Seiring dengan makin menuanya angkatan tenaga kerja dari generasi baby
boomer, kalangan pengusaha mulai khawatir akan terjadinya gelombang pensiun
secara besar-besaran. Para pemimpin perusahaan memang pantas khawatir, karena
mundurnya baby boomer berarti juga hilangnya beragam keahlian,
pengetahuan dan pengalaman. Inilah tantangan yang harus dihadapi organisasi
dalam waktu dekat.
Menurut analisis para pakar masalah kerja dan penuaan,
perusahaan-perusahaan utilitas, pabrik dan bisnis-bisnis "old
economy" lainnya akan paling cepat tersentuh masa yang mencemaskan itu.
Sedangkan sektor teknologi, di mana masa jabatan karyawannya lebih pendek dan
rata-rata mereka berusia muda, bisa lebih bernafas lega.
Bagaimana pun, pekerja yang berusia mendekati 65 tahun sekarang ini
jumlahnya sangat besar. Sudah seharusnya jika kaum pengusaha lebih mencermati
masalah-masalah demografi dan, jika perlu, melakukan langkah-langkah
penyesuaian. Sayangnya, hanya sedikit yang menyadari hal itu.
Dari survei yang sama disebutkan, karyawan usia tua masih tetap bekerja
karena dua alasan. Pertama, takut kehilangan penghasilan setelah pensiun;
kedua, mereka memang senang bekerja. Namun, pada sisi lain, ditemukan pula tren
yang berlawanan, yang secara statistik signifikan. Yakni, mereka yang lebih
memilih pensiun dini.
Kalangan eksekutif HR harus mampu mengambil langkah-langkah untuk
menghadapi tren yang saling berkompetisi tersebut. Peringatan dini untuk
mereka: jumlah orang yang pensiun dalam lima tahun ke depan akan membengkak.
Dengan kata lain, akan terjadi gelombang massal pensiun dalam waktu dekat.
Untuk memastikan diri tetap mencermati isu tersebut, para pimpinan, praktisi
dan profesional HR seharusnya:
1. Take a look around
Lakukan "inventarisasi usia" --bisa secara informal saja--
terhadap karyawan di semua lini dalam perusahaan Anda. Tahukah Anda bahwa
seorang karyawan umumnya merencanakan pensiun di atas usia 50 tahun? Anda perlu
mendeteksi, siapa di antara mereka yang bisa didorong untuk memilih pensiun
lebih cepat dari itu. Pilihan pensiun dini kepada karyawan akan membantu
program-program HR Anda dalam 5 tahun mendatang atau lebih.
2. Forecast future training needs
Perusahaan akan mengalami kehilangan memori kolektif besar-besaran jika
karyawan pensiun dalam jumlah banyak. Oleh karenanya, organisasi yang
dihadapkan pada gelombang pensiun sebaiknya mempertimbangkan kestabilan
program-program mentoring mereka, baik yang formal maupun informal,
untuk mentransfer pengetahuan dari karyawan generasi tua ke yang lebih muda.
3. Perform a "skills assessment."
Dengan adanya sistem outsourcing dan jasa teknologi, sejumlah
keahlian akan menjadi kurang penting bagi organisasi. Perusahaan yang memiliki
kepekaan bagus akan kebutuhan masa depan bisa mulai mempersiapkan karyawan muda
untuk menggantikan yang tua. Atau, membuat rencana rekrutmen yang sesuai dengan
perubahan permintaan di tempat kerja.
Intinya, apakah karyawan usia tua di perusahaan Anda berencana untuk
pensiun (dini) atau tidak, mendudukkan mereka berdampingan dengan karyawan muda
merupakan langkah yang bagus. Ketika karyawan senior berbagi cerita tentang
perkembangan karir mereka, itu merupakan mekanisme pengajaran yang powerful.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar