Kini di era MEA 2015 war for talent antar organisasi telah menjadi kenyataan di depan mata kita. Kebutuhan unit kerja, organisasi dan kepesatan peningkatan perusahaan tidak diiringi ketersediaan penawaran profesional yang sepadan. Hal ini mengakibatkan perang talenta memanas hingga ke level tertinggi. Persaingan perekrutan dan pembajakan talenta profesional bahkan menghadirkan praktik perang talenta di luar batas logika akal sehat. The demands for talent for exceeds supply. Manajemen talenta, tak pelak merupakan salah satu isu prioritas yang paling membuat pusing para eksekutif puncak dewasa ini

Minggu, 14 Desember 2014

Karir Kita Berawal dari Cara Berpakaian


Kita memang tidak dianjurkan untuk melihat orang lain hanya dari rupa luarnya saja, atau seperti kata sebuah pameo populer, “don’t judge the book by its cover”. Namun suka atau tidak, masalah pakaian ini bisa menjadi penting ketika itu berkaitan dengan dunia bisnis.

Salah satu contoh nyata dari konsep tersebut adalah kisah Dawn Rasmussen yang ia tulis dalam artikelnya di linkedin today bahwa ia pernah diminta pulang kembali ke rumahnya karena ia hanya menggunakan legging dan kaus longgar ke kantor. Pada hari pertama kerja tersebut, bos yang untungnya cukup baik hati memintanya duduk dan lalu memperhatikan karyawan lainnya. Ia menjadi malu setelah melihat rekan kerjanya berpakaian rapi dan resmi, busana yang pas untuk bekerja di kantor. Seketika bajunya tak hanya terlihat kedodoran, tetapi juga tidak professional.
Pengalaman Rasmussen bisa menjadi reminder bagi kita bahwa penampilan merupakan salah satu hal yang cukup krusial untuk menunjang karir. Terutama karena manusia adalah makhluk visual yang mudah mendapatkan kesan pertama dari apa yang dilihat oleh matanya. Bagaimana kita menampilkan diri kita menjadi dasar bagi orang lain untuk membentuk diri kita dari kaca mata mereka. Dan first impression biasanya terjadi dalam waktu beberapa detik pertama.
Intinya, apa yang kita pakai tidak mungkin berakhir dengan tidak diperhatikan orang lain. Bahkan penampilan yang tepat ditunjang dengan kinerja yang baik dapat membawa seseorang pada promosi. Sebaliknya, orang yang berpakaian alakadarnya atau semaunya sendiri, justru memunculkan kesan bahwa dia tidak siap untuk memainkan perannya sebagai karyawan secara keseluruhan.
Permasalahan tentang cara berpakaian biasanya terjadi pada para fresh graduate. Pasalnya, dari gaya berpakaian santai, mereka harus bertransformasi dan memakai pakaian resmi. Bahkan kadang muncul pertanyaan, “Jika saya adalah apa yang saya pakai, mengapa mereka tidak merekrut diri saya yang sebenarnya dengan menerima apa yang saya pakai?”
Hal itu memang tidak sepenuhnya salah, akan tetapi, perusahaan tidak merekrut kita sebagai individu. Mereka merekrut orang-orang yang cocok dengan budaya dan nilai perusahaan, jadi lebih mempresentasikan identitas perusahaan tersebut.
Pada akhirnya, kita memang harus belajar menyesuaikan diri termasuk cara berpakaian. Untuk mempermudah hal tersebut, kita perlu mempelajari budaya perusahaan tempat kita bekerja. Namun disarankan pada saat menghadiri interview kerja, usahakan untuk memakai pakaian yang baik, layak dalam situasi bisnis. Bukan tidak mungkin bahwa dengan kualifikasi yang sama, seorang staf rekrutmen memilih salah satu dari kandidat yang berpakaian paling baik. Jadi, tidak berlebihan bila dikatakan karir kita bermula dari apa yang kita pakai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar