Kini di era MEA 2015 war for talent antar organisasi telah menjadi kenyataan di depan mata kita. Kebutuhan unit kerja, organisasi dan kepesatan peningkatan perusahaan tidak diiringi ketersediaan penawaran profesional yang sepadan. Hal ini mengakibatkan perang talenta memanas hingga ke level tertinggi. Persaingan perekrutan dan pembajakan talenta profesional bahkan menghadirkan praktik perang talenta di luar batas logika akal sehat. The demands for talent for exceeds supply. Manajemen talenta, tak pelak merupakan salah satu isu prioritas yang paling membuat pusing para eksekutif puncak dewasa ini

Rabu, 10 Februari 2016

Menunda Waktu Tidur = Produktifitas Berkurang

Pertanyaan simple, berapa lama waktu tidur Anda semalam? Apakah hanya 2 sampai 5 jam atau mengikuti saran dokter yang merekomendasikan untuk tidur selama 8 jam? Mungkin banyak dari Anda yang tidur kurang dari 8 jam dengan alasan yang beragam. Berdasarkan studi yang dilakukan olehAssociated Professional Sleep Societies pada tahun 2012, warga Asian-Amerika hanya tidur selama 6.9 jam setiap malamnya. Hal tersebut ternyata terjadi oleh warga Amerika lainnya, yang hanya tidur selama 6.8 jam dalam semalam. Secara regional, negara di Asia, seperti Jepang hanya tidur selama 7 jam setiap hari kerja. Hal tersebut menyebabkan Jepang menduduki rangking terbawah dalam survei yang pesertanya merupakan anggota Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD).
Produktifitas Berkurang Akibat Menunda Waktu Tidur
Tidur merupakan hal yang simple, namun efeknya bila kita kurang tidur sangat luar biasa. Kenyataan yang terjadi di saat ini adalah waktu tidur kita tidak cukup setiap malamnya. Jadi jangan lah heran bila melihat rekan Anda atau mungkin Anda berjalan gontai dan lemah menuju kantor.


Ya memang, beberapa orang mengalami penyakit insomnia yakni sulit untuk tidur. Namun, kurangnya jam tidur Anda bukan berarti Anda menderita insomnia. Pernahkah Anda mendengar ‘menunda jam tidur’? Berdasarkan tim peneliti dari Universitas Utrecht yang baru-baru ini membagikan hasil penelitian mereka melalui jurnal Frontiers in Psychology, ‘menunda waktu tidur maksudnya adalah gagal untuk tidur pada waktu yang diinginkan, saat adanya beberapa faktor eksternal yang mencegah seseorang untuk tidur’.
Ingat saat semalam Anda lebih memilih untuk menghabiskan waktu menonton Shehrazat – padahal Anda sadar betul bahwa besok pagi harus ke kantor untuk bekerja? Namun, Anda tidak dapat berhenti menonton televisi karena penasaran bagaimana selanjutnya kisah antara Shehrazat antara Onur Aksal. Floor Kroese, yang merupakan Ketua dari penelitian tersebut mengatakan, “Kami beranggapan bahwa hal tersebut bukannya Anda tidak ingin tidur, tapi tidak ingin menghentikan aktifitas yang sedang Anda lakukan.” 
Saat Piala Dunia 2014 lalu, ada berita yang melaporkan bahwa seorang fans dari Cina jatuh sakit dan beberapa bahkan hampir sekarat ketika memaksa untuk menonton Piala Dunia. Brazil dan Cina yang memiliki selisih waktu 11 jam memaksa para fans bola bundar tersebut untuk tetap terjaga agar bisa menonton tim kesayangan mereka beraksi di lapangan hijau, padahal saat pagi datang mereka tetap harus melaksanakan kewajibannya untuk datang ke kantor.
Fenomena tersebut merupakan fenomena yang relatif baru dan membingungkan para ilmuwan serta mengkhawatirkan para pengusaha. Tidur larut malam menyebabkan tubuh cepat lelah sehingga menghambat produktifitas di kantor. Banyak penelitian telah menunjukan bahwa orang yang suka menunda kinerja akan berkurang, baik kinerja di kantor ataupun saat ia belajar. Kurang tidur dapat melemahkan tubuh dan mudah terserang penyakit yang bisa mengurangi absensi keberadaan di kantor. Pada tingkat lebih jauh, pekerja yang sering menunda waktu tidur kemungkinan akan berakhir dengan menyerahkan surat dokter palsu kepada kantor agar bisa izin tidak masuk kerja untuk mengejar ketinggalan waktu tidur.

Sebagai HRD, apakah kantor Anda mempunyai kebijakan untuk menghindari efek berbahaya dari para karyawan yang suka menunda waktu tidur sehingga dapat mengurangi produktifitas?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar