Kini di era MEA 2015 war for talent antar organisasi telah menjadi kenyataan di depan mata kita. Kebutuhan unit kerja, organisasi dan kepesatan peningkatan perusahaan tidak diiringi ketersediaan penawaran profesional yang sepadan. Hal ini mengakibatkan perang talenta memanas hingga ke level tertinggi. Persaingan perekrutan dan pembajakan talenta profesional bahkan menghadirkan praktik perang talenta di luar batas logika akal sehat. The demands for talent for exceeds supply. Manajemen talenta, tak pelak merupakan salah satu isu prioritas yang paling membuat pusing para eksekutif puncak dewasa ini

Minggu, 17 Agustus 2014

Lebih jauh mengenai Groupthink

Menurut I.L.Janis, groupthink adalah  proses pembuatan keputusan yang kurang baik, yang besar kemungkinannya akan menghasilkan keputusa yang merugikan.

dari anlisa-anlisa I.L.Janis, ditemukan bahwa ada tiga anteseden yang mendahului timbulnya groupthink:
  • Kekompakan kelompok yang tinggi,
  • Kesalahan struktural dalam kelompok,
  • Kurang ada tradisi kempemimpinan yang tidak memihak,
  • Kurang ada norma yang menuntut prosedur yang teratur,
  • Latar belakang sosial dan ideologi yang seragam dari anggota.



Gejala-gejala groupthink
Suatu kelompok yang sudah dihinggapi groupthink menunjukkan gejala-gejala sebagai berikut:
Persepsi yang keliru bahwa kelompok tidak akan terkalahkan,
Rasionalisasi kolektif ( membenarkan hal-hal yang salah sebagai hal yang wajar),
Percaya pada moralitas  tependam yang ada dalam diri kelompok,
Stereotip terhadap kelompok lain,
Tekanan langsung pada anggota yang pendapatnya berbeda dari pendapat kelompok,
sensor diri snediri terhadap penyimpangan dari konsensus kelompok,
Ilusi bahwa semua anggota kelompok sepakat dan bersuara bulat,
Otomatis menjaga mental untuk mencegah atau menyaring informasi-informasi yang tidak mendukung.

Teori Kurt Lewin, Leon Festinger, dan kolega-kolega mereka di Research Center of Group Dynamics. Lewin, pada tahun 1943, menggunakan istilah cohesive untuk menggambarkan sebuah kekuatan yang menjaga kelompok agar tetap utuh dengan cara menjaga kesatuan anggota-aggotanya. Festinger mendefinisikan kohesivitas sebagai total dari sebuah kekuatan yang berada pada anggota-anggota kelompok yang tetap bertahan pada kelompok tersebut (Festinger, Schachter, & Back, 1950, p.164).

Konsep ini menggambarkan konsep kohesivitas secara fisik, dimana didefinisikan sebagai kekuatan dari “daya tarik molekul” yang menjaga agar partikel-partikel tetap bersatu. Aplikasinya pada sebuah kelompok, kohesivitas adalah kekuatan dari pemersatu yang menghubungkan anggota kelompok secara individual dengan anggota yang lain dalam satu kelompok secara keseluruhan.


Kohesivitas merupakan sebuah ketertarikan. Beberapa teori mempertimbangkan kohesivitas sebagai sebuah ketertarikan personal (Lott & Lott, 1965). Pada level individu, anggota dalam kelompok yang kohesif saling menyukai satu sama lain. Contohnya, pada para pegawai di studio Disney, anggota-anggota kelompok tersebut menjadi teman dekat, dalam beberapa waktu kemudian mereka mendapatkan beberapa koneksi di luar kelompok mereka. Dalam level kelompok, anggota-anggota kelompok tertarik pada kelompok itu sendiri. Anggota kelompok mungkin bukan merupakan teman, tetapi mereka mempunyai pandangan positif terhadap kelompoknya.


1 komentar:

  1. Bagaimana dalam suatu kelompok hanya beberapa orang yang menganggap penting dan sangat positif , dalam suatu kondisi orang menganggap kelompok adalah pesaing dan penghalang bahkan perlu disingkirkan padahal ia diciptakan untuk berkelompok. Masalah seperti ini sering di temui dalam berkelompok, Bagaimana cara yang bijak untuk menyikapi hal ini ????


    Putri Anggraeni

    BalasHapus