Kini di era MEA 2015 war for talent antar organisasi telah menjadi kenyataan di depan mata kita. Kebutuhan unit kerja, organisasi dan kepesatan peningkatan perusahaan tidak diiringi ketersediaan penawaran profesional yang sepadan. Hal ini mengakibatkan perang talenta memanas hingga ke level tertinggi. Persaingan perekrutan dan pembajakan talenta profesional bahkan menghadirkan praktik perang talenta di luar batas logika akal sehat. The demands for talent for exceeds supply. Manajemen talenta, tak pelak merupakan salah satu isu prioritas yang paling membuat pusing para eksekutif puncak dewasa ini

Minggu, 15 November 2015

Karyawan Industri Teknologi Kurang Tidur

Orang-orang yang bekerja di industri teknologi kerap kali mengalami gangguan tidur. Marissa Mayer mengakui bahwa ia bekerja hampir 130 jam setiap minggunya di Google. Mayer kerap kali ‘merapel’ tidurnya dalam satu minggu bahkan tertidur di mejanya ketika ia mengantuk. Lain lagi dengan Jack Dorsey, co-founder Twitter and Square. Dorsey pada tahun 2009 bekerja antara 16-20 jam setiap harinya, 8-10 jamnya ia habiskan untuk bekerja di kantor. Dorsey menyatakan bahwa ia tidak mendapatkan tidur yang cukup namun itu cukup bagi dirinya. Melihat kasus seperti ini, tidak mengherankan jika di perusahaan teknologi terdapat nap room ataupun nap pod.


Bukan hanya para petingginya saja, namun para karyawan di perusahaan teknologi pun bernasib sama. Berdasarkan polling yang dilakukan oleh Gallup pada tahun 2013, pekerja di Amerika menghabiskan waktu antara 6.8 jam setiap malamnya untuk tidur, bukannya 8 jam. Sedangkan jam sisanya dihabiskan untuk bekerja dari rumah melalui smartphone ataupun tablet.
Gangguan tidur ini dapat memberikan beberapa konsekuensi. Menurut Dr. Bob Albers dari New Mexico Center for Sleep Medicine, kurang tidur dapat menyebabkan imposter syndrome  Albers menyatakan bahwa tidur yang cukup akan memberikan memori emosi yang positif, namun jika sebaliknya akan memberikan memori emosi yang negatif, dimana kondisi ini dikatakan imposter. Albers menambahkan bahwa setiap individu membutuhkan wakut tidur lebih banyak dibandingkan dengan yang mereka pikirkan.

“Tidur merupakan salah satu proses pengembalian fungsi otak, meskipun banyak yang menyatakan bahwa tidur yang sedikit pun bisa juga memperbaikinya. Stress terkait pekerjaan kerap kali disebabkan oleh kurang tidur. Banyak artikel yang menyatakan bahwa tidur 5-6 jam itu cukup, namun menurut penelitian tidur yang cukup itu adalah antara 7-8 jam. Menurut saya, seorang programmer perlu tidur 9 jam setiap harinya agar lebih produktif dan akurat,” ungkap Albers.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar