Oleh: Hanif Hannan (Anggota Dewan Syura
Hidayatullah)
Bagaimana menyemai sifat amanah dalam diri?
1. Sadari bahwa amanah adalah karakter fitrah
nurani kita
Di zaman sekarang,
ketika melihat seseorang yang amanah, hati ini merasa kagum dan bahagia, sebaliknya
melihat seseorang yang berkhianat, hati ini menyempit dan tersayat perih. Inilah
bukti bahwa karakter nurani kita sesungguhnya tidak berubah. Senang dengan sifat amanah dan
membenci sifat khianat. Karena itu, jika seseorang berkhianat, berarti ia
menyimpang dari karakter fitrahnya. Bersikap amanah berarti menjaga karakter
fitrah kita sendiri.
2. Jernihkan dengan zikir
Hati dan
lidah yang selalu dibasahi dengan zikir atau ingat kepada Allah akan jernih dan
terjaga dari bisikan setan dan godaan hawa nafsu. Saat demikian, fitrah amanah
dalam hati akan terjaga pula. Sebaliknya, bila manusia lalai kepada Allah SWT,
hawa nafsu dan setan akan membisikkan sesuatu yang bertentangan dengan fitrah.
Akhirnya, terjerumuslah manusia pada syahwat dan (lalai). Amanah akhirnya
dipertukarkan dengan kemewahan dunia, tak peduli halal dan haramnya. Dalam
segala keadaan, berzikirlah sebanyak-banyaknya. Firman Allah SWT:
Hai
orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang
sebanyak-banyaknya. (Al-Ahzab [33]: 41)
3. Perkuat dengan ilmu agama
Terkadang
hebatnya godaan membuat persoalan jadi tersamar dan kabur. Saat ’disuap’
terang-terangan mungkin orang yang jujur akan tegas menolak. Namun, jika hal
itu dibungkus sebagai hadiah atau yang lebih halus, banyak orang yang akalnya
rabun. Mereka yang tak berilmu akan terasa sulit membedakan keduanya. Tapi,
bagi orang yang berilmu dan jujur akan dapat membedakannya dan bisa bersikap
dengan tegas, benar, dan tepat. Bacalah al-Qur`an dan Sunnah yang keduanya
jelas-jelas banyak menyuruh kita untuk bersikap amanah dan menjauhi khianat.
Perkaya dengan ilmu dari para ulama khususnya tentang hati dan kesucian jiwa
agar semakin jelaslah nilai-nilai hidup kita ini. Kaji dan renungi sejarah
keteladanan amanah dari orang-orang shalih.
4. Senantiasa berlatih amanah
Dalam
kehidupan sehari-hari, banyak sekali kewajiban yang harus kita tunaikan.
Sahalat lima waktu, misalnya. Cobalah mulai sekarang secara sadar tunaikan
kewajiban itu sebaik-baiknya. Selaraskan mulai dari nurani, pikiran, dan
tindakan Anda untuk menunaikan shalat secara tepat waktu. Tunaikan dengan rasa
syukur, tuma’ninah dan khusyu’. Jangan tergesa-gesa! Sebab, kalau shalat
tergesa- gesa, tidak sempurnalah kita dalam menunaikan amanah. Begitu juga
kewajiban memenuhi janji kepada sesama. Kita harus betul-betul yakin dulu
sebelum mengucap janji. Jangan berani berjanji kecuali kita yakin dapat
menunaikannya. Akan lebih baik jika memperbanyak amal kebaikan dari pada
mengumbar janji tetapi sering melupakannya.
Lingkup Keluarga
Membangun
kultur amanah dalam masyarakat dimulai dari keluarga. Sebab, keluarga merupakan
pilar penting pendidikan generasi masa depan. Kebiasaan yang di tanamkan kepada
anak-anak saat ini akan menghiasi keadaan masyarakat di masa depan. Bagaimana
menyemai sifat amanah dalam keluarga?
Berikan keteladanan amanah
Sebagai
orang tua, berikanlah keteladanan untuk bersikap amanah dalam keluarga. Tunaikan
kewajiban terlebih dahulu. Janganlah menjadi orang yang suka menuntut hak tetapi
mengabaikan kewajiban. Mendidik anak-anak dan menyantuninya dengan kasih sayang
juga merupakan amanah bagi orangtua. Didiklah mereka dengan teladan maka akan
lebih berkesan di hati mereka. Kelak, tanpa dituntut, mereka akan merespon
sikap amanah kita dengan sikap amanah mereka pula. Mereka akan hormat dan patuh
tanpa disuruh-suruh.
Tetapi,
kalau orang tua lebih sering menuntut pada anak tanpa bersikap amanah dalam
keluarga, mereka pun akan seperti itu pula. Saat menghadapi anak-anak yang
sering tidak patuh dan suka melanggar, jangan tergesa-gesa menyalahkan mereka.
Segera introspeksi diri, mungkin kita yang kurang bersikap amanah dan jujur di
depan mereka. Misalnya, saat ada tamu, banyak orang tua yang mengajari anaknya
untuk berbohong bahwa mereka sedang tidak ada di rumah. Bagaimana kita mau
menuntut jujur pada mereka?
Sering menasehati tentang pentingnya sikap
amanah
Pada
saat-saat tertentu kita perlu memberikan penekanan pentingnya amanah. Misalnya,
saat anak-anak berjanji dengan temannya, kita harus menasehati dan mendorongnya
untuk menunaikan janji itu sebaik-baiknya. Jika mereka tampak kurang kuat
kemauannya, tugas kita memotivasinya, karena amanah dan menepati janji adalah
tanda keimanan di depan Allah SWT. Bangunlah penghayatan bahwa khianat hanya
akan membuat kita terhina sepanjang masa. Sebaliknya, sikap memegang teguh
amanah akan membuat kita menjadi mulia sesungguh-sungguhnya.
Tegakkan disiplin dalam rumah tangga
Karakter
amanah hanya akan meresap bila ada pembiasaan yang terus menerus. Saat kita
mulai tidak istiqamah, maka sifat amanah itu tak akan berkembang menjadi
karakter. Inilah pentingnya menegakkan kedisiplinan. Saat anak-anak tidak
membersihkan kamar sesuai komitmen mereka, maka sebaiknya, mintalah penjelasan.
Bila mereka lupa, menjadi kewajiban kita untuk mengingatkan. Jika mereka
sengaja melanggar, jangan segan-segan memberi sanksi. Tentu bukan dengan hati
yang marah atau dendam, melainkan dengan adil dan kasih sayang demi kebaikan
mereka.
Lingkup Masyarakat
Jika sebuah
masyarakat sudah mangabaikan sikap amanah, tunggulah saat kehancuran akan tiba.
Krisis tak akan berkesudahan ketika rasa saling percaya sudah punah. Tak ada
lagi tolong menolong, tapi yang mencuat adalah saling menuntut dan
menghancurkan.
Apa yang
harus kita lakukan untuk mengubah keadaan seperti ini?
Pilihlah pemimpin yang amanah
Masyarakat
yang sedang sakit membutuhkan pemimpin yang mampu memegang teguh dan memelihara
amanah. Di tangan merekalah harapan baru akan muncul. Karena itu, pilihlah
pemimpin yang benar-benar amanah, bukan sekadar senang mengumbar janji. Kekhalifahan
Islam pernah mengalami kemunduran karena penguasanya sudah mulai tidak amanah.
Mereka mengabaikan keadilan dan kejujuran. Lalu tampillah Umar bin Abdul Aziz.
Beliau mampu mengembalikan kejayaan kekhalifahan dengan sifat amanahnya hanya
dalam waktu 2,5 tahun. Dalam era modern sekarang ini, korupsi yang merajalela
di Cina dapat dikurangi secara drastis karena hadir presiden yang amanah dan
anti korupsi.
Sistem yang baik
Perilaku
menyimpang bisa muncul karena sistem yang kurang baik. Seorang yang dikenal
jujur, saat diberi amanah memegang uang, bisa saja terperosok pada korupsi jika
sistem sangat mendukung untuk praktik seperti itu. Kontrol yang lemah dan
pelaporan yang tidak tersistem membuat seorang tergoda menyeleweng. Pembenahan
sistem yang diiringi keteladanan kepemimpinan yang amanah akan bisa memperbaiki
keadaan yang buruk seperti itu. Bila kesempatan menyeleweng berkurang, orang
pun akan lebih tertib dan sikap amanah akan berangsur tumbuh.
Penegakan hukum yang adil
Meski upaya
di atas sudah dilakukan, keserakahan sebagian manusia kadang tidak juga hilang.
Dengan berbagai dalih dan cara mereka pun melakukan berbagai pelanggaran. Saat
menghadapi hal seperti itu, hukum harus ditegakkan. Tak pandang bulu, jika
seorang berkhianat maka harus menerima sanksi yang tegas. Sebesar apa pun peran
Anda, jadilah Anda bagian dari solusi, bukan bagian dari masalah. Tunaikanlah
amanah. Semoga kita bisa menjadi subyek perubahan ke arah yang lebih baik.
Amin. Wallahu ’alam bish-shawab. SUARA HIDAYATULLAH, MARET 2009
“Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul dan
janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedangkan
kamu mengetahui.“ (QS alAnfal [8]: 27).
Ayat ini
menegaskan syariat luhur bernama amanah. Berasal dari kata amuna, ya’munu,
amanatan, amanah berarti jujur dan dapat dipercaya. Berkembang menjadi kata
aminah yang berarti aman tenteram. Lalu muncul derivasi lain, `amanah’, artinya
`saling percaya’.
Dari
gramatikal amanah ini lahir pemahaman bahwa kejujuran akan memberi rasa aman
bagi semua pi hak sehingga lahir rasa saling percaya. Saat seseorang memelihara
amanah sama halnya dengan menjaga harga dirinya, sekaligus sebagai satu rumpun
kata dan makna dengan `iman’. Dari Anas bin Malik, Rasulullah SAW bersabda,
“Tidak ada iman bagi yang tidak amanah (tidak jujur dan tak bisa dipercaya),
dan tidak ada dien bagi yang tidak menepati janji.“ (HR Baihaqi).
Di antara
indikator seseorang yang sukses dalam hidup adalah ketika dia mampu menjaga
harkat dan martabat dirinya. Dan itu artinya ia cerdas mengelola amanah. Ia
jujur dengan kata hatinya. Apa yang ada di hati ia ucapkan. Dan apa yang
diucapkan, sudah ia pi kirkan dan istiqomah untuk diamalkan. “Jika engkau
miliki empat hal, engkau tidak akan rugi dalam urusan dunia: menjaga amanah,
jujur dalam berkata, berakhlak baik, dan menjaga harga diri dalam (usaha,
bekerja) mencari makan.“ (HR Ahmad). Terkait dengan kebutuhan dunia yang
serbamateri, agama kita tidak mengenal konsep “sense of material belonging“, rasa memiliki dunia atau materi.
Islam mendidik umatnya untuk memiliki “sense
to be entrusted“. rasa diamanahi. Semua materi yang ada pada dirinya bukan
sama sekali miliknya, tapi titipan dan amanah dari Allah untuk dijaga. Karena,
siapa pun yang mencoba mengakui milik-Nya akan berakhir mengenaskan. Cukuplah
Firaun dan Qarun menjadi pelajaran buat kita.
Menjaga
amanah memang berat, bahkan mahaberat. Makhluk langit, bumi, dan gunung pernah
ditawari untuk mengemban amanah-Nya, tapi semua menolaknya. Semua makhluk Allah
SWT yang notabene jauh lebih besar dari makhluk manusia ini merasa berat dan
sangat khawatir kalau nanti tidak akan kuat mengembannya. (QS al-Ahzab [33]:
72). Hanya manusia, yang sok merasa sanggup dan kuat mengemban amanah-Nya.
Meski tidak sedikit yang lulus dan sanggup mengemban amanah-Nya seperti para
nabi dan rasul dan orang-orang saleh yang telah dipilih oleh Allah SWT.
Lalu,
bagaimana kita bisa menjaga amanah? Laa mulkiyyah, we have but nothing.
Sepertinya kita punya, tapi sebenarnya tidak punya apa-apa. Tugas hidup ini
mengakui semua mililk-Nya, lalu menggunakannya di jalan Allah SWT dengan rasa
syukur dan rendah hati (QS Ibrahim [14]: 7).
Sesungguhnya
kita mengetahui bahwa segala bentuk penyelewengan yang dilakukan akhir-akhir
ini, disebabkan rendahnya komitmen untuk menjaga amanah. Padahal, menjaga
amanah itu bagian penting di dalam kehidupan ini. Andai kata negara ini
dikelola dengan amanah, kesejahteraan masyarakatnya tentu sudah jauh lebih baik
dari sekarang ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar