Bos yang baik, dalam tilikan yang
paling sederhana bisa dikatakan adalah bos yang bisa memberi kemudahan bagi
karyawannya. Yakni, membantu menciptakan situasi yang memungkinkan karyawan
bekerja tanpa rintangan. Sederhana bukan? Tapi, implementasinya tentu tak
sesederhana itu.
David Sirota, pimpinan Sirota Survey Intelligence, sebuah lembaga riset di New
York memberi panduan lewat buku yang dia tulis bersama dua rekannya, berjudul The
Enthusiastic Employee: How Companies Profit by Giving Workers What They Want.
Apakah Anda termasuk bos yang baik, atau buruk?
Mulailah dengan pertanyaan mendasar: Apa yang membuat seorang bos baik di
mata karyawan?
Semua riset yang dilakukan Sirota atas ribuan karyawan sejak 1972, secara
konsisten memperlihatkan bahwa secara umum orang punya tiga tujuan dalam
bekerja. Pertama, keadilan –mereka ingin merasa bahwa keberadaan mereka diakui
dan dihargai sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.
Kedua, pencapaian –orang ingin bangga dengan perusahaannya dan tempat di mana
ia berada. Ketiga, persahabatan, dalam arti hubungan kerja yang baik dan rasa
ikut terlibat dalam tim. Jika tiga hal tersebut terpenuhi, Anda punya karyawan
yang bersemangat.
Masalahnya adalah, pada sebagian besar perusahaan, semangat karyawan baru
begitu tinggi, tapi kira-kira 6 bulan kemudian menurun secara tajam. Manajemen
telah merusaknya. Yang dilakukan oleh bos yang buruk adalah membuat karyawan
merasa tidak aman dengan pekerjaannya. Juga, memperlakukan karyawan layaknya
anak kecil atau pelaku kriminal daripada orang dewasa yang bisa bertanggung
jawab.
Tanda lain dari bos yang buruk adalah apabila karyawannya mengeluh, “Jika kami
melakukan kesalahan, kami dimarahi tapi kalau kerjaan beres tidak ada ada
ucapan terima kasih.”
Tapi, mungkin Anda bertanya, mengapa perusahaan harus peduli apakah
karyawannya (masih) bersemangat atau tidak –yang penting kan pekerjaan mereka
selesai? Menurut Sirota, banyak bukti persuasif mengenai hubungan langsung
antara moral (semangat) karyawan dengan kinerja secara keseluruhan dari
perusahaan, termasuk harga sahamnya di pasar. Karyawan yang bersemangat akan
memperlakukan customer dengan baik, dan itu akan sangat berbeda dengan
karyawan yang sudah tidak bersemangat.
Tidakkah sebagian besar bos –bahkan yang buruk- berpikir bahwa mereka telah
melakukan hal yang benar? Jika Anda seorang manajer, bagaimana Anda mengatakan
pada bawahan bahwa Anda bos yang baik, atau buruk?
Cara yang paling meyakinkan untuk menjawab pertanyaan itu adalah meminta
tanggapan dari karyawan. Apa yang mereka pikirkan atas apa yang Anda kerjakan?
Di sinilah, evaluasi 360 derajat sangat berguna, karena cara itu memberi
kesempatan pada setiap orang untuk mengkritisi Anda secara konstruktif. Jika
perusahaan Anda secara formal tidak memiliki program 360 derajat itu, Anda
harus mengumpulkan pendapat orang mengenai diri Anda.
Tapi, berhati-hatilah dengan cara Anda bertanya. Sebab, orang sering takut
untuk berkata jujur kepada bosnya. Mungkin Anda perlu sedikit training
mengenai bagaimana memulai diskusi, sehingga Anda benar-benar bisa memetik
pelajaran yang berharga dari sana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar