Dalam sebuah penelitian secara
jelas Phillips dan Roper memperlihatkan dampak yang luar biasa dari peran visi
atau ideologi inti pada kinerja jangka panjang keuangan untuk satu organisasi
(Blanchard, 2007). Dalam kerangka kerja ini awal dari mulainya proses manajemen
talenta dapat berkembang. Kinerja organisasi yang tinggi diketahui memiliki
kekuatan dan budaya yang jelas dan oleh karenanya dapat mencerminkan latar
belakang organisasi dan sejarah. Budaya terdiri dari nilai, sikap, perilaku dan
kebiasaan anggota organisasi (Blanchard, 2007). Anggota datang ke rekan dari
anggota organisasi yang bergaya dan berkepribadian sekitar mereka atau
kepercayaan yang mendasar dan umum yang disebut nilai. Perilaku rekan dengan
fakta level kinerja dapat didefinisikan sebagai kompetensi (Hunt Weintraub,
2002). Satu kompetensi kemudian dapat dipikirkan dari satu karakteristik yang
mendasar dari satu individu.
Di era karyawan
berpengetahuan talenta secara sempit didefinisikan sebagai satu grup pemimpin,
tenaga ahli tehnik dan posisi kunci lainnya, selanjutnya secara cepat menjadi
aset terpenting organisasi. Pada lingkungan bisnis yang kompetitif saat ini,
perubahan bergeser dari fokus pada produk dan lebih kedepan bell dan peluit menarik orang yang
menunjukkan aset, lebih luas dalam kaitan dengan bermasyarakat yang berubah
dari jaman industri ke jaman intelectual
capital (Dychtwald et al.,2006).
Banyak ahli mengarahkan ini sebagai era pengetahuan pekerja.
Perusahaan-perusahaan saat ini bersaing pada kepandaian dan bakat dari karyawan
mereka dan menemukan bahwa dengan menarik dan menahan yang terbaik serta
karyawan terbaik perusahaan akan mendapat pangsa pasar yang lebih besar dan
meningkatkan keuntungan (Smith, 2007). Pengetahuan aset-aset ini tidak sama
dengan permintaan pada jaman industri seperti pabrik, peralatan dan persediaan. Intelectual capital terdiri dari
pengetahuan dan pengalaman dari setiap
karyawan di dalam organisasi (Sommer, 2000). Kata bakat sekarang
didefinisikan lebih sempit lagi sebagai inti dari grup pemimpin, ahli tehnik
dan kunci kontributor yang dapat mengarahkan bisnis mereka maju kedepan (society for human resource management,
2007). Untuk organisasi, setiap kebutuhan baru talenta akan ada gangguan
serius. Setiap karyawan yang keluar menggambarkan bencana dan setiap kebutuhan keterampilan baru menggambarkan
satu krisis (Cappelli, 2008a).
Manajemen
Talenta
Collings (2001) dalam penelitiannya mengatakan bahwa Manajemen Talenta (MT) adalah satu istilah yang umum saat ini, hal ini tidak terjadi sampai tahun
1990an, ketika McKinsey dan Company
yang pertama yang menyampaikan dalam laporan mereka the War of Talent (Michaels, Handfield-Jones, dan Beth, 2001). MT
dikatakan menjadi kritis ke organisasi yang sukses, berusaha memberikan
kompetitif melalui identifikasi, berkembang dan penarikan kembali karyawan
bertalenta. Sebaga contoh di UK Chartered Institute of Personnel and
Development (CIPD) penelitian dikutip pada Clarke and Winkler (2006), lebih
dari 90% responden percaya bahwa aktifitas MT dapat mempengaruhi secara positif
pada dasar organisasi dan lebih dari setengah telah menjalankan aktifitas MT.
Di Amerika Institute of Management and
Administration mengatakan MT adalah tingkat tertinggi kritis SDM mereka
pada daftar berita (Sandler, 2006:1-3). Penelitian ini melibatkan 13 ribu eksekutif dilebih dari 120 perusahaan.
Hasilnya adalah para eksekutif tersebut meyakini bahwa pengelolaan manajemen
talenta yang lebih baik akan mengarah pada kinerja yang juga lebih tinggi.
Penelitian tersebut juga mengungkap bahwa perusahaan yang melakukan aktivitas
lebih baik dalam menarik, mengembangkan dan memelihara manajer-manajer
bertalenta tinggi mendaatkan angka indikator kinerja 22% lebih tinggi dalam hal
pengembalian investasi kepada pemegang saham.
Tinjauan dari
literatur MT menyatakan keanekaragaman definisi. Duttagupta’s (2005:2)
mengatakan bahwa: pada kemungkinan istilah yang terluas, MT adalah manajemen
strategik yang mengalir dari talenta melalui organisasi. Maksudnya adalah untuk
meyakinkan bahwa karyawan bertalenta memberikan dan menyelaraskan orang yang
tepat dengan kerja yang tepat pada waktu yang tepat berdasarkan tujuan
strategis bisnis. Untuk Schweyer (2004:38): MT adalah mencangkup seluruh
proses-proses SDM, administrasi dan teknologi. Umumnya mengenai pemilihan
sumber. Seleksi, pelaksanaan rekruit, menjaga hubungan, pengembangan,
penyebaran dan pembaharuan pada angkatan kerja dengan analisa dan perencanaan
sebagai bahan perekat, melalui bahan-bahan. Dengan kata lain MT adalah apa yang
terdapat pada dari perekrutan, pengembangan dan proses manajemen angkatan kerja
dan akan dapat mendeskripsikan alternatif sebagai optimasisasi. Creelman (2004:3)
mengatakan: MT adalah yang terlihat terbaik sebagai bukan satu topik, tetapi
sebagai perspektif atau satu pola pikir. Satu perspektif MT menganggap individu
talenta menjalankan peran pusat di kesuksesan perusahaan.
Sebagai satu
perusahaan Institute of Personnel and
Development (CIPD) laporan hasil observasinya: MT membutuhkan SDM yang
profesional dan klien mereka untuk mengerti bagaimana mereka menetapkan
talenta, yang mereka anggap sebagai karyawan berbakat dan apa kekhususan latar
belakang yang dibutuhkan (CIPD 2007a: 2). Hal ini timbul ketika sulit untuk
dicapai dalam praktek, organisasi sering memperoleh konsep mereka mengenai apa
talenta itu, dibandingkan menerima definisi secara umum (CIPD, 2007b).
Perusahaan konsultan Towers Perrin merekomendasikan bahwa definisi dari talenta
dapat di buat ke individu organisasi, oleh karenanya kemungkinan pendekatan
mengadopsi Perrin, (2004). Tulgan (2001)
melihat titik kecil ketika mencoba mendefinisikan talenta karena pihak
manajemen mengetahui siapa karyawan yang berharga: bagaimanapun komentar lain
merasa ini penting dan mungkin untuk mendefinisikan talenta. Michaels et al., (2001: xiii), sebagai contoh
memberi definisi talenta sangat luas seperti berikut: satu kode untuk pimpinan
terefektif dan para manajer pada seluruh tingkatan yang dapat membantu
perusahaan mengisi aspirasi dan mendapatkan kinerja, talenta manajerial adalah
kombinasi dari pikiran strategi yang tajam, kemampuan kepemimpinan, kematangan
emosional, pengetahuan komunikasi, kemampuan mendapat inspirasi dari karyawan
bertalenta lain, instinct kewirausahaan, kemampuan fungsional dan kemampuan memberikan hasil-hasil.
Sulit
mendefinisikan secara tepat maksud dari manajemen talenta karena kebingungan
mengenai definisi dan terminologi serta banyak asumsi yang dibuat oleh
pengarang dan ditulis mengenai manajemen talenta. Terminologi “Manajemen
Talenta”, “Strategi Talenta”, “Succession
Management” dan “Perencanaan Sumber Daya Manusia” sering digunakan
berubah-ubah. Sebagai contoh; Pastikan karyawan yang tepat dipekerjaan yang
tepat pada waktu yang tepat (Jackson dan Schuler, 1990); Dengan kehati-hatian
dan hasil yang sistimatis dengan organisasi untuk menjamin kepemimpinan yang
berkelanjutan pada posisi kunci dan mendorong kemajuan individu (Rothwell,
1994:6); mengelola persediaan, kebutuhan dan aliran talenta melalui mesin human capital (Pascal, 2004:ix), yang digunakan berturut-turut untuk
mendefinisikan perencanaan human
resource, succession planning dan manajemen talenta. Beberapa artikel
terakhir dalam literatur umum menjelaskan manajemen talenta sebagai satu pola
pikir (Creelman, 2004:3); satu komponen kunci untuk perencanaan suksesi yang
efektif (Cheloha dan Swain, 2005:5-7) dan satu percobaan untuk meyakinkan bahwa
setiap orang di semua tingkatan kerja ke atas dari potensial mereka (Redford,
2005:20-22). Ashton dan Morton mencatat bahwa manajemen talenta yang baik
adalah dari strategi yang penting.
Sejak grup konsultan McKinsey mengutarakan the War of Talent di tahun 1997
(Michaels, Handfield-jones dan Axelrod, 2001; Axelrod, Handfield-Jones, dan
Michaels, 2002), topik manajemen talenta diterima dengan derajat luar biasa
dari para praktisi dan akademisi. Saat ini relatif perhatian pada manajemen
talenta memainkan peran satu perubahan paradigma dari sumber daya manusia (SDM)
tradisional yang berhubungan dengan literatur keunggulan kompetitif sebagai
fokus pada organisasional elit, termasuk literatur eselon yang lebih tinggi
(Hambrick dan Mason, 1984, Miller, Burke, dan Glick, 1998), dan strategi MSDM (Huselid,
Jackson, dan Schuler, 1997:110; Schuler, 1989:157; Wright dan McMahon, 1992)
kearah spesifik manajemen talenta yang lebih sesuai dinamis saat ini dengan
lingkungan yang kompetitif. Ketika konteks berubah signifikan sejak abad
terakhir, gagasan manajemen talenta tetap penting. Tantangan memaksimumkan
kesempatan kompetitif yang dapat dibantah dari organisasi human capital bahkan lebih signifikan suasana pada abad terakhir
dari dekade baru abad ke 21.
Literatur
manajemen talenta menyatakan derajat debat mengenai batasan topik konseptual.
Aston dan Morton (2005) mencatat bahwa definisi manajemen talenta yang tidak
konsisten. Meskipun ini kritik, Lewis dan Heckman (2006) mengidentifikasi tiga
aliran konsep pemikiran manajemen talenta. Pertama, pengganti label manajemen
talenta untuk manajemen SDM. Mempelajari tradisi ini sering terbatas pada fokus
ke praktisi SDM khususnya, pengadaan, pengembangan kepemimpinan, perencanaan
suksesi dan lain-lain. Kontribusi dari literatur ini sangat terbatas diluar
literatur strategi SDM, dalam jumlah yang besar men cap ulang manajemen SDM.
Kedua, Sedikit literatur yang menekankan pengembangan khusus talent pool pada proyeksi kebutuhan
karyawan atau staff dan mengelola progres karyawan melalui posisi mereka (Lewis
dan Heckman, 2006). Penyelidiki secara khas tradisi yang di bangun pada
penelitian awal pada perencanaan SDM atau literatur perencanaan suksesi. Ketika
diadopsi relatif pada fokus yang sempit, mempelajari pada tradisi ini
setidaknya menyediakan derajat perbedaan pada manajemen talenta di manajemen
SDM. Ketiga, fokus pada manajemen talenta pada karyawan bertalenta. Literatur
ini berargumen bahwa semua peran didalam organsiasi sebaiknya diisi dengan
pelaku, menunjuk pada urutan atas (Smart,1999) dan menekankan manajemen pemain
C atau secara konsisten pelaku buruk keluar dari organisasi (Michaels et al., 2001). Ketika pendekatan ketiga
sangat berpengaruh, disadari keterbatasan pada pendekatan ini dan
memperlihatkan keinginan untuk mengisi seluruh posisi pada organisasi dengan
urutan atas. Jika manajemen talenta diaplikasikan pada seluruh karyawan dalam
organisasi termasuk karyawan buruk, ini akan menyusahkan untuk membedakan
manajemen talenta dari konvensional SDM.
Tambahan dari
ketiga pemikiran di atas mengenai manajemen talenta adalah yang keempat
penekanan dan identifikasi dari posisi kunci yang berpotensi berdampak berbeda
keunggulan kompetitif dari perusahaan (Boudreau dan Ramstad, 2005; Huselid et al. 2005). Titik mulai di sini adalah
identifikasi dari para individu posisi kunci. Pendekatan akhir abad ini
menjelaskan mengenai perkembangan teoritis. Dalam pandangan ini orientasi
teoritis bergaung bersama Boudreau dan Ramstad's (2007) perbedaan antara
manajemen talenta sebagai ketegasan pengetahuan dan tradisional perencanaan dan
strategi SDM. Oleh karenanya dicatat dapat dilihat satu organisasional strategi
manajemen talenta sebagai aktivitas dan proses yang melibatkan identifikasi
sistimatis para posisi kunci yang berkontribusi berbeda pada organisasi yang
berkelanjutan keunggulan kompetitif, perkembangan dari talent pool dari potensi
kinerja yang tinggi untuk berperan dan berkembang dari arsitek SDM yang
berbeda yang memfasilitasi mengisi posisi-posisi dengan cakap menjabat dan
menjamin kelanjutan janji mereka pada organisasi. Definisi dasar pemikiran pada
gagasan bahwa titik mulai untuk sistem talenta manajemen apa saja sebaiknya
diidentifikasi secara sistematis para posisi kunci yang berkontribusi berbeda
ke organisasi berkelanjutan keunggulan yang kompetitif. Ini adalah konsisten
dengan peningkatan kesadaran bahwa derajat yang lebih besar dari perbedaan
peran dalam organisasi dengan fokus yang lebih besar pada strategi di atas non
strategi kerja (Becker dan Huselid, 2006), atau antara peran organisasional-organisasional itu yang
menjanjikan hanya pada dampak marginal dapat disediakan dampak di atas rata-rata (Boudreau dan
Ramstad, 2007:129-136). Hal ini kontras pada situasi dibanyak organisasi dimana
investasi melebihi di peran non
strategis biasa terjadi (Boudreau dan Ramstad, 2007; Huselid, Beatty dan
Becker, 2005).
Kecenderungan
yang mirip dan tantangan HR dilaporkan berdasarkan survei penelitian yang
dilakukan oleh konsultan dan grup profesional seperti Boston Consulting Group, World Federation of People Management
Associations, Manpower Inc, Economist Intelligence Unit, and The Chartered
Institute of Personnel and Development (CIPD). The academic literature (e.g., Boudreau and Ramstad, 2007, 2005; Cappelli, 2008a, 2008b; Collings and Mellahi, 2009; Lewis dan Heckman,
2006) juga menyarankan bahwa organisasi menghadapi kompetisi yang lebih besar
untuk talenta di seluruh dunia dan menghadapi tantangan waktu menarik, menahan
dan mengembangkan karyawan yang mereka butuhkan. Jadi bahkan ketika ekonomi
global menurun dengan kondisi struktural di tempat untuk menjamin bahwa
kompetisi untuk talenta di seluruh dunia akan berlanjut menjadi satu tantangan.
Lebih spesifik, organisasi adalah dan akan lanjut mencari untuk individu yang
dapat menjalankan secara efektif melalui komplek, tantangan, perubahan dan
lingkungan yang berubah. Dengan kata lain banyak perusahaan di dunia tanpa
memperhatikan ukuran, konfrontasi dan atau akan segera konfrontasi tantangan global talent management, akan berdampak
pada strategi bisnis global mereka, untuk jangka pendek dan jangka
panjang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar