Yang
dimaksud dengan kesungguhan adalah merupakan tanda orang sudah dewasa yang
dapat memusatkan perhatian dan mengerjakan apa yang dibutuhkan keadaan akibat
beberapa hal yang dapat diharapkan. Ini merupakan ujian berat, misalnya
kemampuan mengatasi oposisi, tahan terhadap godaan kompromi jangka pendek,
serta mampu mengatasi kekecewaan pribadi Tampubolon (2008). Pemimpin yang
memiliki kesungguhan tinggi
akan menyadari bahwa
jika usahanya belum
membuahkan hasil, maka ia akan
menambah kesungguhannya. Ia
tidak rela hanya duduk
menunggu hingga ajal
menjemputnya, namun ia
akan berusaha agar lembaran kehidupannya memiliki arti. Pemimpin yang
memiliki kesungguhan tinggi tidak terbiasa dengan hal-hal yang bersifat fana
(tidak kekal), dan tidak suka dengan kehidupan yang penuh dengan kepalsuan. Pemimpin
yang memiliki kesungguhan tinggi adalah berjiwa mulia. Ia berusaha
untuk tidak sombong dan congkak. Dengan demikian, jiwanya akan terjaga
tetap baik. Orang yang memiliki kesungguhan tinggi itu mandiri, tidak
bergantung kepada orang lain.
Kemuliaan ia bangun
dengan kehormatan dirinya,
bukan karena nasab (keturunan), ataupun
tidak kecil hati apabila nasabnya
tidak ada, sebab kemuliaannya adalah kesungguhannya.
Yang
dimaksud dengan kesadaran akan diri adalah, kemampuan untuk mengambil jarak
terhadap diri sendiri dan menelaah pemikiran, motif-motif, sejarah, naskah
hidup, tindakan, maupun kebiasaan dan kecenderungan. Hal ini memungkinkan
manusia untuk melepaskan kacamata diri. Kesadaran diri memungkinkan untuk
melihat kacamata itu sendiri maupun melihat melaluinya. Ini memungkinkan
manusia untuk menjadi sadar akan sejarah sosial dan psikis dari program-program
yang ada dalam diri dan untuk memperluas celah antara rangsangan dan tanggapan
sehingga gelisah dalam kehidupan akan segera teratasi. Banyak orang yang telah
menulis tentang psikologi organisasi, dorongan dan motif pemimpin. Satu aliran
pemikiran menyatakan bahwa para pemimpin terbaik tidak sadar akan peranannya,
tetapi aliran lain yang lebih besar pengaruhnya percaya bahwa para pemimpin itu
amat menyadari diri sendiri, kemampuan dan tujuannya. Zalenik misalnya,
merumuskan faktor psikologis itu membuat ia mengembangkan kemampuan untuk
kesungguhan dan dapat mengendalikan diri, disebut sumber bahaya karena faktor
psikologis dapat mengarahkan pada lingkup neurotis, dimana ia harus memimpin
tanpa mau memimpin Tampubolon.
Kesadaran
diri (Self-awareness) merupakan
proses mengenali motivasi, pilihan dan kepribadian kita lalu menyadari pengaruh
faktor-faktor tersebut atas penilaian, keputusan dan interaksi kita dengan
orang lain. Kemampuan untuk mengenal dan memilah-milah perasaan, memahami hal
yang sedang kita rasakan dan mengapa hal itu kita rasakan, dan mengetahui
penyebab munculnya perasaan tersebut. Kesadaran Diri adalah komponen kecerdasan
emosional yang pertama. Kesadaran Diri berarti mempunyai satu pemahaman emosi,
kekuatan, kelemahan, kebutuhan, dan pendorong diri sendiri. Pemimpin dengan
kesadaran diri kuat bukan berarti sangat kritis atau pun tidak secara
realistis. Namun mereka lebih cenderung jujur dengan diri mereka sendiri dan
dengan yang lain-lain. Tanpa kesadaran diri, meskipun kita berupaya
sungguh-sungguh untuk menyelesaikan permasalahan satu demi satu, pada akhirnya
kita hanya akan berputar-putar saja dalam lingkaran kemelut. Pemimpin yang
naluri kesadaran-dirinya kuat bisa mengetahui saat mereka merasa kurang
bersemangat, mudah kesal, sedih, ataupun bergairah dan menyadari bagaimana
berbagai perasaan tersebut bisa mengubah perilaku mereka sehingga menyebabkan
orang lain menjauhi mereka. Sebagian orang sadar akan adanya cahaya batiniah
dan tahu apa yang dibutuhkan untuk membuat cahaya itu bersinar lebih terang,
sementara sebagian orang lainnya mengabaikan cahaya-batiniah yang ada dalam
diri mereka, dan justru memburu tujuan hidup duniawi yang ditetapkan orang lain
untuk mereka, bisa dalam bentuk pekerjaan yang “bagus”, uang, atau gaya hidup
tertentu. Kesadaran-diri adalah fondasi penting bagi kecerdasan emosional
karena kita tidak akan bisa mengubah hal yang tidak kita sadari dan
kesadaran-diri adalah langkah awal untuk mengubah perilaku yang dapat membuat
kita dikucilkan. Biasanya, para psikiater menyarankan kepada manajemen agar
dijadikan pertimbangan dalam penerimaan calon mitra kerja adalah masalah sifat
dan karakter kendati skill-nya
rendah. Alasannya yaitu, jika skill
rendah tetapi sifat dan karakternya baik maka edukasi skill lebih mudah bila dibanding skill tinggi tetapi sifat dan karakternya rendah. Psikotes yang
dilakukan oleh departemen Human Resources
Departement (HRD) melalui psikiater ini adalah dalam rangka memudahkan
manajemen dalam seleksi, edukasi, alokasi potensi serta motivasi. Jika data
personalia kerja ini nyata, niscaya efektivitas manajemen dalam sisi
kepemimpinan terbantu. Sehingga, manajemen dapat memberikan pekerjaan yang
benar dan mengantarkan mitra kerja untuk melakukan pekerjaan dengan benar (Hidayatullah,
2011).
Pemimpin
dengan kesadaran diri tinggi akan mengetahui bagaimana perasaan mereka
mempengaruhi diri, orang lain, dan kinerja mereka. Dengan demikian, bila orang
yang sadar diri mengetahui bahwa dirinya kurang mampu menangani jadwal yang ketat
akan lebih berhati-hati merencanakan waktu. Di lain kasus pemimpin yang sadar
diri lebih bisa menangani klien yang sulit dengan mengatasi perasaanya sendiri
dan mengalihkan emosi dan rasa frustasi pada hal yang lebih membangun.
Kesadaran
diri lebih jauh lagi bisa dikaitkan dengan pemahaman seseorang akan nilai-nilai
dan tujuan diri. Seseorang yang sadar diri tahu kemana arah yang akan ia tuju
dan mengapa. Dengan demikian ia dapat saja menolak suatu pekerjaan yang secara financial menarik namun tidak sesuai
dengan tujuan jangka panjangnya.
Keputusan yang diambil oleh pemimpin dengan kesadaran diri tinggi akan
cenderung selaras dengan nilai-nilai yang mereka anut sehingga membuat mereka
bekerja dengan semangat tinggi. Sebaliknya pemimpin yang kurang sadar diri akan
sering diombang-ambingkan oleh konflik dan motif tersembunyi. Mereka yang cukup
sadar diri akan jujur mengakui kegagalan–kegagalan mereka dan akan sering
menceritakannya sambil tersenyum. Salah satu tanda dari kesadaran diri sendiri
adalah rasa humor atas diri sendiri. Kesadaran diri juga dapat dilihat selama review kinerja. Pemimpin yang sadar diri
merasa nyaman berbicara tentang keterbatasan dan kekuatan mereka, dan mereka
sering menunjukkan kehausan untuk kritik yang konstruktif. Sebaliknya, orang-orang
yang rendah kesadaran diri akan menginterpretasikan pesan untuk peningkatan
sebagai tanda kegagalan atau ancaman.
Kesadaran
diri jika dilihat dari sisi dalam pembentukan kualitas hidup, sebenarnya
memiliki peranan penting. Sehingga tak jarang pula pemimpin seakan tidak
memiliki niat untuk melakukan sesuatu, karena memang disaat itu pemimpin belum
memiliki kesadaran diri untuk melakukan hal itu.
Setiap
pemimpin itu punya pola pikir masing-masing, sehingga suatu kesadaran diri akan
sangat bergantung dari pola pikirnya, karena memang pola pikir ini yang
nantinya akan memproses semua informasi yang masuk ke dalam otak untuk
selanjutnya kita realisasikan. Jadi kalau misalnya ada seseorang yang hendak
menyadarkan pemimpin tentang pentingnya suatu hal, maka pola pikir kita ini
yang akan menumbuhkan kesadaran diri atau tidak. Kesadaran diri pada setiap
orang memang akan cukup sulit untuk ditumbuhkan, karena untuk bisa menumbuhkan
kesadaran diri ini sangat bergantung pada pola pikir pemimpin. Untuk itu selama
dalam proses pembentukan pola pikir, pemimpin juga harus tahu mengenai berbagai
faktor yang bisa mempengaruhi bentuk pola pikir pemimpin.
Ada
berbagai macam cara untuk bisa menumbuhkan kesadaran diri dalam diri pemimpin
terhadap suatu hal, tapi yang akan sangat berpengaruh di sini adalah pola pikir
pemimpin, untuk itu dalam usaha penumbuhan kesadaran diri diperlukan berbagai
usaha pendekatan dalam mempengaruhi pola pikir pemimpin. Seperti lingkungan
sosial misalnya, mungkin ini adalah faktor yang paling sangat berpengaruh
terhadap pola pikir pemimpin karena memang lingkungan sosial adalah yang paling
sering kita jamahi dalam kehidupan ini. Jadi sekarang hendaknya pemimpin bisa
untuk menumbuhkan kesadaran diri di dalam diri pemimpin untuk meningkatkan kualitas
hidup di masa depan, karena tanpa adanya kesadaran diri pemimpin tidak bisa
melakukannya. Pikiran pemimpin masih dikontrol oleh pola pikir yang sebelumnya,
oleh sebab itu melakukan pendekatan terhadap pola pikir juga sangat penting.
Manfaat
Kesadaran Diri
• Memahami diri dalam relasi dengan orang
lain
• Menyusun tujuan hidup dan karir
• Membangun relasi dengan orang lain
• Memahami nilai-nilai keberagaman
• Memimpin orang lain secara efektif
• Meningkatkan produktivitas
• Meningkatkan kontribusi pada perusahaan,
masyarakat dan keluarga
Cara
Mengembangkan Kesadaran Diri
• Analisis diri: minta orang lain untuk
menilai diri kita.
Analisis diri
dilakukan dengan cara refleksi diri (pikiran dan perasaan kita).
Refleksi itu
meliputi perilaku, pribadi, sikap dan
persepsi kita.
• Perilaku berhubungan erat dengan tindakan-tindakan
kita. Kitalah yang harus mengarahkan tiap tindakan kita.
Refleksi/analisis
perilaku itu mencakup 4 komponen, yakni: motivasi, pola berpikir, pola tindakan
dan pola interaksi kita dalam relasi dengan orang lain.
• Kepribadian
merupakan kondisi karakter/temperamen diri yang relatif stabil sebagai hasil
bentukan faktor sosial, budaya dan lingkungan sosial.
• Sikap
merupakan cara respon kita terhadap terhadap rangsangan (stimulus) objek luar
tertentu (menyenangkan/tidak menyenangkan). Emosi menentukan sikap kita.
• Persepsi
sebenarnya suatu proses menyerap informasi dengan panca indera kita lalu
memberikan pemaknaan atasnya.
Persepsi
dipengaruhi kuat oleh: stereotif, persepsi selektif, proyeksi, harapan, dan
minat.
Leader’s self mastery adalah sebagai suatu kemampuan kepemimpinan yang
sudah menjadi bagian dari pola pikir sehingga akan tampil dan menjadi bagian
dari perilaku sehari-hari dalam menjalankan peran, tugas dan tanggung jawabnya
sebagai pemimpin. Dalam konsep Leader’s
self mastery diharapkan karyawan sebagai output adalah seorang pemimpin yang sesuai dengan tujuan organisasi
dan tujuan karyawan.
Tujuan
akhir (ultimate goal) yang akan
dicapai leader’s self mastery adalah
dimilikinya kemampuan sebagai kepemimpinan yang unggul yaitu kemampuan
kepemimpinan yang berbasiskan kecerdasan spiritual berdasarkan kepemimpinan
untuk menghadapi tantangan saat ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar