Kini di era MEA 2015 war for talent antar organisasi telah menjadi kenyataan di depan mata kita. Kebutuhan unit kerja, organisasi dan kepesatan peningkatan perusahaan tidak diiringi ketersediaan penawaran profesional yang sepadan. Hal ini mengakibatkan perang talenta memanas hingga ke level tertinggi. Persaingan perekrutan dan pembajakan talenta profesional bahkan menghadirkan praktik perang talenta di luar batas logika akal sehat. The demands for talent for exceeds supply. Manajemen talenta, tak pelak merupakan salah satu isu prioritas yang paling membuat pusing para eksekutif puncak dewasa ini

Jumat, 12 Juni 2015

Membangun Personal Brand Seperti Mempertahankan Cinta?

Masih ingatkah akan ‘passion’ saat memperjuangkan cintamu? Coba terapkan pada personal branding.

Mengapa? Karena cara membangun dan mempertahankan personal brand seperti mempertahankan relationship dengan seseorang yang spesial. Sama-sama butuh cinta, gairah, usaha, sesuatu yang special, kepercayaan, kesetiaan, kesabaran, dan ketelatenan. How?

Sudah paham mengenai pengertian umum personal branding? Atau belum kenal? Coba baca artikel saya sebelumnya yang berjudul ‘Kenali Personal Branding, Jadilah CEO Bagi Dirimu!’ (klik di sini). Kalau sudah paham, ayo kita pelajari lebih mendalam mengenai authentic personal branding. Apa tuh? Berikut ini saya coba gambarkan kriteria Personal Branding ‘Otentik’ yang efektif :


1.Otentik
Bangunlah personal brand/merek pribadi berdasarkan kepribadianmu sendiri. Kepribadian pribadi yang kamu cintai. Kita bisa belajar dari mereka yang telah berhasil, tetapi jangan meniru brandnya, karena bila meniru, kita hanya akan dianggap sebagai pagliat atau just another ‘someone’..tidak nyaman, bukan? Brand ini harus mencerminkan karakter, nilai, dan visimu. Misi pribadi dari personal brand ini harus diselaraskan dengan ambisimu.

Dalam bukunya, Authentic Personal Branding-A new blueprint for building and aligning a powerfull leadership brand, 2008, Hubert K. Rampersad menuturkan bahwa ‘membangun merek pribadi yang otentik merupakan perjalanan dan proses evolusi yang organic.Prosesnya dimulai dari menentukan siapa jati diri anda yang otentik. Penentuan ini dilakukan berdasarkan mimpi, visi, misi, falsafah hidup, nilai, peran utama, identitas, pengetahuan diri, dan kepedulian diri anda’

Jadi bukan membuat merek pribadi dengan mencontoh merek pribadi lain yang tidak merefleksikan diri sejati kita.

2.Konsisten
Brand yang baik adalah brand yang konsisten, baik dari jenis produk yang ditawarkan, target pasarnya dan juga logonya. Coba kita lihat bagaimana brand-brand besar semacam Levi’s, Nike, Microsoft mampu menguasai pasar dengan kekonsistenannya. Sampai kapanpun kita langsung mengingat brand-brand itu melalui product dan logonya.

So, kalau diterapkan dalam personal branding, maka kita memerlukan konsistensi dalam berperilaku. Konsisten tidaklah mudah, karena kita butuh keberanian untuk ‘setia’ pada perilaku, karakter, dan spesialisasi kita.

Betapa banyak dari kita yang banting setir karena tidak tekun dalam bidang yang kita geluti atau positioning kita, karena dirasa tidak menguntungkan. Padahal mungkin saja bidang itu bisa menguntungkan kalau kita pandai dan kreatif dalam mengemasnya.Tetapi kalau kita bergerak di bidang yang kita cintai, saya yakin kita semua tidak pernah bosan menekuninya.

Bicara tentang logo, saat tulisan ini dibuat, I’m still tinking about best logo for my brand that represents my personal brand. Tidak mudah, karena saya harus konsisten dengan logo ini. Any suggestion?

3.Spesialisasi
Fokuslah pada satu bidang yang kamu cintai. Konsentrasilah pada satu bakat khusus atau keterampilan unik saja. Memiliki pengetahuan dan bergerak di banyak bidang memang sama sekali tidak buruk, tetapi menjadi generalis tanpa ada keterampilan, kemampuan, atau bakat khusus, akan membuatmu tidak unik, tidak special, dan tidak berbeda.

4.Otoritas
Yang dimaksud otoritas adalah ‘terlihat’ sebagai seorang ahli yang dikenal dalam bidang tertentu dan memiliki bakat yang luar biasa. Tentunya ini harus dibarengi dengan terus-menerus mengasah bakat dan pengetahuan kita pada bidang yang kita tuju, sehingga akan tampak sangat berpengalaman, dan dipandang sebagai seorang pemimpin yang efektif.

Pemimpin? Ya, saya yakin setiap diri kita bisa menjadi pemimpin untuk komunitas kita, at least dalam bidang tertentu. Memang tidak semua orang memiliki bakat ini, tetapi bisa dilatih, bukan?

Saya sendiri pernah menjadi seorang yang sangat tidak pe de dengan kemampuan saya. Tetapi itu dulu, di saat saya berada di tempat yang salah, menekuni bidang yang salah, tidak sesuai dengan talenta saya. Itulah kenapa saya melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dan lebih fokus pada profesi di mana saya memiliki passion di bidang itu.

5.Berbeda
Bedakan dirimu berdasarkan brandmu. Personal brand perlu diekspresikan secara unik dan berbeda dari pesaing. Personal brand harus didefinisikan dengan jelas sehingga audien dapat dengan cepat menangkap pesannya.

Dengan personal brand yang otentik maka karakteristik terkuat, atribut dan nilai-nilai kita dapat memisahkan kita dari kebanyakan orang. Tanpa semua pembeda ini, kita hanya akan tampak seperti kebanyakan orang.

6.Relevan
Brand kita harus memiliki pesan yang terkait dengan sesuatu yang dianggap penting oleh target audiens kita. Sudah pasti, target audiens rela membayar untuk hal yang dirasa mereka penting bagi pengembangan dirinya, atau minimal sangat menarik bagi mereka.

7.Ketergantungan
Di sini, saya coba contohkan merek besar semacam Sturbuck dan Toyota. Mungkin ada atau bahkan banyak merek yang memiliki produk lebih unggul dari mereka, tetapi karena brand ini telah menawarkan ‘sesuatu yang pasti’..maka konsumen akan selalu melirik brand itu. Sesuatu yang pasti maksudnya adalah nyaris tidak ada konsumen yang mengeluhkan produknya.

Saya sendiri bukan penggemar produk sturbuck, saya bukan penggemar kopi, apalagi penggemar negara asalnya.  Tetapi entah kenapa kalau harus memilih café/kedai kopi selalu hanya Sturbuck yang terpikir?

Coba diterapkan pada personal branding!

8.Visibilitas
Yang dimaksud visibilitas adalah pengulangan terus-menerus dan pemaparan jangka panjang. Artinya, pesan brand harus disiarkan berulang-ulang, terus-menerus, konsisten sampai tertanam di benak audien. Kita sudah merasakan bagaimana kekuatan iklan produk di televisi yang disiarkan berulang-ulang, bukan?

Nah, begitu juga dengan personal branding. Bila kita tidak menyampaikan pesan brand kita secara berulang, audiens akan mudah melupakan dan tidak membuatnya tergantung pada diri kita.

9.Persistensi
Personal Brand membutuhkan waktu untuk tumbuh. Setialah kepada brand itu, jangan menyerah, yakinlah pada diri sendiri, dan bersabarlah.Jangan pelit pada pengorbanan, keberanian, dan perencanaan.

10.Goodwill
Personal Brand akan tahan lama bila kita dipandang secara positif oleh orang lain. Orang hanya ingin berbisnis atau berhubungan dengan yang mereka percaya.

11.Kinerja
Kinerja adalah elemen paling penting setelah brand dikenal. Kalau kita tidak melakukan sesuatu untuk brand kita dan tidak memperbaiki diri secara terus-menerus, personal branding hanya menjadi sesuatu yang memalukan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar