Kepemimpinan yang tidak konsisten dan arogan banyak menyebabkan konflik
antardepartemen. Bagaimana memperbaiki iklim kerja yang tidak sehat tersebut?
Apakah perlu restruktur organisasi atau ada saran lain?
Kerjasama atau komitmen tim dan kejelasan merupakan faktor-faktor yang
menentukan baik-buruknya iklim kerja. Jika pemimpin menunjukkan perilaku yang
menyebabkan kerjasama/komitmen tim menjadi buruk dan muncul banyak
ketidakjelasan, maka sudah pasti akan berdampak pada menurunnya iklim kerja,
dan pada ujungnya akan berdampak pada turunnya kinerja perusahaan.
Faktor-faktor lain yang biasanya mempengaruhi iklim kerja adalah fleksibilitas (apakah banyak atau tidak aturan-aturan yang tidak perlu di dalam organisasi), delegasi tanggung jawab (apakah pemberdayaan tanggung jawab cukup diberikan untuk penyelesaian pekerjaan), standar (apakah ada penekanan pada pencapaian standar kinerja yang tinggi), dan penghargaan (apakah ada penghargaan dan pengakuan yang dikaitkan dengan pencapaian kinerja).
Lalu, jikalau iklim kerja sudah tidak sehat, bagaimana memperbaikinya?
Perubahan iklim kerja banyak menyangkut perubahan gaya kepemimpinan, dan
perubahan gaya kepemimpinan banyak menyangkut perubahan kompetensi perilaku.
Nah, kita tahu bahwa perubahan perilaku pada diri manusia adalah hal yang tidak
gampang. Pada tataran knowledge (tahu) dan skill (mampu), kita dapat
meningkatkan kemampuan kepemimpinan orang tersebut, sehingga dia memahami
pentingnya menerapkan berbagai gaya kepemimpinan sesuai dengan situasinya.
Pelatihan kepemimpinan dan job coaching (assignment, rotation, mentoring,
shadowing) dapat dilakukan untuk mengasah kemampuan kepemimpinan ini. Tapi,
yang paling sulit adalah faktor kemauan dari pemimpin ini untuk mengubah
perilakunya sehingga tidak lagi arogan dan tidak konsisten. Untuk hal ini perlu
dikembangkan kompetensi perilakunya dalam hal kerjasama tim, hubungan
interpersonal, integritas (walk the talk, konsisten) dan orientasinya pada
keteraturan.
Pengembangan kompetensi
(kepemimpinan) dapat dilakukan dengan coaching dan counseling, dan change
management program yang melibatkan semua jajaran management (top dan menengah).
Dalam change management program ini akan dicapai hal-hal seperti: kesadaran
akan dampak negatif dari perilaku-perilaku selama ini; komitmen untuk mengubah
kondisi negatif tersebut; kesepatakan bersama akan target kondisi yang
diinginkan; kesadaran bersama akan kesenjangan yang ada antara kondisi yang
diharapkan dan yang saat ini; komitmen bersama akan rencana aksi atau program
yang akan dilakukan untuk meningkatkan kondisi iklim kerja; kesepatakan untuk
monitoring dan evaluasi kemajuan program perubahan yang dilakukan.
Jika change management program ini dilakukan, dan berbarengan dengan
coaching/counseling, serta peningkatan kemampuan kepemimpinan, maka iklim kerja
akan dapat diperbaiki. Memang tidak akan bisa dilakukan dalam waktu semalam,
karena umumnya perlu kesadaran dulu baru terjadi perubahan. Ada proses yang
perlu dilewati dalam perubahan perilaku, yang saya sering sebutkan sebagai
kurva "SARAH". Apa itu?
Pertama "S" ada di titik kiri bawah, dimana pada kondisi awal perubahan akan ada SHOCK, yakni pihak-pihak yang terkena perubahan akan terkejut, mengapa situasi dimana dia sudah nyaman (comfort zone) mau diubah. Lalu, selang beberapa waktu orang akan memasuki tahap "A", titik lebih atas ke kanan, dimana pada kondisi ini keterkejutan di awal itu akan berlanjut ke kemarahan ("ANGRY") terhadap pihak-pihak yang mau melakukan perubahan. Dan, dalam waktu yang tidak terlalu lama mereka akan memuncak dan masuk ke tahap "R", di titik paling tinggi ke kanan, dimana pada kondisi ini orang yang marah tadi akan menolak ("REJECT") program perubahan tersebut. Inilah masa dimana resistensi paling besar dan kesuksesan program perubahan dipertaruhkan.
Pertama "S" ada di titik kiri bawah, dimana pada kondisi awal perubahan akan ada SHOCK, yakni pihak-pihak yang terkena perubahan akan terkejut, mengapa situasi dimana dia sudah nyaman (comfort zone) mau diubah. Lalu, selang beberapa waktu orang akan memasuki tahap "A", titik lebih atas ke kanan, dimana pada kondisi ini keterkejutan di awal itu akan berlanjut ke kemarahan ("ANGRY") terhadap pihak-pihak yang mau melakukan perubahan. Dan, dalam waktu yang tidak terlalu lama mereka akan memuncak dan masuk ke tahap "R", di titik paling tinggi ke kanan, dimana pada kondisi ini orang yang marah tadi akan menolak ("REJECT") program perubahan tersebut. Inilah masa dimana resistensi paling besar dan kesuksesan program perubahan dipertaruhkan.
Jika komitmen perubahan tetap konsisten, dan komunikasi dan sosialisasi
terus dilakukan, terutama manfaat dari perubahan tersebut, kepada pihak-pihak
yang menolak, maka kemudian situasi akan mereda dan masuk ke tahap
"A", di titik turun ke kanan, dimana pada kondisi ini mereka mulai
menerima perubahan ("ACCEPT"). Setelah itu program perubahan akan
lebih lancar berjalan, dan masuk ke tahap akhir di titik paling rendah di
sebelah kanan, yaitu tahap "H" (HOPE), dimana semua orang sudah
memiliki harapan yang besar akan dampak positif dari perubahan yang dilakukan.
Change management program akan mendorong agar proses perubahan dapat
melalui titik kritis di puncak "R" (REJECT), dan terus berjalan
hingga ke titik "H" (HOPE). Kegagalan proses perubahan untuk
memperbaiki iklim kerja terjadi di titik kritis "R", dimana gelombang
penolakan tidak dapat diatasi.
Salam
hangat perubahan iklim kerja dari si cantik "SARAH"!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar