Kebosanan
barangkali merupakan sesuatu yang nyaris luput dari perhatian kalangan bos di
perusahaan sejauh menyangkut masalah karyawan. Jika Anda seorang manajer, atau
petinggi di departemen HR, atau pemilik usaha yang membawahi sejumlah pegawai,
mungkin Anda belum menyadari bahwa karyawan yang dilanda kebosanan termasuk
persoalan serius.
Secara
penampilan dan penampakan luar, karyawan yang bosan akan terlihat baik-baik
saja. Ingat: ini bukan problema yang kasat mata. Sehingga, Anda pun tak
menyadari bahwa "diam-diam" produktivitas mereka menurun dan mereka
tak lagi menyelesaikan pekerjaannya sebaik biasanya. Maka, jika Anda tidak
mulai memperhatikan masalah ini dengan sungguh-sungguh, jangan salahkan
siapa-siapa jika produktivitas karyawan Anda terus menurun. Dan, Anda akan
mulai menyadari ketika segalanya telah jadi tampak salah dan buruk.
Jadi, sekarang
Anda pasti bertanya, "Lalu apa yang bisa saya lakukan untuk mengatasi
karyawan yang dilanda kebosanan?" Jangan kaget atau pun sedih kalau Anda
hanya punya sedikit pilihan. Menurut David Javith, seorang Ph.D yang menjadi
kolumnis pada entrepreneur.com untuk isu-isu manajemen karyawan sekaligus
presiden sebuah organisasi konsultan perusahaan di Newton, Massachusetts, AS,
intinya hanya ada dua cara: membiarkan mereka sambil berharap situasi akan
pulih dengan sendirinya, atau mencoba memotivasi mereka setelah mempelajari
situasinya --memberi pelatihan atau semacam pendampingan khusus untuk
mengembalikan semangat kerja mereka, atau memecat mereka!
Apapun pilihan
Anda, Javith mengingatkan, hendaknya dilakukan sesuai prosedur. Prosesnya bisa
dimulai dengan memeriksa kembali job description mereka, sebuah dokumen
yang terang dan objektif mendefinisikan pekerjaan karyawan secara rasional.
Lalu, menjelaskan (kembali) apa saja tanggung jawab mereka sebagai karyawan
sesuai posisi dalam hierarki perusahaan. Tak jarang, lewat proses semacam itu,
seorang bos akan dikejutkan dengan kenyataan, betapa yang dilakukan selama ini
oleh karyawannya tidaklah sesuai dengan apa yang tertera dalam job
description yang telah disepakati sejak awal.
Kasus semacam
itu menuntut keterampilan kepemimpinan Anda sebagai atasan di perusahaan.
Javith menegaskan, bikinlah job description yang baru, yang lebuh
akurat, dengan melibatkan karyawan yang bersangkutan. Kalau perlu, mintalah
sang karyawan untuk menuliskan job description-nya sendiri –Anda tinggal
memeriksanya. Dengan cara ini, Anda sekaligus membantu karyawan merasa ikut
menyumbangkan pikirannya dalam proses yang tengah berlangsung. Pada sisi lain,
cara semacam itu juga membantu Anda sendiri melihat kesempatan-kesempatan bagi
perubahan dan pertumbuhan dalam posisi dan dalam jalan karir para karyawan.
Dalam situasi
yang sama, Anda juga bisa mendorong karyawan untuk mengidentifikasi apa (lagi)
yang sebenarnya ingin mereka lakukan untuk menunjukkan keterampilan dan
pengetahuan mereka. Jika yang bersangkutan ternyata sama sekali tak tahu apa
pekerjaan lain yang bisa dikerjakannya untuk mengatasi kebosanan, ini justru
menjadi kesempatan bagi Anda untuk menjelaskan langkah-langkah ke depan. Yakni,
apa yang mestinya dimiliki oleh sang karyawan, misalnya bahwa dia harus
meningkatkan pengetahuannya, menambah keahliannnya demi membuka kesempatan bagi
dia untuk mendapatkan promosi kenaikan jabatan.
Tiga Jurus
Khusus
Hal-hal seperti
itulah, menurut Javith, yang akan menjadi sumber kunci untuk memotivasi
karyawan yang dilanda kebosanan, karena dengan itu semua Anda membantu mereka melihat
kesempatan-kesempatan untuk pertumbuhan profesional. Sehingga mereka akan
menjadi bersemangat lagi melakukan pekerjaan yang menjadi tanggung jawab
mereka. Lebih jauh, secara khusus, untuk mengembalikan energi karyawan yang
surut oleh kebosanan, Javith merekomendasikan tiga teknik yang diajukan oleh
Frederick Herzberg dalam buku The Motivation to Work. Yakni, job
rotation, job enlargement dan job enrichment.
Taktik pertama,
job rotation, meliputi pelatihan lintas karyawan, atau memberi
pembelajaran mengenai pekerjaan masing-masing karyawan dalam satu departemen
yang sama. Misalnya, pada departemen keuangan, karyawan dari bagian pembayaran
bisa belajar mengenai pekerjaan yang dilakukan oleh bagian pemasukan, dan
sebaliknya. Proses rotasi pekerjaan bisa memotivasi karyawan karena tugas dan
tanggung jawab yang berbeda memberikan rasa kebaruan, yang menyegarkan.
Ditambah, karyawan akan merasakan efek pencapaian tertentu dengan penambahan
pengetahuan dan kemampuan pekerjaan.
Sumber kedua
untuk memotivasi karyawan adalah yang dianjurkan Herzberg adalah job
enlargement. Lewat teknik ini, karyawan diberi tugas dan tanggung jawab
yang lebih besar dalam pekerjaan mereka. Misalnya, karyawan bagian pemasukan
keuangan pada contoh teknik nomer satu tadi, ditambah jumlah rekening yang
harus dia tangani, atau diperbanyak lagi jumlah klien yang harus dia hubungi.
Teknik ketiga hampir sama, hanya saja penambahan tugas dan tanggung jawab tidak
secara kuantitatif, melainkan lebih kualitatif. Yakni, kompleksitas pekerjaannya
dan bukan jumlahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar