang terpenting memiliki personal brand adalah menjadikan kandidat leader seorang penyampai cerita yang lebih baik. Chef executive officer (CEO) dengan personal brand yang kuat memiliki misi sosial kedalam identitas online nya dan dapat menjadi sesuatu aset yang luar biasa untuk menyampaikan sesuatu cerita yang menimbulkan perubahan. Mereka menjadi pemimpin yang bersemangat tidak hanya dari organisasi tetapi dari penyebab.
     Kandidat leader membangun personal brand untuk mengikutsertakan, membuat jaringan dan membentuk kredibilitas sebagai pemimpin yang tangguh. Bila reputasi sudah bagus dan terpercaya, seseorang kemudian bisa merencanakan beberapa pengembangan diri agar cita-cita hidup yang belum tercapai bisa segera diraih. Sama halnya dengan sebuah merek, pencitraan diri seseorang itu mahal sekali. Mereka perlu menjadikan diri mereka sendiri lebih baik lagi sebagai karyawan profesional yang bernilai lebih di lingkungan mana pun berada. Tidak hanya perlu dijaga, citra diri juga perlu ditingkatkan terus-menenerus. Citra diri perlu terus ditingkatkan di mata stakeholders, yakni teman sekerja, atasan, bahkan di mata para head-hunter agar tujuan yang hendak diraih dalam peningkatan karier dapat tercapai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar