Kini di era MEA 2015 war for talent antar organisasi telah menjadi kenyataan di depan mata kita. Kebutuhan unit kerja, organisasi dan kepesatan peningkatan perusahaan tidak diiringi ketersediaan penawaran profesional yang sepadan. Hal ini mengakibatkan perang talenta memanas hingga ke level tertinggi. Persaingan perekrutan dan pembajakan talenta profesional bahkan menghadirkan praktik perang talenta di luar batas logika akal sehat. The demands for talent for exceeds supply. Manajemen talenta, tak pelak merupakan salah satu isu prioritas yang paling membuat pusing para eksekutif puncak dewasa ini

Selasa, 24 Juni 2014

A w a r e n e s s

Yang dimaksud dengan kesungguhan adalah merupakan tanda orang sudah dewasa yang dapat memusatkan perhatian dan mengerjakan apa yang dibutuhkan keadaan akibat beberapa hal yang dapat diharapkan. Ini merupakan ujian berat, misalnya kemampuan mengatasi oposisi, tahan terhadap godaan kompromi jangka pendek, serta mampu mengatasi kekecewaan pribadi Tampubolon (2008). Pemimpin  yang  memiliki  kesungguhan  tinggi  akan  menyadari  bahwa  jika  usahanya belum membuahkan  hasil, maka ia  akan  menambah  kesungguhannya.  Ia  tidak  rela hanya  duduk  menunggu  hingga  ajal  menjemputnya,  namun  ia  akan berusaha agar lembaran kehidupannya memiliki arti. Pemimpin yang memiliki kesungguhan tinggi tidak terbiasa dengan hal-hal yang bersifat fana (tidak kekal), dan tidak suka dengan kehidupan yang penuh dengan kepalsuan. Pemimpin yang memiliki kesungguhan tinggi adalah berjiwa mulia.  Ia berusaha  untuk tidak sombong dan congkak. Dengan demikian, jiwanya akan terjaga tetap baik. Orang yang memiliki kesungguhan tinggi itu mandiri, tidak bergantung kepada orang lain.  Kemuliaan  ia  bangun  dengan  kehormatan  dirinya,  bukan  karena  nasab (keturunan),  ataupun  tidak  kecil  hati  apabila  nasabnya  tidak  ada,  sebab kemuliaannya adalah kesungguhannya.
 
Yang dimaksud dengan kesadaran akan diri adalah, kemampuan untuk mengambil jarak terhadap diri sendiri dan menelaah pemikiran, motif-motif, sejarah, naskah hidup, tindakan, maupun kebiasaan dan kecenderungan. Hal ini memungkinkan manusia untuk melepaskan kacamata diri. Kesadaran diri memungkinkan untuk melihat kacamata itu sendiri maupun melihat melaluinya. Ini memungkinkan manusia untuk menjadi sadar akan sejarah sosial dan psikis dari program-program yang ada dalam diri dan untuk memperluas celah antara rangsangan dan tanggapan sehingga gelisah dalam kehidupan akan segera teratasi. Banyak orang yang telah menulis tentang psikologi organisasi, dorongan dan motif pemimpin. Satu aliran pemikiran menyatakan bahwa para pemimpin terbaik tidak sadar akan peranannya, tetapi aliran lain yang lebih besar pengaruhnya percaya bahwa para pemimpin itu amat menyadari diri sendiri, kemampuan dan tujuannya. Zalenik misalnya, merumuskan faktor psikologis itu membuat ia mengembangkan kemampuan untuk kesungguhan dan dapat mengendalikan diri, disebut sumber bahaya karena faktor psikologis dapat mengarahkan pada lingkup neurotis, dimana ia harus memimpin tanpa mau memimpin Tampubolon.
Kesadaran diri (Self-awareness) merupakan proses mengenali motivasi, pilihan dan kepribadian kita lalu menyadari pengaruh faktor-faktor tersebut atas penilaian, keputusan dan interaksi kita dengan orang lain. Kemampuan untuk mengenal dan memilah-milah perasaan, memahami hal yang sedang kita rasakan dan mengapa hal itu kita rasakan, dan mengetahui penyebab munculnya perasaan tersebut. Kesadaran Diri adalah komponen kecerdasan emosional yang pertama. Kesadaran Diri berarti mempunyai satu pemahaman emosi, kekuatan, kelemahan, kebutuhan, dan pendorong diri sendiri. Pemimpin dengan kesadaran diri kuat bukan berarti sangat kritis atau pun tidak secara realistis. Namun mereka lebih cenderung jujur dengan diri mereka sendiri dan dengan yang lain-lain. Tanpa kesadaran diri, meskipun kita berupaya sungguh-sungguh untuk menyelesaikan permasalahan satu demi satu, pada akhirnya kita hanya akan berputar-putar saja dalam lingkaran kemelut. Pemimpin yang naluri kesadaran-dirinya kuat bisa mengetahui saat mereka merasa kurang bersemangat, mudah kesal, sedih, ataupun bergairah dan menyadari bagaimana berbagai perasaan tersebut bisa mengubah perilaku mereka sehingga menyebabkan orang lain menjauhi mereka. Sebagian orang sadar akan adanya cahaya batiniah dan tahu apa yang dibutuhkan untuk membuat cahaya itu bersinar lebih terang, sementara sebagian orang lainnya mengabaikan cahaya-batiniah yang ada dalam diri mereka, dan justru memburu tujuan hidup duniawi yang ditetapkan orang lain untuk mereka, bisa dalam bentuk pekerjaan yang “bagus”, uang, atau gaya hidup tertentu. Kesadaran-diri adalah fondasi penting bagi kecerdasan emosional karena kita tidak akan bisa mengubah hal yang tidak kita sadari dan kesadaran-diri adalah langkah awal untuk mengubah perilaku yang dapat membuat kita dikucilkan. Biasanya, para psikiater menyarankan kepada manajemen agar dijadikan pertimbangan dalam penerimaan calon mitra kerja adalah masalah sifat dan karakter kendati skill-nya rendah. Alasannya yaitu, jika skill rendah tetapi sifat dan karakternya baik maka edukasi skill lebih mudah bila dibanding skill tinggi tetapi sifat dan karakternya rendah. Psikotes yang dilakukan oleh departemen Human Resources Departement (HRD) melalui psikiater ini adalah dalam rangka memudahkan manajemen dalam seleksi, edukasi, alokasi potensi serta motivasi. Jika data personalia kerja ini nyata, niscaya efektivitas manajemen dalam sisi kepemimpinan terbantu. Sehingga, manajemen dapat memberikan pekerjaan yang benar dan mengantarkan mitra kerja untuk melakukan pekerjaan dengan benar (Hidayatullah, 2011).
Pemimpin dengan kesadaran diri tinggi akan mengetahui bagaimana perasaan mereka mempengaruhi diri, orang lain, dan kinerja mereka. Dengan demikian, bila orang yang sadar diri mengetahui bahwa dirinya kurang mampu menangani jadwal yang ketat akan lebih berhati-hati merencanakan waktu. Di lain kasus pemimpin yang sadar diri lebih bisa menangani klien yang sulit dengan mengatasi perasaanya sendiri dan mengalihkan emosi dan rasa frustasi pada hal yang lebih membangun.
Kesadaran diri lebih jauh lagi bisa dikaitkan dengan pemahaman seseorang akan nilai-nilai dan tujuan diri. Seseorang yang sadar diri tahu kemana arah yang akan ia tuju dan mengapa. Dengan demikian ia dapat saja menolak suatu pekerjaan yang secara financial menarik namun tidak sesuai dengan tujuan jangka panjangnya.  Keputusan yang diambil oleh pemimpin dengan kesadaran diri tinggi akan cenderung selaras dengan nilai-nilai yang mereka anut sehingga membuat mereka bekerja dengan semangat tinggi. Sebaliknya pemimpin yang kurang sadar diri akan sering diombang-ambingkan oleh konflik dan motif tersembunyi. Mereka yang cukup sadar diri akan jujur mengakui kegagalan–kegagalan mereka dan akan sering menceritakannya sambil tersenyum. Salah satu tanda dari kesadaran diri sendiri adalah rasa humor atas diri sendiri. Kesadaran diri juga dapat dilihat selama review kinerja. Pemimpin yang sadar diri merasa nyaman berbicara tentang keterbatasan dan kekuatan mereka, dan mereka sering menunjukkan kehausan untuk kritik yang konstruktif. Sebaliknya, orang-orang yang rendah kesadaran diri akan menginterpretasikan pesan untuk peningkatan sebagai tanda kegagalan atau ancaman.
Kesadaran diri jika dilihat dari sisi dalam pembentukan kualitas hidup, sebenarnya memiliki peranan penting. Sehingga tak jarang pula pemimpin seakan tidak memiliki niat untuk melakukan sesuatu, karena memang disaat itu pemimpin belum memiliki kesadaran diri untuk melakukan hal itu.
Setiap pemimpin itu punya pola pikir masing-masing, sehingga suatu kesadaran diri akan sangat bergantung dari pola pikirnya, karena memang pola pikir ini yang nantinya akan memproses semua informasi yang masuk ke dalam otak untuk selanjutnya kita realisasikan. Jadi kalau misalnya ada seseorang yang hendak menyadarkan pemimpin tentang pentingnya suatu hal, maka pola pikir kita ini yang akan menumbuhkan kesadaran diri atau tidak. Kesadaran diri pada setiap orang memang akan cukup sulit untuk ditumbuhkan, karena untuk bisa menumbuhkan kesadaran diri ini sangat bergantung pada pola pikir pemimpin. Untuk itu selama dalam proses pembentukan pola pikir, pemimpin juga harus tahu mengenai berbagai faktor yang bisa mempengaruhi bentuk pola pikir pemimpin.
Ada berbagai macam cara untuk bisa menumbuhkan kesadaran diri dalam diri pemimpin terhadap suatu hal, tapi yang akan sangat berpengaruh di sini adalah pola pikir pemimpin, untuk itu dalam usaha penumbuhan kesadaran diri diperlukan berbagai usaha pendekatan dalam mempengaruhi pola pikir pemimpin. Seperti lingkungan sosial misalnya, mungkin ini adalah faktor yang paling sangat berpengaruh terhadap pola pikir pemimpin karena memang lingkungan sosial adalah yang paling sering kita jamahi dalam kehidupan ini. Jadi sekarang hendaknya pemimpin bisa untuk menumbuhkan kesadaran diri di dalam diri pemimpin untuk meningkatkan kualitas hidup di masa depan, karena tanpa adanya kesadaran diri pemimpin tidak bisa melakukannya. Pikiran pemimpin masih dikontrol oleh pola pikir yang sebelumnya, oleh sebab itu melakukan pendekatan terhadap pola pikir juga sangat penting.
Manfaat Kesadaran Diri
•    Memahami diri dalam relasi dengan orang lain
•    Menyusun tujuan hidup dan karir
•    Membangun relasi dengan orang lain
•    Memahami nilai-nilai keberagaman
•    Memimpin orang lain secara efektif
•    Meningkatkan produktivitas
•    Meningkatkan kontribusi pada perusahaan, masyarakat dan keluarga

Cara Mengembangkan Kesadaran Diri
•   Analisis diri: minta orang lain untuk menilai diri kita.
Analisis diri dilakukan dengan cara refleksi diri (pikiran dan perasaan kita).
Refleksi itu meliputi  perilaku, pribadi, sikap dan persepsi kita. 
• Perilaku  berhubungan erat dengan tindakan-tindakan kita. Kitalah yang harus mengarahkan tiap tindakan kita.
Refleksi/analisis perilaku itu mencakup 4 komponen, yakni: motivasi, pola berpikir, pola tindakan dan pola interaksi kita dalam relasi dengan orang lain. 
• Kepribadian merupakan kondisi karakter/temperamen diri yang relatif stabil sebagai hasil bentukan faktor sosial, budaya dan lingkungan sosial.
• Sikap merupakan cara respon kita terhadap terhadap rangsangan (stimulus) objek luar tertentu (menyenangkan/tidak menyenangkan). Emosi menentukan sikap kita.
• Persepsi sebenarnya suatu proses menyerap informasi dengan panca indera kita lalu memberikan pemaknaan atasnya.
Persepsi dipengaruhi kuat oleh: stereotif, persepsi selektif, proyeksi, harapan, dan minat. 
Leader’s self mastery adalah sebagai suatu kemampuan kepemimpinan yang sudah menjadi bagian dari pola pikir sehingga akan tampil dan menjadi bagian dari perilaku sehari-hari dalam menjalankan peran, tugas dan tanggung jawabnya sebagai pemimpin. Dalam konsep Leader’s self mastery diharapkan karyawan sebagai output adalah seorang pemimpin yang sesuai dengan tujuan organisasi dan tujuan karyawan.
Tujuan akhir (ultimate goal) yang akan dicapai leader’s self mastery adalah dimilikinya kemampuan sebagai kepemimpinan yang unggul yaitu kemampuan kepemimpinan yang berbasiskan kecerdasan spiritual berdasarkan kepemimpinan untuk menghadapi tantangan saat ini.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar