Kini di era MEA 2015 war for talent antar organisasi telah menjadi kenyataan di depan mata kita. Kebutuhan unit kerja, organisasi dan kepesatan peningkatan perusahaan tidak diiringi ketersediaan penawaran profesional yang sepadan. Hal ini mengakibatkan perang talenta memanas hingga ke level tertinggi. Persaingan perekrutan dan pembajakan talenta profesional bahkan menghadirkan praktik perang talenta di luar batas logika akal sehat. The demands for talent for exceeds supply. Manajemen talenta, tak pelak merupakan salah satu isu prioritas yang paling membuat pusing para eksekutif puncak dewasa ini

Rabu, 02 Juli 2014

Personal Branding menurut Stephen R Covey dan Kesshoen

Pendapat lain mengenai membangun personal branding adalah dari Kesshoen (2008:37) yang menyatakan bahwa diperlukan 5Ps untuk membangun personal branding, yaitu: (1) Proposotion, (2) Purpose, (3) Preverance, (4) Packaging, (5) People. 5Ps dimaksud sebagai berikut; Proposition adalah brand essence intisari dari brand. Personal branding adalah kompetensi inti. Purpose adalah tujuan yang harus dinyatakan dengan jelas dan sesuatu yang menarik serta spesialisasi atau keahliannya. Perseverance adalah ketekunan adalah hal yang diperlukan bagi personal branding termasuk menjaga 3Cs (clarity, consistency dan constancy). Packaging adalah bagaimana personal branding dikemas sehingga menarik bagi rekan kerja, atasan, klien, pelanggan dan pengikut pada blog area. Packaging juga dimaksudkan sebagai tampilan yang menarik pada blog website. People adalah bagaimana personal branding menjaga hubungan dengan orang-orang pada lingkungannya seperti rekan kerja, atasan, klien, pelanggan dan pengikut pada blog area.
Pendapat Covey (2005:225), mengenai membangun personal branding adalah dengan menjalankan tujuh kebiasaan prinsip-prinsip yang menyangkut karakter yang membentuk siapa dan apa diri karyawan. Kebiasaan-kebiasaan ini memberikan basis bagi kedibilitas, wewenang moral dan keterampilan yang membuat karyawan memiliki pengaruh besar dalam sebuah organisasi, termasuk keluarga, komunits dan masyarakat. Tujuh Kebiasaan Manusia yang Sangat Efektif merupakan esensi pewujudan dari upaya manusia untuk menjadi seseorang yang seimbang, utuh dan kuat serta menciptakan sebuah tim yang saling melengkapi berdasarkan rasa saling menghormati. Itu adalah prinsip-prinsip dari karakter pribadi. Tujuh Kebiasaan Manusia yang Sangat Efektif tersebut adalah (1) jadilah proaktif, (2) Mulai dengan Tujuan Terakhir, (3) Dahulukan yang Utama, (4) Berpikir Menang-menang, (5) Berusaha Memahami Dulu, Baru Kemudian Berusaha dipahami, (6) Bersinergi, (7) Mangasah Gergaji. Tiga kebiasan yang pertama bisa diringkas dalam sebuah pernyataan empat kata yang sederhana. Membuat dan memenuhi janji. Kemampuan untuk membuat janji adalah proaktivitas (Kebiasaan 1). Apa yang dijanjikan adalah Kebiasaan 2, dan memenuhi janji adalah Kebiasaan 3. Tiga kebiasaan selanjutnya bisa diringkas dalam sebuah kalimat pendek: Libatkan orang dalam permasalahan dan carilah penyelesaiaannya bersama-sama. Hal ini memerlukan rasa saling menghormati (Kebiasaan 4), saling memahami (Kebiasaan 5) dan kerja sama kreatif (Kebiasaan 6). Kebiasan 7, Mengasah Gergaji adalah meningkatkan kompetensi di empat bidang kehidupan: tubuh, pikiran, hati dan jiwa. Kebiasaan ini memperbaharui rasa aman seseorang yang berasal dari kedalaman dirinya sendiri (Kebiasaan 1, 2, dan 3) dan memperbaharui semangat maupun karakter untuk membentuk tim yang saling melengkapi.


Tiga hal yang dapat dilihat dari prinsip adalah: Pertama, prinsip-prinsip itu bersifat universal. Artinya, prinsip-prinsip itu mangatasi batas-bata budaya dan terkandung dalam semua agama utama dunia maupun falsafah hidup yang tidak lekang oleh waktu. Kedua, prinsip-prinsip ini abadi, tak pernah berubah. Ketiga, prinsip-prinsip ini terbukti dengan sendirinya. Dalam hal prinsip-prinsip yang mendasari 7 Kebiasaan, karyawan tidak bisa membantah pentingnya tanggung jawab atau inisiatif, memiliki tujuan, integritas, saling menghormati, saling memahami, kerja sama, kreatif atau pentingnya untuk terus-menerus memperbarui diri. Masing-masing kebiasaan dalam 7 Kebiasaan tidak hanya mewakili sebuah prinsip, tetapi juga sebuah paradigma, sebuah cara berpikir. Kebiasaan 1, Menjadi Proaktif adalah sebuah paradigma determinasi diri atau penetapan diri dan bukan sekedar determinasi generik, sosial, fisik atau lingkunngan. Inilah kekuatan dari pilihan. Kebiasaan 2, Memulai Dengan Tujuan Akhir, adalah sebuah paradigma yang menyatakan bahwa semua hal diciptakan dua kali, pertama secara mental dan baru kemudian secara fisik. Kebiasaan 3 adalah paradigma prioritas, tindakan dan pelaksnaan. Kebiasaan 4, 5 dan 6 Berpikir Menang-menang, berusaha Memahami Dulu Lalu Berusaha Dipahami dan Bersinergi adalah paradigma-paradima pemikiran berkelimpahan saat berhubungan dengan pihak lain, melimpahkan rasa hormat, rasa saling memahami dan menghargai perbedaan. Kebiasaan 7 adalah paradigma perbaikan terus-menerus dari sebuah pribadi utuh. Ini adalah kebiasaan untuk pendidikan, pembelajaran dan pembuatan komitmen ulang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar