Networking merupakan salah satu
elemen kunci untuk mencapai sukses dalam pergaulan dunia kerja. Lebih-lebih di
era persaingan tinggi seperti sekarang, keterampilan networking tidak lagi
sekedar sesuatu yang "penting", melainkan "wajib".
Masalahnya, banyak orang merasa dirinya terlalu introver untuk melakukan hal
itu.
Bagi para introver,
"kewajiban" networking bagaikan momok. Bertemu klien, harus
berbasa-basi dan mengimbangi pembicaraan orang lain, beramah-tamah dengan
orang-orang yang dijumpai di acara seminar, bukanlah sesuatu yang menyenangkan.
Sebaliknya, justru membuat stres.
Apakah dengan begitu, orang-orang
yang introver tidak memiliki kesempatan untuk sukses?
Memang, kecenderungan selama ini,
banyak orang menganggap bahwa networking adalah dominasi orang dengan tipe
kepribadian ekstrover. Yakni, mereka yang mendapatkan gairah hidup dari
interaksi dengan banyak orang di sekitarnya. Mereka luwes dalam bergaul, senang
berada di tengah pesta, dan bertemu dengan orang-orang baru, yang berpotensi
untuk mendukung keberhasilan pekerjaan mereka. Bagi orang-orang seperti itu,
networking tampaknya sudah menjadi hal yang alami.
Sementara, orang dengan tipe
introver mendapatkan energi dari dalam dirinya sendiri. Mereka tidak suka
dengan pesta atau pertemuan sosial yang mengharuskan mereka bertemu dan
berbicara dengan banyak orang. Bila pun menghadiri suatu pertemuan, mereka
berinteraksi dengan beberapa orang orang saja, itu pun lebih banyak mengambil
peran sebagai pendengar. Bagi mereka yang tidak terlalu menikmati pertemuan
dengan banyak orang, membangun jejaring memang membutuhkan usaha ekstra. Lalu,
apakah orang-orang dengan karakteristik introver harus tenggelam di bawah
dominasi mereka yang ekstrover?
Direktur Experd Eileen Rachman
dalam artikelnya yang berjudul "Mission Not Impossible: Introver Jago
Networking" menegaskan, pada dasarnya networking tidak selalu mudah,
bahkan untuk ekstrover sekali pun.
Dijelaskan, sebagai usaha untuk
mengembangkan hubungan dengan orang-orang yang ada di sekitar, networking bisa
berupa interaksi dengan orang lain atau pun pertukaran informasi. Menurut
Eileen, setiap orang bisa mengembangkan ‘gaya’ atau pendekatan networking yang
khas dan manjur bagi diri mereka masing-masing, disesuaikan dengan
karakteristik kepribadian.
Bagi si introver, menjadi
pendengar yang baik dan menunjukkan kesediaan untuk membantu orang lain, bisa
jadi merupakan modal utama. Membangun kepercayaan diri untuk melakukan
networking dapat dilakukan dengan mendefinisikan ulang esensi dari networking,
yaitu tidak hanya sekedar ‘gaul’ saja atau ‘luwes’ saja, tapi membangun
kepercayaan dan hubungan yang bermakna dan mendukung kesuksesan pekerjaannya.
Berikut beberapa tips yang
diberikan Eileen Rachman agar introver dapat mengembangkan ‘gaya’ dan
pendekatan khas untuk menjadi jago networking:
1. Eksplorasi kelebihan, temukan
keunggulan
Gali kelebihan yang dapat
digunakan untuk mengembangkan hubungan dengan orang lain. Beberapa di antaranya
yang khas bagi introver adalah senang mendengarkan orang lain, bisa mengingat
hal kecil, senang membantu, tidak sungkan memberikan pujian.
2. Miliki alternatif yang sesuai
gaya dan kelebihan Anda:
-- Perkuat hubungan non-tatap
muka, misalnya dengan mengirim email/SMS berisi cerita, anekdot atau humor
untuk menyegarkan hubungan.
-- Memanfaatkan kegiatan seminar
atau training daripada pergi ke pesta.
-- Kirimkan kartu ucapan selamat,
sebagai tindak lanjut dari informasi yang dimiliki atas diri target networking.
3. Tetapkan target spesifik dan
realistik
-- Berapa jumlah kontak atau
"say hello" dalam waktu seminggu.
-- Berapa kali melakukan kegiatan
bersama dengan klien atau rekan kerja dalam sebulan, bisa berupa makan siang,
olah raga atau belanja bareng.
-- Berapa orang yang akan Anda
dekati dalam suatu ajang networking.
4. Miliki skenario
Tak jarang orang tipe introvet
merasa tidak nyaman bila harus menelepon seseorang yang belum dikenalnya.
Adanya panduan dan skenario akan membantu untuk mengembangkan pembicaraan.
5. Pertolongan: komoditi seorang
"networker".
Sepanjang kita menyadari bahwa
setiap orang mempunyai kebutuhan akan referensi, kita masih bisa melakukan
networking. Banyak sekali orang tidak kenal restoran yang paling asyik. Banyak
sekali orang merasa beruntung bila diperkenalkan pada rekanan bisnis baru.
Nomor-nomor telepon penting sering tidak dipunyai orang lain. Semua itu bisa kita
jadikan materi "sharing" yang menarik sekaligus menguntungkan
semua pihak. Dengan membiasakan hal ini hubungan tolong menolong terjadi secara
wajar dan otomatis.
Networking merupakan salah satu
alat untuk membangun hubungan yang berjangka panjang. Siapa pun dapat
melakukannya, dan banyak alternatif untuk mewujudkannya, sesuai denqan
karakteristik pribadi masing-masing. "Jika Anda seorang manajer, kiat ini
dapat Anda gunakan untuk melatih dan memberi dukungan pada anak buah yang
introver, sehingga dapat membantu yang bersangkutan memanfaatkan hubungan baik
dengan orang lain untuk keberhasilan dalam pekerjaannya," saran Eileen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar