Tak disangka, perekonomian Indonesia yang
tumbuh cukup bagus di tengah krisis ekonomi global, mempunyai masalah dalam hal
sumber daya manusia. The Boston Consulting Group (BCG) melihat negara republik
ini kekurangan tenaga kerja yang berkualitas. Jika tidak diatasi segera,
lembaga ini memprediksi selisih permintaan dan penawaran akan tenaga kerja
tersebut bakal melebar.
Hal itu dikemukakan BCG dalam laporannya yang
berjudul “Growing Pains, Lasting Advantage: Tackling Indonesia’s Talent
Challenges.”
Detailnya, dalam rilis yang diterbitkan Selasa
(28/5/2013), BCG melihat bahwa, saat ini, Indonesia sudah menghadapi kekurangan
manajer tingkat menengah. Dan di tahun 2020, kesenjangan antara
permintaan dan
penawaran akan semakin tinggi, yaitu mencapai 56 persen. Padahal ekonomi
Indonesia diprediksi akan masuk dalam 15 besar dunia dalam sepuluh tahun
mendatang.
Tahun 2020, BCG berpandangan,
perusahaan-perusahaan besar di Indonesia hanya bisa mengisi sekitar setengah
kebutuhan pekerja tingkat pemula dengan kandidat yang benar-benar berkualitas.
Di tingkat senior, dari segi jumlah, tingkat kekurangan diperkirakan akan lebih
rendah. Akan tetapi, banyak kandidat kurang memiliki pengalaman global dan
kemampuan memimpin yang dibutuhkan untuk meraih kesuksesan.
Kondisi tersebut muncul karena sistem
pendidikan nasional dalam mempersiapkan pelajar untuk menghadapi dunia kerja
masih lemah. Alhasil, sumber daya manusia di Indonesia pun tidak siap
menghadapi pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, juga pertumbuhan sektor
jasa yang sangat cepat.
Hanya 22 persen dari populasi usia kuliah di
Indonesia yang melanjutkan pendidikan ke jenjang universitas. Persentase ini
lebih rendah dibandingkan dengan Brasil, Rusia, dan China. Persoalan semakin
diperburuk dengan fakta bahwa hampir 60 persen lulusan berganti pekerjaan pada
tiga tahun pertama dan lebih dari sepertiganya berganti pekerjaan lebih dari
sekali.
“Meskipun
kondisi tenaga kerja ini terlihat suram di masa depan, perusahaan tidak perlu
merasa kalah. Dengan mengatasi masalah ini sekarang, mereka bisa melompat jauh
dibandingkan kompetitor yang kurang berpandangan jauh ke depan,” ungkap Dean
Tong, Partner BCG dan salah satu penulis laporan.
Solusi
terhadap masalah
Sebagai penyelesaian terhadap masalah SDM ini,
BCG dalam laporannya menyatakan bahwa perusahaan harus secara komprehensif
mengatasi masalah tenaga kerja dan kepemimpinan. Perusahaan juga tidak bisa
bergantung pada strategi jangka pendek, seperti merekrut pekerja dari
perusahaan kompetitor. Karena, berburu tenaga kerja dari kompetitor akan
mengirim pesan tidak sehat pada karyawan, yakni bila mereka ingin meningkatkan
karirnya maka mereka harus berganti pekerjaan.
Karena
itu, BCG menyarankan delapan pendekatan yang dapat digunakan untuk
perencanaan tenaga kerja, rekrutmen, pelatihan, pengembangan karir, manajemen
kinerja, merek perusahaan, keahlian pekerja, dan sistem meritokrasi. Beberapa
perusahaan di Indonesia telah mulai menerapkan beberapa elemen dari pendekatan
ini. Astra International, salah satu contohnya, telah membangun Astra
Management Development Institute, yang mengelola program pengembangan
untuk para pegawai baru dan dua tingkatan teratas pemimpin perusahaan.
Lalu, Pertamina, sebagai Badan Usaha Milik
Negara, menggunakan media sosial dalam usaha merekrut pegawai. Perusahaan
tersebut memiliki 50.000 pengikut di Twitter dan Facebook. Pertamina
menggunakan kedua media tersebut untuk berinteraksi dengan tenaga kerja
potensial.
“Menciptakan sistem pengelolaan tenaga kerja yang terbaik membutuhkan
waktu bertahun-tahun untuk dicapai dan seumur hidup untuk dijaga,” tambah Bernd
Waltermann, Senior Partner BCG dan salah satu
penulis laporan “In Indonesia, where talent is so scarce, companies that create
that edge will keep it for a long time.” (EVA)
Menurut saya, jalan satu-satunya untuk meningkat kualitas SDM di Indonesia adalah dengan membangun pendidikan yang berkualitas. Karena pendidikan yang berkualitas dapat merubah pola pikir dan tindakan. Namun tidak bisa dipungkiri, lingkungan juga sangat berpengaruh terhadap pola pikir tersebut. Jadi intinya, semua yang berada disekitar kita sangat berperan dalam meningkatkan SDM yang berkualitas.
BalasHapus*Tiara Kesuma. W - STIMI Banjarbaru
Tya, saya setuju dengan pendapat anda dan untuk membangun pendidikan yang berkualitas perlu pendidik yang berkualitas pula, oleh karenanya insentif dan take home pay mereka perlu dapat perhatian serius dari pemerintah RI yang baru.Pemerinatah perlu mempelajari hal ini dari negara tetangga.
BalasHapus