Kini di era MEA 2015 war for talent antar organisasi telah menjadi kenyataan di depan mata kita. Kebutuhan unit kerja, organisasi dan kepesatan peningkatan perusahaan tidak diiringi ketersediaan penawaran profesional yang sepadan. Hal ini mengakibatkan perang talenta memanas hingga ke level tertinggi. Persaingan perekrutan dan pembajakan talenta profesional bahkan menghadirkan praktik perang talenta di luar batas logika akal sehat. The demands for talent for exceeds supply. Manajemen talenta, tak pelak merupakan salah satu isu prioritas yang paling membuat pusing para eksekutif puncak dewasa ini

Rabu, 02 Juli 2014

Personal Branding Menurut Montoya

Pengertian umum personal branding Montoya (2005b:17)
1. Otentik. Membangun personal brand (merek atau cap pribadi) berdasarkan kepribadian sendiri, kepribadian pribadi yang dicintai. Kandidat leader dapat mempelajari dari mereka yang telah berhasil, tetapi tidak meniru brand nya, karena bila meniru, mereka hanya akan dianggap sebagai plagiat atau just another ‘someone’. Brand harus mencerminkan karakter, nilai dan visi. Misi pribadi dari pribadi brand ini harus diselaraskan dengan ambisi. Membangun personal brand yang otentik merupakan perjalanan dan proses evolusi yang organik. Prosesnya dimulai dari menentukan siapa jati diri karyawan yang otentik. Penentuan ini dilakukan berdasarkan mimpi, visi, misi, falsafah hidup, nilai, peran utama, identitas, pengetahuan diri, dan kepedulian dirinya. Jadi bukan membuat merek pribadi dengan mencontoh merek pribadi lain yang tidak merefleksikan diri sejati kita.
2. Konsisten. Brand yang baik adalah brand yang konsisten, baik dari jenis produk yang ditawarkan, target pasarnya dan juga logonya. Bila diterapkan dalam personal branding, maka kandidat leader memerlukan konsistensi dalam berperilaku. Konsisten tidaklah mudah, karena mereka butuh keberanian untuk ‘setia’ pada perilaku, karakter dan spesialisasi mereka. Betapa banyak dari karyawan yang berpindah karena tidak tekun dalam bidang yang digeluti atau positioning mereka, karena dirasa tidak menguntungkan. Padahal mungkin saja bidang itu bisa menguntungkan kalau mereka pandai dan kreatif dalam mengemasnya. Tetapi kalau mereka bergerak di bidang yang mereka cintai, maka mereka semua tidak pernah bosan menekuninya.

3. Spesialisasi. Fokus pada satu bidang yang dicintai Kandidat leader. Konsentrasi pada satu bakat khusus atau keterampilan unik saja. Memiliki pengetahuan dan bergerak di banyak bidang memang sama sekali tidak buruk, tetapi menjadi generalis tanpa ada keterampilan, kemampuan atau bakat khusus, akan membuat mereka tidak unik, tidak spesial, dan tidak berbeda.
4. Relevan. Brand pemimpin harus memiliki pesan yang terkait dengan sesuatu yang dianggap penting oleh target audiens. Sudah pasti, target audiens rela membayar untuk hal yang dirasa mereka penting bagi pengembangan dirinya, atau minimal sangat menarik bagi mereka.
5. Berbeda. Membedakan diri berdasarkan brand nya. Personal brand perlu diekspresikan secara unik dan berbeda dari pesaing. Personal brand harus didefinisikan dengan jelas sehingga audience dapat dengan cepat menangkap pesannya. Dengan personal brand yang otentik maka karakteristik terkuat, atribut dan nilai-nilai kita dapat memisahkan karyawan dari kebanyakan orang. Tanpa semua pembeda ini, karyawan hanya akan tampak seperti kebanyakan orang.
6. Goodwill (berkehendak baik). Personal Brand akan tahan lama bila karyawan dipandang secara positif oleh karyawan lain. Orang hanya ingin berbisnis atau berhubungan dengan yang mereka percaya.
Tanpa visi, tanpa pengetahuan, tanpa pembelajaran, tanpa pemikiran, tanpa perubahan pola pikir, tanpa integritas, tanpa kebahagiaan, tanpa gairah, tanpa kepercayaan dan tanpa cinta, maka tidak akan ada merek pribadi otentik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar