Kini di era MEA 2015 war for talent antar organisasi telah menjadi kenyataan di depan mata kita. Kebutuhan unit kerja, organisasi dan kepesatan peningkatan perusahaan tidak diiringi ketersediaan penawaran profesional yang sepadan. Hal ini mengakibatkan perang talenta memanas hingga ke level tertinggi. Persaingan perekrutan dan pembajakan talenta profesional bahkan menghadirkan praktik perang talenta di luar batas logika akal sehat. The demands for talent for exceeds supply. Manajemen talenta, tak pelak merupakan salah satu isu prioritas yang paling membuat pusing para eksekutif puncak dewasa ini

Senin, 09 Maret 2015

Kiat Networking bagi Si Introver

Networking merupakan salah satu elemen kunci untuk mencapai sukses dalam pergaulan dunia kerja. Lebih-lebih di era persaingan tinggi seperti sekarang, keterampilan networking tidak lagi sekedar sesuatu yang "penting", melainkan "wajib". Masalahnya, banyak orang merasa dirinya terlalu introver untuk melakukan hal itu.
Bagi para introver, "kewajiban" networking bagaikan momok. Bertemu klien, harus berbasa-basi dan mengimbangi pembicaraan orang lain, beramah-tamah dengan orang-orang yang dijumpai di acara seminar, bukanlah sesuatu yang menyenangkan. Sebaliknya, justru membuat stres.
Apakah dengan begitu, orang-orang yang introver tidak memiliki kesempatan untuk sukses?
Memang, kecenderungan selama ini, banyak orang menganggap bahwa networking adalah dominasi orang dengan tipe kepribadian ekstrover. Yakni, mereka yang mendapatkan gairah hidup dari interaksi dengan banyak orang di sekitarnya. Mereka luwes dalam bergaul, senang berada di tengah pesta, dan bertemu dengan orang-orang baru, yang berpotensi untuk mendukung keberhasilan pekerjaan mereka. Bagi orang-orang seperti itu, networking tampaknya sudah menjadi hal yang alami.


Sementara, orang dengan tipe introver mendapatkan energi dari dalam dirinya sendiri. Mereka tidak suka dengan pesta atau pertemuan sosial yang mengharuskan mereka bertemu dan berbicara dengan banyak orang. Bila pun menghadiri suatu pertemuan, mereka berinteraksi dengan beberapa orang orang saja, itu pun lebih banyak mengambil peran sebagai pendengar. Bagi mereka yang tidak terlalu menikmati pertemuan dengan banyak orang, membangun jejaring memang membutuhkan usaha ekstra. Lalu, apakah orang-orang dengan karakteristik introver harus tenggelam di bawah dominasi mereka yang ekstrover?
Direktur Experd Eileen Rachman dalam artikelnya yang berjudul "Mission Not Impossible: Introver Jago Networking" menegaskan, pada dasarnya networking tidak selalu mudah, bahkan untuk ekstrover sekali pun.
Dijelaskan, sebagai usaha untuk mengembangkan hubungan dengan orang-orang yang ada di sekitar, networking bisa berupa interaksi dengan orang lain atau pun pertukaran informasi. Menurut Eileen, setiap orang bisa mengembangkan ‘gaya’ atau pendekatan networking yang khas dan manjur bagi diri mereka masing-masing, disesuaikan dengan karakteristik kepribadian.
Bagi si introver, menjadi pendengar yang baik dan menunjukkan kesediaan untuk membantu orang lain, bisa jadi merupakan modal utama. Membangun kepercayaan diri untuk melakukan networking dapat dilakukan dengan mendefinisikan ulang esensi dari networking, yaitu tidak hanya sekedar ‘gaul’ saja atau ‘luwes’ saja, tapi membangun kepercayaan dan hubungan yang bermakna dan mendukung kesuksesan pekerjaannya.
Berikut beberapa tips yang diberikan Eileen Rachman agar introver dapat mengembangkan ‘gaya’ dan pendekatan khas untuk menjadi jago networking:
1. Eksplorasi kelebihan, temukan keunggulan
Gali kelebihan yang dapat digunakan untuk mengembangkan hubungan dengan orang lain. Beberapa di antaranya yang khas bagi introver adalah senang mendengarkan orang lain, bisa mengingat hal kecil, senang membantu, tidak sungkan memberikan pujian.
2. Miliki alternatif yang sesuai gaya dan kelebihan Anda:
-- Perkuat hubungan non-tatap muka, misalnya dengan mengirim email/SMS berisi cerita, anekdot atau humor untuk menyegarkan hubungan.
-- Memanfaatkan kegiatan seminar atau training daripada pergi ke pesta.
-- Kirimkan kartu ucapan selamat, sebagai tindak lanjut dari informasi yang dimiliki atas diri target networking.
3. Tetapkan target spesifik dan realistik
-- Berapa jumlah kontak atau "say hello" dalam waktu seminggu.
-- Berapa kali melakukan kegiatan bersama dengan klien atau rekan kerja dalam sebulan, bisa berupa makan siang, olah raga atau belanja bareng.
-- Berapa orang yang akan Anda dekati dalam suatu ajang networking.
4. Miliki skenario
Tak jarang orang tipe introvet merasa tidak nyaman bila harus menelepon seseorang yang belum dikenalnya. Adanya panduan dan skenario akan membantu untuk mengembangkan pembicaraan.
5. Pertolongan: komoditi seorang "networker".
Sepanjang kita menyadari bahwa setiap orang mempunyai kebutuhan akan referensi, kita masih bisa melakukan networking. Banyak sekali orang tidak kenal restoran yang paling asyik. Banyak sekali orang merasa beruntung bila diperkenalkan pada rekanan bisnis baru. Nomor-nomor telepon penting sering tidak dipunyai orang lain. Semua itu bisa kita jadikan materi "sharing" yang menarik sekaligus menguntungkan semua pihak. Dengan membiasakan hal ini hubungan tolong menolong terjadi secara wajar dan otomatis.
Networking merupakan salah satu alat untuk membangun hubungan yang berjangka panjang. Siapa pun dapat melakukannya, dan banyak alternatif untuk mewujudkannya, sesuai denqan karakteristik pribadi masing-masing. "Jika Anda seorang manajer, kiat ini dapat Anda gunakan untuk melatih dan memberi dukungan pada anak buah yang introver, sehingga dapat membantu yang bersangkutan memanfaatkan hubungan baik dengan orang lain untuk keberhasilan dalam pekerjaannya," saran Eileen.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar