Personal
branding adalah proses dimana orang dan karirnya ditandai sebagai merek.
Selanjutnya didefinisikan sebagai penciptaan aset yang berhubungan dengan orang
tertentu atau individu; ini termasuk namun tidak terbatas pada, pakaian,
penampilan tubuh, dan pengetahuan yang terkandung dalam diri seseorang, yang
menyebabkan kesan unik yang tak terhapuskan dan bisa dibedakan, Tom Peters. Personal Branding juga merupakan kunci
untuk membangun dan menghasilkan jutaan orang-orang yang profesional. Personal branding digunakan sebagai alat
untuk membentuk pandangan orang lain kepada diri mereka. Montoya dan Vandehey
(2005) mengemukakan bila personal
branding digunakan dengan benar, dengan kreativitas, perencanaan, dan
konsistensi, maka dapat dipastikan karyawan bertalenta akan memiliki suatu merek
pribadi yang dapat membantu mereka melakukan tiga hal: (1) Membangun nama dan
memberikan gambaran kepribadian mereka pada orang lain, dimana dari kedua hal
tersebut akan memberikan gambaran yang memang dibutuhkan darinya. (2)
Memberikan ketertarikan dan penjelasan yang lebih jelas dan bisa menguntungkan
klien. (3) Membantu mereka mempertahankan kliennya, bahkan ketika bisnis sedang
berjalan lambat bagi orang lain.
Beberapa definisi dari personal
branding pada literatur seperti (Peters, 1997: Hansen, 2007; Montoya,
2005a; McNally and Speak, 2003;
Arruda, 2007 dalam Rampersad 2008:4)
(1)
Satu persepsi atau emosi yang terkendali oleh orang lain
mengenai personal branding.
(2)
Satu refleksi dari karyawan dan apa yang dipercaya, diekspresikan oleh apa
yang dilakukan dan bagaimana melakukannya.
(3)
Mestimulus maksud dari persepsi nilai dan kualitas yang karyawan pegang.
(4)
Mempengaruhi bagaimana karyawan lain merasakan personal branding.
(5)
Sejumlah ekspektasi dan asosiasi tumbuh dalam pikiran dari target audience.
(6)
Satu gambaran pemimpin yang ia inginkan ke proyek apapun
yang ia kerjakan.
(7)
Mengeliminasi kompetisi dan membuat pemimpin berbeda dan lebih baik dari seluruh
kompetisi pada pasar.
Menjadikan Merek Pribadi Otentik
(Authentic Personal Branding) menurut Rampersad (2008:15) mengemukakan
bahwa Ambisi Pribadi adalah gabungan dari visi pribadi, peranan kunci dari
internal, external, pengetahuan dan pembelajaran dan keuangan. Lebih lanjut
dinyatakan pula bahwa Pernyataan Merek Pribadi (Personal Brand Statement) adalah
gabungan dari ambisi pribadi, tujuan baru, kekhususan, pelayanan, spesialis dan
bidangnya. Hal ini sama dengan Pernyataan Merek Pribadi adalah gabungan visi
pribadi, misi, peran kunci, tujuan baru, kekhususan, pelayanan, spesialis dan
bidangnya. Yang dimaksud dengan
merek pribadi kandidat leader adalah
persepsi atau emosi yang dimiliki orang lain mengenai diri merek pribadi kandidat
leader tersebut. Merek pribadi kandidat
leader adalah karyawan yang telah
dipilih manajemen perusahaan dalam talent
pool.
Kandidat leader yang
mem-brand kan diri berarti berdaya
upaya untuk tampil menonjol dan berbeda dibanding kebanyakan orang. Personal branding sebagai daya upaya
seseorang untuk membangun persepsi publik mengenai jaminan apa yang bisa dia
berikan kepada masyarakat umumnya atau pasar khususnya. Mereka yang memiliki personal brand kuat pasti sangat dikenal
alias populer, sangat dipercaya, diidentikan dengan sesuatu hal atau bidang,
dipersepsi memiliki kemampuan di atas rata-rata, sehingga namanya sudah menjadi
sebuah jaminan dalam bidang yang ditekuninya. Merek pribadi disebut sebagai personal branding, sebuah cara
memposisikan diri sendiri sebagai apa atau siapa. Laura (1997:23) menyebutkan,
dengan personal branding kandidat leader akan membangun diri mereka
sebagai ahli di bidang yang dipilih, membangun reputasi yang solid dalam
industri mereka dan meningkatkan ketenaran mereka serta meningkatkan nilai mereka
yang dirasakan pasar.
Memiliki
personal branding yang kuat akan memiliki manfaat, di antaranya;
(1) Mestimulus arti persepsi mengenai nilai
dan kualitas yang karyawan anut.
(2)
Mengatakan kepada karyawan lain siapa personal branding, apa yang dilakukan, apa yang membuat personal
branding
berbeda, bagaimana personal branding membuat nilai untuk mereka dan apa yang
mereka dapat harapkan ketika mereka sepakat dengan personal branding.
(3)
Bagaimana mempengaruhi yang lain merasakan personal branding.
(4)
Membuat ekspektasi dalam benak orang lain
dari apa yang akan mereka dapat ketika mereka kerja dengan personal
branding.
(5)
Membuat satu identitas dengan membuat ini
lebih mudah untuk orang lain untuk mengingat siapa personal branding.
(6)
Dapatkan prospek untuk melihat sebagai hanya solusi untuk problem mereka.
(7)
Menempatkan karyawan di atas
kompetisi dan membuat unik dan lebih baik dari pesaing di pasar.
Dengan personal branding secara efektif, kandidat leader
akan mampu menjadi ahli dalam bidang tertentu, membangun reputasi solid dalam industri tertentu, serta
meningkatkan reputasi dan nama baik di pasaran. Tujuan personal branding adalah agar supaya bisa mempunyai identitas atau image yang menonjol dan berbeda dari
yang lain. Setelah mereka fokus dan mampu menyampaikan pesan tentang siapa diri
mereka, langkah terakhir adalah menyebarkan semua itu dengan menggunakan
media-media yang cocok atau yang digunakan oleh audiens mereka. Sesuatu asumsi
yang melekat pada kandidat
leader, atau mereka dianggap
seperti apa oleh orang lain. Sebagian orang juga mengartikan personal branding itu sama dengan
pencitraan. Jika secara sadar orang membangun personal branding, maka ia pastinya akan tahu apa yang melekat dari
dirinya. Tapi jika secara tak sadar telah membangun personal branding nya tentunya ia bisa mengetahui brand apa yang melekat pada dirinya
melalui orang lain. Kandidat
leader adalah bisnisnya,
artinya klien tidak melihat mereka karena bentuk bisnis mereka dan sebagus apa
kantor mereka, tetapi karena sesuatu yang lebih menarik klien dan membuat klien
percaya pada kemampuan dan keahlian mereka, kemudian klien akan memilih untuk
bekerja dengan mereka. Permasalahannya adalah dikarenakan personal branding merupakan siapa diri kandidat leader,
dan mereka adalah bisnis mereka sendiri, maka semua tergantung kepada bagaimana
mereka mengelola dan menghabiskan banyak waktu untuk membangunnya. Hal yang sangat
perlu diperhatikan dalam membangun personal
branding adalah “Personal Brand is
you”, sehingga yang terpenting adalah memberikan gambaran pada klien atau
orang lain tentang dua hal yaitu: Siapa diri kandidat leader
dan apa kemampuan mereka. Hal ini menggambarkan tentang nilai,
kepribadian, keahlian, dan kualitas diri karyawan bertalenta di bandingkan
dengan competitors.
Personal
branding akan dapat menimbulkan suatu bentuk harapan dalam pikiran orang
lain tentang apa yang akan mereka dapatkan ketika mereka bekerja dengan mereka.
Jika mereka telah memiliki target pasar dalam personal branding, maka pasti akan ada promise yang diberikan berdasarkan apa brand nya pada target pasar. Promise
inilah yang harus dipenuhi pada target pasar agar mereka selalu ingin untuk
bekerja bersama dengannya. Personal brand
adalah suatu hubungan yang dapat memberikan pengaruh pada klien atau prospek
mereka. Kemampuan dan penguasaan kandidat leader dalam
suatu atribut akan mempengaruhi besarnya pengaruh yang bisa diberikan pada
mereka. Misalnya, jika ada teman baik mereka mengatakan harus berhenti merokok
karena hal ini dapat merusak kesehatan, tentu mereka tidak akan mendengarnya.
Berbeda jika seorang dokter spesialis yang mengatakannya langsung padanya, maka
ia akan menganggapnya hal ini merupakan masalah yang serius. Ini bisa terjadi
tentu disebabkan oleh adanya kekuasaan dan keahlian dalam bidang kesehatan bagi
seorang dokter spesialis dibandingkan dengan temannya.
Masih banyak persepsi di kalangan
pemimpin perusahaan bahwa personal
branding hanyalah sesuatu yang bersifat pribadi. Bahkan ada kekhawatiran,
jika kandidat leader memiliki personal brand yang bagus hanya akan
diambil oleh perusahaan lain. Personal
brand yang dilakukan oleh individu-individu kandidat leader
justru pada akhirnya akan memberikan keuntungan bagi perusahaan. Personal branding itu bersifat pribadi,
tapi pribadi seorang kandidat
leader adalah bagian dari
organisasi, sehingga akan mendorong terjadi
multiply branding di tingkat organisasi. Orang-orang yang menangani brand juga punya brand (personal) yang
bagus, jangan sampai karyawan bertalenta berkeluh kesah kepada kliennya tentang
organisasi. Social Identity Theory
(SIT) yang dikembangkan oleh Tajfel dan Turner (1979) berdasarkan sosial
psikologi dan pengujian hubungan antar grup dan proses dirinya (Grimmer, 2009:20).
Komponen inti dari SIT adalah mengapa dan bagaimana klasifikasi Personal branding dan lainnya kedalam
grup sosial dan mengapa perilaku mereka digunakan didalam grup-grup. Individu
dipakai pada perbandingan evaluasi antara didalam grup dan diluar grup membantu
menjaga nilai didalam grup mereka sendiri dan identitas sosial (Grimmer, 2009:21).
Penelitian pemasaran pada hubungan
antar konsumsi dan identitas menunjukkan individu memberi wewenang melalui
konsumsi membangun identitas mereka sendiri atau mereka mau menjadi apa (diri
sendiri yang ideal atau menjadi diri masa depan) (Shankar, Elliott dan
Fitchett, 2009). Identitas tidak lagi ganjil, mutlak, teguh; identitas adalah
dinamis, satu proyek atau proses dari sesuatu rakitan dan rakitan ulang untuk
menjadi terorganisasi dan teratur (Shankar, Elliott & Fitchett, 2009). Branding menggunakan konsep ini lebih
lanjut dengan memberikan generasi muda mengkonsep mereka sendiri sebagai brands, mereka merakit dan mengatur
identitas sebagai satu brand
(Tokuhama, 2011). Manfaat dari memiliki personal
brand, seperti manfaat ketika merekrut seorang yang memiliki personal brand adalah akan membuat kandidat leader menjadi pemimpin yang
tangguh, memiliki suara dan mengharuskan tetap menggunakan komunitas online, social trends dan mengembangkan metode komunikasi. Yang terpenting
memiliki personal brand adalah
menjadikan kandidat leader seorang penyampai cerita
yang lebih baik. Chef executive officer
(CEO) dengan personal brand yang kuat
memiliki misi sosial kedalam identitas online
nya dan dapat menjadi sesuatu aset yang luar biasa untuk menyampaikan sesuatu
cerita yang menimbulkan perubahan. Mereka menjadi pemimpin yang bersemangat
tidak hanya dari organisasi tetapi dari penyebab.
Kandidat leader membangun personal brand untuk mengikutsertakan,
membuat jaringan dan membentuk kredibilitas sebagai pemimpin yang tangguh. Bila
reputasi sudah bagus dan terpercaya, seseorang kemudian bisa merencanakan
beberapa pengembangan diri agar cita-cita hidup yang belum tercapai bisa segera
diraih. Sama halnya dengan sebuah merek, pencitraan diri seseorang itu mahal
sekali. Mereka perlu menjadikan diri mereka sendiri lebih baik lagi sebagai
karyawan profesional yang bernilai lebih di lingkungan mana pun berada. Tidak
hanya perlu dijaga, citra diri juga perlu ditingkatkan terus-menenerus. Citra
diri perlu terus ditingkatkan di mata stakeholders,
yakni teman sekerja, atasan, bahkan di mata para head-hunter agar tujuan yang hendak diraih dalam peningkatan karier
dapat tercapai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar