Rampersad mendefinisikan personal branding (merek pribadi) antara lain
sebagai persepsi atau emosi mengenai diri seseorang yang digunakan oleh orang
lain. Personal branding biasanya mencerminkan siapa diri kita,
apa yang kita yakini, apa yang kita kerjakan dan bagaimana kita melakukannya.
Lebih dari itu merek pribadi menjadi suatu gambaran akan diri kita yang ingin
kita proyeksikan kedalam segala tindakan kita, personal branding bersifat otentik dan alamiah serta karena otentisitas
tersebut, personal branding menghindar
dari gemuruh persaingan. Personal branding justru
membantu karyawan untuk menjadi unik dan lebih baik daripada semua pesaing
yang ada.
Disaat merumuskan personal branding, karyawan melakukan
penilaian atas diri dan lingkungan karyawan. Analisis paling sederhana namun efektif adalah analisis SWOT (strength, weakness, opportunity, threat).
Pendekatan berbasis kekuatan akan menyarankan karyawan untuk menggunakan kekuatan atau kelebihan karyawan secara maksimum agar visi tercapai,
tanpa mengabaikan kelemahan-kelemahan karyawan yang ada. Dukungan mitra yang kuat dalam bakat-bakat
tertentu bagi karyawan yang lemah akan sangat berguna. Terhadap ancaman dan peluang
yang ada, upayakan agar kerja sama dengan mitra menjadi suatu sinergi yang bisa
mengubah ancaman menjadi peluang.
Personal branding berupaya menjembatani potensi diri (talent) dan lingkungan dengan visi yang
ingin kita capai. Dalam menyusun personal branding ada empat hal yang perlu diperhatikan.
Pertama, hal-hal apa yang kita ingin capai: peningkatan bisnis, pengakuan atau
kepuasan. Kedua, kita ingin dikenal sebagai apa dalam profesi atau bidang kita.
Ketiga, emosi apa yang dirasakan orang lain akibat brand kita. Keempat, apa yang akan dipikirkan orang lain akan diri
kita. Kita juga wajib memikirkan kelompok masyarakat mana yang menjadi sasaran.
Selanjutnya, kita bisa merancang logo dan slogan yang sesuai. Brand kita sejatinya mewakili diri kita sendiri—bakat-bakat
kita. Personal branding yang otentik yang didasarkan atas talent kuat kita sangat penting bagi
kesuksesan kita sehingga perlu ditonjolkan agar lingkungan kita dapat
memberikan kesempatan-kesempatan yang sesuai dengan kekuatan kita.
Membangun organisasi yang mengupayakan
perubahan untuk mencapai perbaikan kinerja merupakan tugas para eksekutif.
Namun para eksekutif perlu mempekerjakan orang-orang yang memiliki visi yang
sama dan memiliki kemampuan untuk menerima teknik-teknik dan proses-proses baru
sebagai bagian dari kehidupan mereka sehari-hari. Inti semua manajemen adalah
memperbaiki kinerja. Perbaikan kinerja akan memiliki akhir pada profil keuangan
organisasi, tetapi mungkin tidak langsung. Davis mengatakan perbaikan kinerja dapat dicapai melalui salah satu dari
dua cara yaitu; efisiensi dan produktivitas.
Melalui efisiensi, tantangan adalah
mencari atau mengembangkan proses dan praktek yang memungkinkan orang mencapai
sasaran mereka secara lebih efektif dan melalui produktivitas, tantangan adalah
menghasilkan output yang sama melalui
pemanfaatan sumber daya yang lebih sedikit. Sumber daya yang dimaksud di sini dapat berupa uang, orang atau
peralatan. Kemampuan merencanakan proses dan pelaksanaan peningkatan kinerja
merupakan fungsi dari kopentensi organisasi, yang akan meningkat dengan
kebijakan yang dipikirkan masak-masak dalam merekrut dan mengembangkan sumber-sumber
daya yang bertalenta.
Pekerja berpengetahuan bergantung pada
keahlian yang telah dipelajari untuk menunaikan pekerjaan mereka. Tugas
manajemen adalah memastikan bahwa pembelajarannya efektif. Mereka yang belajar
paling cepat dan paling baik akan menjadi superior
performers (karyawan berkinerja unggul)
Salah satu karakteristik kunci individu
yang bertalenta adalah kapasitasnya untuk belajar secara cepat dan kemampuannya
untuk menerapkan apa yang telah mereka pelajari secara efektif. Orang yang
benar-benar bertalenta mudah menjadi baik. Mereka memiliki kapasitas untuk
menguasai pengetahuan-pengetahuan baru dan menerapkannya secara efektif. Munculnya
pekerja berpengetahuan merupakan dimensi penting dari bisnis modern.
Praktik-praktik lama dalam mempelajari suatu perdagangan dan menggunakan untuk
kehidupan kini sudah berlalu. Terminologi perang talenta (war for talent) beberapa dasawarsa lalu merupakan kerangka
konseptual. Kini perang talenta antar organisasi telah menjadi kenyataan di depan mata kita. Kebutuhan unit kerja, organisasi dan
kepesatan peningkatan perusahaan tidak diiringi ketersediaan penawaran
profesional yang sepadan. Hal ini mengakibatkan perang talenta memanas hingga
ke level tertinggi. Persaingan perekrutan dan pembajakan talenta profesional
bahkan menghadirkan praktik perang talenta di luar batas logika akal sehat. The demands for talent for exceeds supply. Manajemen talenta, tak
pelak merupakan salah satu isu prioritas yang paling membuat pusing para
eksekutif puncak dewasa ini.
Porter menyatakan
dengan sangat jelas bahwa keunggulan komparatif suatu negara akibat faktor endowments (anugerah), seperti tanah
yang luas, lokasi di peta bumi, sumber daya alam mineral dan energi dan populasi yang besar
tidak serta merta membawa pada keunggulan kompetitif. Dalam perspektif
organisasi, keunggulan kompetitif organisasi bukanlah karena sudah lahir lebih
dulu, tidak memiliki kesulitan dana, sudah dikenal namanya atau saat ini sedang
untung. Semua perspektif keunggulan kompetitif organisasi seperti itu bukanlah
keunggulan yang sesungguhnya. Keunggulan kompetitif organisasi yang kokoh dalam
jangka panjang terjadi ketika organisasi tersebut mampu menghasilkan talenta
lebih baik daripada yang dibutuhkan.
Permasalahannya organisasi-organisasi saat
ini tidak mampu menghasilkan talenta lebih banyak daripada yang dibutuhkan.
Telah terjadi krisis talenta di hampir semua organisasi dan industri. Bahkan telah terjadi krisis talenta
kepemimpinan dalam waktu lebih dari tiga dasawarsa di negeri ini. Krisis talenta merupakan tanda jelas
bahwa organisasi, perusahaan, industri dan negara belum mengelola talenta
dengan benar. Banyaknya jumlah manusia, yang sekaligus dibarengi dengan sangat
langkanya calon pemimpin berkualitas ahli ini menandakan bahwa manusia dalam organisasi dibiarkan
berkembang ala kadarnya.
hallo pak antonius... saya mau nanya pak.. apakah personal branding masih bisa dilakukan oleh orang yang mempunyai performance yang sudah bagus? terus dimanakah letak personal branding dalam perilaku konsumen dalam pasar bebas
BalasHapusHi, Pak Prima... Personal branding bisa dilakukan dan sebaiknya dilakukan terus meski performance nya sudah baik, karena dibenak stakeholder dan sponsor karyawan tersebut selalu ada diingat mengenai sisi baik karyawan itu. Personal branding ada dua jenis yaitu, personal branding di dalam organisasi/perusahaan dan personal branding di dunia maya (on line). Personal branding dalam perilaku konsumen dalam pasar bebas perlu dilakukan on line. Untuk lebih jelasnya pada kesempatan lain akan kami up-load teori-teori mengenai personal branding di dalam organisasi/perusahaan dan di dunia maya. terima kasih untuk pertanyaannya
BalasHapus