Bosan dengan rutinitas, merasa tak berkembang di perusahaan tempat bekerja,
dan ujung-ujungnya merasa mentok dengan karier. Itulah "lagu lama"
yang diulang-ulang. Anda sendiri mungkin merasakannya, atau setidaknya
mendengar teman mengeluh seperti itu. Siapa yang harus disalahkan?
Paling baik, tentu saja, instrospeksi dan koreksi diri: mungkin semua
karena kekurangan kita, yang tidak mampu mengembangkan (potensi dan kompetensi)
diri sesuai tuntutan perusahaan. Sebab, kalau dipikir-pikir, pastilah tidak ada
perusahaan yang berniat menghambat karier karyawannya.
Namun, di sisi lain, tak ada juga seorang karyawan atau profesional yang
mau "dituduh" tidak maksimal, atau kinerjanya tidak bagus. Semua
orang pasti merasa bahwa dirinya telah bekerja dengan baik dan melakukan yang
terbaik untuk perusahaan.
Terlepas dari siapa yang salah siapa yang benar—kalau mau saling menyalahkan tak akan ada habisnya—sebenarnya sudah "nggak zaman" bagi seorang
profesional untuk mengharapkan pihak lain atau perusahaan bertanggung jawab
atas pengembangan dirinya.
Menurut direktur dan pendiri Experd Eileen Rachman, yang menulis buku Jadi
Nomor Satu: Terdepan di Era Persaingan, profesional yang berhasil adalah
mereka yang meyakini bahwa tanggung jawab untuk masa depan dan pengembangan
karier ada di tangan dirinya sendiri.
Kuncinya adalah investasi. Yakni, investasi pada diri sendiri. Dan, itu
harus dilakukan terus-menerus. Investasi pada diri sendiri setidaknya meliputi:
1. Investasi pada wawasan dan
keterampilan
Jangan menampilkan diri sebagai orang yang lamban,
sulit diajak kompromi, keras kepala dan merasa sudah --atau, bahkan paling--
mumpuni. Melainkan, tampilkan diri sebagai orang yang terbuka, mau belajar dan
bisa menyerap setiap isu dengan cepat.
Bangun kebiasaan membaca dan optimalkan penggunaan
internet untuk mencari tahu hal-hal baru.
Pelajari cara-cara berkomunikasi, bernegosiasi dan
berpersuasi secara langsung dari orang yang ahli yang ada di sekitar, jangan
sekedar dari buku-buku panduan.
Ambil setiap kesempatan untuk belajar memimpin
kelompok, mempraktikkan teknik-teknik manajerial dan menggunakan alat-alat
manajemen --perencanaan, laporan, kontrol-- dengan disiplin ketat sehingga cara
kerja manajerial menjadi kebiasaan baru.
2. Investasi pada portfolio
sosial
Bayangkan Anda punya ratusan relasi, yang bukan
hanya dari kalangan yang selevel dengan Anda, tapi juga dari kalangan manajemen
top. Segala gerak Anda akan dipermudah karenanya.
Ingat, portfolio sosial Anda bukan hanya terdiri
dari orang-orang yang Anda kenal, kerabat dekat sendiri, tapi juga orang-orang
yang kenal dan mengingat Anda.
3. Investasi pada perangkat
kerja
Contoh yang bagus untuk bagian ini adalah seorang wartawan
yang kesulitan mewawancarai narasumber karena alat perekam yang dibawanya
ternyata low batt. Ibaratnya, kalau mengelola baterai satu alat perekam
saja tidak bisa, bagaimana mengelola hal-hal lain yang lebih kompleks.
Ponsel, laptop...merupakan perangkat kerja kaum
profesional zaman sekarang --mengoptimalkan fungsi-fungsinya merupakan suatu
keharusan.
4. Investasi pada kebugaran
diri
Sediakan waktu yang cukup untuk berolahraga,
menjaga asupan makanan, menjalani pola hidup sehat. Luangkan waktu untuk
berkontemplasi, merenung dan menjalankan ibadah sehingga badan bugar dan jiwa
bagaikan baterai yang habis di-charge.
Berhentilah
mengeluh dan menyalahkan keadaan, dan mulailah berinvestasi pada diri sendiri
sehingga orang lain pun tidak ragu untuk berinvestasi pada diri Anda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar