Suatu trend baru dalam Manajemen Sumber Daya
Manusia, yaitu manajemen talenta (Talent Management).
Kurangnya integritas dalam mengiplementasikan Manajemen
Talenta dapat berakibat buruk bagi Pegawai atau dengan kata lain dalam tulisan
ini diplesetkan menjadi “Manajemen
Talenan”
Manajemen Talenta merupakan suatu proses manajemen
dari orang-orang yang bertalenta di perusahaan. Proses manajemen talenta
berawal dari proses identifikasi kebutuhan talenta, menarik (attracting) orang
yang memiliki talenta tinggi hingga proses retensi dari talenta tersebut
sehingga tetap ingin bertahan dan memberikan kontribusi positif di Perusahaan.
Menurut pendapat saya, bahwa manajemen talenta berasal dari suatu strategi
perusahaan untuk mendapatkan “Right man on the Right Place“. Prinsip ini
bukanlah suatu yang baru dalam dunia HRM atau Human Resources Management, namun
taktik yang digunakan untuk mendapatkan dan mempertahankan pegawai bertalenta
sangat bervariatif. Variasi dari penggunaan HR Practices seperti memilih taktik
memberikan pengharagaan berdasarkan kompetensi atau berdasarkan performa kerja
yang digabungkan dengan taktik dalam rekruitmen berdasarkan kompetensi atau
berdasarkan ketepatan dengan nilai budaya perusahaan, merupakan suatu seni
tersendiri dari HR atau kadang disebut dengan the Art of HRM. (jenis HR
Practice dan Art of HR akan di bahas pada artikel tersendiri).
Seni menarik, memilih, dan mempertahankan talenta
sangat tergantung dari bagaimana seorang HR dapat menggabungkan atau
mengkombinasikan sistem atau praktis yang ada (Hard Part of HR) dari
Rekruitmen, Kompensasi, Karir, Pengembangan, Budaya Perusahaan dan Hubungan
Kerja menjadi sesuatu yang menarik bagi pegawai yang bertalenta dan disesuaikan
dengan kebutuhan dari pegawai bertalenta yang terkadang sangat berbeda beda.
Kemampuan dari mengkombinasikan sistem akan membentuk suatu suasana yang
mendukung serta disesuaikan dengan yang dibutuhkan para talenta akan membuat
talenta merasa betah dantetap memberikan yang terbaik bagi perusahaan.
Merujuk beberapa teori dan praktis tentang
Manajemen Talenta (http://en.wikipedia.org/wiki/Talent_management), Manajemen
Talenta sangat tergantung bagaimana penerapan dari Performance Management dan
Identifikasi potensi individu pegawai. Keberhasilan proses tersebut sangat
tergantung dari Integritas dari yang menerapkan yaitu Obyektifitas dalam
melakukan performance management, obyektifitas ini sangat tergantung dari
integritas dari atasan atau leader yang memberikan penilaian. Apabila
subyektifitas tidak dapat dikurangi maka yang terjadi adalah kesalahan dalam
menetapkan pegawai bertalenta dan berakibat pada demotivasi pegawai.
Realibilitas dan Validitas dari peralatan atau
tools yang digunakan dalam melakukan penilaian kinerja dan identifikasi
potensi. Tidak ada satu tools yang memiliki validitas yang tinggi kecuali
penggabungan dari beberapa tools yang dapat meningkatkan validitas.
Prinsip bahwa kegagalan bukan lah suatu kartu mati,
karena kelemahan dari obyektifitas penilaian dan validitas dari tools
menyebabkan implementasi manajemen talenta dapat menjadi rapuh. Kerapuhan
tersebut terkadang menyebabkan kesalahan dalam pelaksanaan “Right Man on the
Right Place” atau dapat dikatakan sebagai proses trial and error dapat terjadi.
Karena masih adanya proses trial and error maka kegagalan seseorang pada suatu
tempat atau posisi atau jabatan bukanlah orang tersebut menjadi “Death Wood”
atau kartu mati yang tidak dapat dikembangkan.
Kemampuan Coach dan Leader, Kegagalan penempatan
orang sesuai dengan tempatnya merupakan tanggung jawab bersama dari Leader yang
memilih atau menempatkan serta Coach yang ditunjuk untuk membimbingnya selain
tanggung jawab dari pegawai yang bertalenta itu sendiri.
Kegagalan dalam menerapkan integritas dalam
manajemen Talenta berakibat menjadi penerapan yang mengerikan dan diplesetkan
menjadi Manajemen Talenan. “Talenan” yang dalam bahasa inggris disebut dengan
cutting board merupakan dasar yang kokoh untuk memotong sayuran, buah dan
sebagainya. Penerapan Manajemen Talenta tanpa integritas dapat menyebabkan :
Demotivasi bagi pegawai yang sebelumnya dikatakan
bertalenta tapi karena kurangnya bimbingan atau kesalahan dalam penilaian
potensi menyebabkan dia gagal dalam menjalankan tugasnya sehingga masuk dalam
katagori dead wood yang pada akhirnya orang tersebut harus keluar dari
perusahaan.
Subyektifitas penilaian kinerja dapat menimbulkan
nepotisme sehingga dapat menyebabkan proses tersebut menjadi tidak murni lagi
sehingga memungkinkan orang yang berkinerja rendah menjadi baik atau
sebaliknya.
Karena kedua hal tesebut dapat menyebabkan
Manajemen Talenta yang diharapkan menjadi suatu startegi mempertahankan talenta
menjadi Manajemen Talenan.
Tidak ada satu sistem yang sempurna. Keberhasilan
penerapan suatu sistem tidak tergantung dari sempurnanya suatu sistem namun
tergantung bagaimana integritas yang menerapkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar