Kini di era MEA 2015 war for talent antar organisasi telah menjadi kenyataan di depan mata kita. Kebutuhan unit kerja, organisasi dan kepesatan peningkatan perusahaan tidak diiringi ketersediaan penawaran profesional yang sepadan. Hal ini mengakibatkan perang talenta memanas hingga ke level tertinggi. Persaingan perekrutan dan pembajakan talenta profesional bahkan menghadirkan praktik perang talenta di luar batas logika akal sehat. The demands for talent for exceeds supply. Manajemen talenta, tak pelak merupakan salah satu isu prioritas yang paling membuat pusing para eksekutif puncak dewasa ini

Jumat, 19 Juni 2015

Every Employee Matters

Sukses sebuah organisasi bergantung kepada SDM yang dimilikinya, dalam hal ini karyawan. Sebaik apa pun business plan serta visi dan misi sebuah organisasi, pada akhirnya karyawanlah yang akan menjalankan itu semua. Jadi memang tidak bisa dipungkiri, salah satu yang memberikan peran agar sebuah organisasi dapat berkembang adalah karyawan. Pertanyaan berikutnya, karyawan pada level mana yang berpengaruh?

Jawabannya
: setiap karyawan memiliki pengaruh dan peran yang berguna bagi tiap organisasi, tanpa memandang jam terbang maupun jabatan. Melainkan, lebih kepada peran dari setiap orang yang berbeda, yang mampu bekerja secara sinergis dan memberikan kontribusi yang positif.

Norman Drummond dalam bukunya The Spirit of Success mengatakan, “everyone matters, everyone has something of value to offer, talent to be developed and a contribution to make”. Intinya, perlakukan setiap individu dalam sebuah organisasi dengan rasa hormat, adil, dan percaya akan tiap potensi dari masing-masing orang.

Pada dasarnya, Norman Drummond ingin menyatakan bahwa setiap orang memiliki nilai yang bisa ditawarkan, bakat untuk dikembangkan, dan sebuah kontribusi yang dapat dibuat. Jadi, tidak peduli di mana seorang karyawan berada dalam struktur organisasi, karena masing-masing dari mereka memiliki peran dan fungsi yang berbeda untuk mendukung keberhasilan sebuah organisasi.

Ada 4 hal mendasar untuk membangun dan mendukung prinsip dasar “every employee matters”:

1. The Value of Positive Encouragement
Bangun sebuah nilai dorongan yang positif. Dukungan berkaitan erat dengan membangun kepercayaan akan potensi seseorang. Ketika seorang atasan mendukung timnya, maka secara tidak langsung tim tersebut akan termotivasi karena ada orang lain yang seolah-olah mendampinginya dalam menjalankan tugas. Lakukanlah hal yang positif bagi tim Anda.

Dorongan juga bisa diberikan lewat kalimat-kalimat yang mendukung, “Saya support Anda, Anda pasti bisa,” atau juga dengan gerak tubuh seperti menepuk bahu rekan Anda dengan mengatakan, “Anda mengerjakannya dengan sangat baik, terima kasih.” Selain mengharapkan bonus dan hadiah, karyawan juga membutuhkan sebuah apresiasi yang positif atas apa yang sudah mereka kerjakan.

2. The Value of Delegation
Salah satu cara yang cukup efektif untuk membuat seseorang menganggap dirinya berguna adalah dengan memberi mereka tanggung jawab. Tanpa diberi tanggung jawab sama sekali, seorang karyawan lama-kelamaan bosan, dan akan merasa bahwa dirinya tidak dianggap di organisasi, juga merasa tidak berkembang. Untuk menghindari situasi negatif semacam ini, lakukan sebuah delegasi. Bekerja dalam sebuah organisasi adalah masalah teamwork, dan bukan individual work, jadi harus selalu diupayakan adanya pendelegasian tugas.

Banyak atasan takut mendelegasikan tugas karena beranggapan stafnya tidak mampu. Di sinilah peran seorang atasan untuk melatih, membimbing dan selalu memberi dorongan yang positif agar stafnya berkembang. Semua orang yang bekerja menginginkan personal development. Dengan adanya tanggung jawab yang diberikan, mereka akan lebih tergerak, karena pendelegasian tugas sekaligus merupakan bentuk kepercayaan akan potensi yang mereka miliki.

3. The Value of Relationship
Seorang karyawan menghabiskan sepertiga waktunya di kantor, dan apabila hubungan yang tercipta antarsesama rekan kerja, atau antara atasan dan staf tidak harmonis maka hal ini menjadi mimpi buruk. Secara profesional memang ada perbedaan jabatan, tapi secara hubungan kerja yang dinamis seharusnya tercipta suasana kekeluargaan.

Banyak hal yang bisa dilakukan untuk membangun nilai-nilai hubungan baik, misalnya kado ulang tahun bagi staf, dinner bersama bulanan sebagai apresiasi atas kinerja, kejutan-kejutan ringan untuk memotivasi karyawan. Pendek kata, apapun bisa dilakukan selama memang ada keinginan untuk membentuk hubungan yang positif.

4. The Value of Empowerment
Bangun sebuah nilai pemberdayaan. Setiap organisasi memiliki jumlah karyawan yang beragam, ada yang 50-100, 100-500, atau bahkan di atas 500. Tapi, belum tentu karyawan tersebut diberdayakan secara maksimal dan positif. Pemberdayaan yang positif maksudnya adalah diciptakannya sebuah media bagi para karyawan untuk lebih mengembangkan bakat serta adanya kesempatan untuk mereka untuk lebih maju daripada sebelumnya.

Delegasi merupakan salah satu bentuk untuk memberdayakan kemampuan karyawan agar lebih optimal. Selain dari itu, pelatihan yang diberikan bagi tiap level juga mengindikasikan bahwa organisasi peduli pada perkembangan pribadi karyawannya.

Muk Kuang adalah People Development Trainer, penulis buku ’Think and Act like A Winner'.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar