Kini di era MEA 2015 war for talent antar organisasi telah menjadi kenyataan di depan mata kita. Kebutuhan unit kerja, organisasi dan kepesatan peningkatan perusahaan tidak diiringi ketersediaan penawaran profesional yang sepadan. Hal ini mengakibatkan perang talenta memanas hingga ke level tertinggi. Persaingan perekrutan dan pembajakan talenta profesional bahkan menghadirkan praktik perang talenta di luar batas logika akal sehat. The demands for talent for exceeds supply. Manajemen talenta, tak pelak merupakan salah satu isu prioritas yang paling membuat pusing para eksekutif puncak dewasa ini

Jumat, 11 Juli 2014

Memprihatinkan, Indonesia Kekurangan SDM Berkualitas! Smoga Presiden RI yang baru akan dapat memperhatikan masalah ini



Tak disangka, perekonomian Indonesia yang tumbuh cukup bagus di tengah krisis ekonomi global, mempunyai masalah dalam hal sumber daya manusia. The Boston Consulting Group (BCG) melihat negara republik ini kekurangan tenaga kerja yang berkualitas. Jika tidak diatasi segera, lembaga ini memprediksi selisih permintaan dan penawaran akan tenaga kerja tersebut bakal melebar.
Hal itu dikemukakan BCG dalam laporannya yang berjudul “Growing Pains, Lasting Advantage: Tackling Indonesia’s Talent Challenges.”
Detailnya, dalam rilis yang diterbitkan Selasa (28/5/2013), BCG melihat bahwa, saat ini, Indonesia sudah menghadapi kekurangan manajer tingkat menengah. Dan di tahun 2020, kesenjangan antara
permintaan dan penawaran akan semakin tinggi, yaitu mencapai 56 persen. Padahal ekonomi Indonesia diprediksi akan masuk dalam 15 besar dunia dalam sepuluh tahun mendatang.
Tahun 2020, BCG berpandangan, perusahaan-perusahaan besar di Indonesia hanya bisa mengisi sekitar setengah kebutuhan pekerja tingkat pemula dengan kandidat yang benar-benar berkualitas. Di tingkat senior, dari segi jumlah, tingkat kekurangan diperkirakan akan lebih rendah. Akan tetapi, banyak kandidat kurang memiliki pengalaman global dan kemampuan memimpin yang dibutuhkan untuk meraih kesuksesan.
Kondisi tersebut muncul karena sistem pendidikan nasional dalam mempersiapkan pelajar untuk menghadapi dunia kerja masih lemah. Alhasil, sumber daya manusia di Indonesia pun tidak siap menghadapi pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, juga pertumbuhan sektor  jasa yang sangat cepat.
Hanya 22 persen dari populasi usia kuliah di Indonesia yang melanjutkan pendidikan ke jenjang universitas. Persentase ini lebih rendah dibandingkan dengan Brasil, Rusia, dan China. Persoalan semakin diperburuk dengan fakta bahwa hampir 60 persen lulusan berganti pekerjaan pada tiga tahun pertama dan lebih dari sepertiganya berganti pekerjaan lebih dari sekali.
“Meskipun kondisi tenaga kerja ini terlihat suram di masa depan, perusahaan tidak perlu merasa kalah. Dengan mengatasi masalah ini sekarang, mereka bisa melompat jauh dibandingkan kompetitor yang kurang berpandangan jauh ke depan,” ungkap Dean Tong, Partner BCG dan salah satu  penulis laporan.
Solusi terhadap masalah
Sebagai penyelesaian terhadap masalah SDM ini, BCG dalam laporannya menyatakan bahwa perusahaan harus secara komprehensif mengatasi masalah tenaga kerja dan kepemimpinan. Perusahaan juga tidak bisa bergantung pada strategi jangka pendek, seperti merekrut pekerja dari perusahaan kompetitor. Karena, berburu tenaga kerja dari kompetitor akan mengirim pesan tidak sehat pada karyawan, yakni bila mereka ingin meningkatkan karirnya maka mereka harus berganti pekerjaan.
Karena itu, BCG menyarankan delapan pendekatan yang dapat digunakan untuk perencanaan tenaga kerja, rekrutmen, pelatihan, pengembangan karir, manajemen kinerja, merek perusahaan, keahlian pekerja, dan sistem meritokrasi. Beberapa perusahaan di Indonesia telah mulai menerapkan beberapa elemen dari pendekatan ini. Astra International, salah satu contohnya, telah membangun Astra Management Development Institute, yang mengelola program pengembangan untuk para pegawai baru dan dua tingkatan teratas pemimpin perusahaan.
Lalu, Pertamina, sebagai Badan Usaha Milik Negara, menggunakan media sosial dalam usaha merekrut pegawai. Perusahaan tersebut memiliki 50.000 pengikut di Twitter dan Facebook. Pertamina menggunakan kedua media tersebut untuk berinteraksi dengan tenaga kerja potensial.
“Menciptakan sistem pengelolaan tenaga kerja yang terbaik membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk dicapai dan seumur hidup untuk dijaga,” tambah Bernd Waltermann, Senior Partner BCG dan salah satu penulis laporan “In Indonesia, where talent is so scarce, companies that create that edge will keep it for a long time.” (EVA)

2 komentar:

  1. Menurut saya, jalan satu-satunya untuk meningkat kualitas SDM di Indonesia adalah dengan membangun pendidikan yang berkualitas. Karena pendidikan yang berkualitas dapat merubah pola pikir dan tindakan. Namun tidak bisa dipungkiri, lingkungan juga sangat berpengaruh terhadap pola pikir tersebut. Jadi intinya, semua yang berada disekitar kita sangat berperan dalam meningkatkan SDM yang berkualitas.

    *Tiara Kesuma. W - STIMI Banjarbaru

    BalasHapus
  2. Tya, saya setuju dengan pendapat anda dan untuk membangun pendidikan yang berkualitas perlu pendidik yang berkualitas pula, oleh karenanya insentif dan take home pay mereka perlu dapat perhatian serius dari pemerintah RI yang baru.Pemerinatah perlu mempelajari hal ini dari negara tetangga.

    BalasHapus