Menurut
I.L.Janis, groupthink adalah proses
pembuatan keputusan yang kurang baik, yang besar kemungkinannya akan
menghasilkan keputusa yang merugikan.
dari
anlisa-anlisa I.L.Janis, ditemukan bahwa ada tiga anteseden yang mendahului
timbulnya groupthink:
- Kekompakan kelompok yang tinggi,
- Kesalahan struktural dalam kelompok,
- Kurang ada tradisi kempemimpinan yang tidak memihak,
- Kurang ada norma yang menuntut prosedur yang teratur,
- Latar belakang sosial dan ideologi yang seragam dari anggota.
Suatu
kelompok yang sudah dihinggapi groupthink menunjukkan gejala-gejala sebagai
berikut:
Rasionalisasi
kolektif ( membenarkan hal-hal yang salah sebagai hal yang wajar),
Percaya pada
moralitas tependam yang ada dalam diri
kelompok,
Stereotip
terhadap kelompok lain,
Tekanan
langsung pada anggota yang pendapatnya berbeda dari pendapat kelompok,
sensor diri
snediri terhadap penyimpangan dari konsensus kelompok,
Ilusi bahwa
semua anggota kelompok sepakat dan bersuara bulat,
Otomatis
menjaga mental untuk mencegah atau menyaring informasi-informasi yang tidak
mendukung.
Teori Kurt
Lewin, Leon Festinger, dan kolega-kolega mereka di Research Center of Group
Dynamics. Lewin, pada tahun 1943, menggunakan istilah cohesive untuk
menggambarkan sebuah kekuatan yang menjaga kelompok agar tetap utuh dengan cara
menjaga kesatuan anggota-aggotanya. Festinger mendefinisikan kohesivitas
sebagai total dari sebuah kekuatan yang berada pada anggota-anggota kelompok
yang tetap bertahan pada kelompok tersebut (Festinger, Schachter, & Back,
1950, p.164).
Konsep ini
menggambarkan konsep kohesivitas secara fisik, dimana didefinisikan sebagai
kekuatan dari “daya tarik molekul” yang menjaga agar partikel-partikel tetap
bersatu. Aplikasinya pada sebuah kelompok, kohesivitas adalah kekuatan dari
pemersatu yang menghubungkan anggota kelompok secara individual dengan anggota
yang lain dalam satu kelompok secara keseluruhan.
Kohesivitas
merupakan sebuah ketertarikan. Beberapa teori mempertimbangkan kohesivitas
sebagai sebuah ketertarikan personal (Lott & Lott, 1965). Pada level
individu, anggota dalam kelompok yang kohesif saling menyukai satu sama lain.
Contohnya, pada para pegawai di studio Disney, anggota-anggota kelompok
tersebut menjadi teman dekat, dalam beberapa waktu kemudian mereka mendapatkan
beberapa koneksi di luar kelompok mereka. Dalam level kelompok, anggota-anggota
kelompok tertarik pada kelompok itu sendiri. Anggota kelompok mungkin bukan
merupakan teman, tetapi mereka mempunyai pandangan positif terhadap
kelompoknya.
Bagaimana dalam suatu kelompok hanya beberapa orang yang menganggap penting dan sangat positif , dalam suatu kondisi orang menganggap kelompok adalah pesaing dan penghalang bahkan perlu disingkirkan padahal ia diciptakan untuk berkelompok. Masalah seperti ini sering di temui dalam berkelompok, Bagaimana cara yang bijak untuk menyikapi hal ini ????
BalasHapusPutri Anggraeni