Film animasi Kungfu Panda yang sampai sekarang masih diputar di
bioskop-bioskop di Jakarta karena larisnya, selain memberi hiburan yang
menyegarkan juga merupakan sumber hikmah berlimpah yang bisa diambil manfaatnya
bagi para manajer, trainer, atasan maupun pihak-pihak yang berkepentingan dalam
mengelola karyawan. Anda yang kebetulan belum menonton film ini, atau bahkan
yang sudah pun, mungkin jadi bertanya-tanya, bagaimana ceritanya sebuah film
--animasi lagi!-- bisa dijadikan bahan pembelajaran untuk mengelola dan bahkan
mengembangkan karyawan?
Pada dasarnya, kisah film ini sederhana saja. Seekor panda jantan gemuk
bernama Po digadang-gadang ayahnya untuk mewarisi pengelolaan bisnis restauran
mie miliknya yang terkenal lezat. Suatu hari sang ayah pernah bilang, ada resep
rahasia yang kelak harus diketahui oleh Po. Namun, harapan sang ayah berantakan
karena Po tanpa tersangka-sangka terpilih (oleh takdir) menjadi Pendekar Naga
yang harus menyelamatkan kehidupan desanya.
Untuk itu, Po harus dilatih kungfu
terlebih dahulu. Namun, bagaimana mungkin sedang ia hanyalah si gemuk yang
susah bergerak dan tahunya makan enak? Dalam keputusasaannya, Master Shi Fu
sang guru kungfu tiba-tiba menemukan cara untuk memungkinkan potensi Po untuk
dikembangkan secara maksimal sesuai harapan.
Alhasil, Po pun akhirnya menguasai ilmu kungfu tingkat tinggi. Tugasnya
sekarang, sebelum mengalahkan musuh yang mengancam kehidupan seluruh desa,
memecahkan rahasia Kitab Naga demi kesempurnaan ilmunya. Tapi, kitab tersebut
ternyata hanyalah lembaran kosong. Po pun kehilangan harapan, lalu kembali
kepada ayahnya yang pengusaha restauran mie. Saat itulah, sang ayah membisikkan
rahasia resep kelezatan mie yang dulu dijanjikannya. Apa kata sang ayah?
"Tidak ada rahasia. Mie itu lezat karena kita yakini lezat." Po
mendapat inspirasi dari penuturan ayahnya itu, bahwa Kitab Naga itu memang
kosong dan dirinya hanya harus yakin mampu mengalahkan musuh yang sudah menantinya.
Dari sekelumit ringkasan di atas, kita bisa menarik butir-butir yang
berharga untuk membantu mengembangkan potensi karyawan:
1. Rahasia untuk menjadi istimewa tak lain adalah keyakinan bahwa Anda
memang istimewa.
Bangkitkan prinsip seperti itu pada diri setiap karyawan. Kalau kita
berpikir diri kita spesial, unik, memiliki keunggulan, beda dari yang lain, dan
berharga maka kita pun akan mendapatkan dorongan dari dalam untuk melakukan
hal-hal yang istimewa.
2. Terus berusaha mewujudkan mimpi (sampai) menjadi kenyataan.
Po yang gemuk, tertatih-tatih menaiki tangga padepokan dan baru beberapa
langkah saja sudah lelah, tidak begitu saja pantang menyerah. Kegigihannya
terus dipertahakna hingga akhirnya ia bisa menguasai kungfu. Jangan biarkan pikiran
negatif menghalangi kita untuk meraih impian, apalagi kemudian menyerah.
Tanamkan pada karyawan bahwa kemarin adalah sejarah, esok adalah misteri dan
hari ini adalah anugerah. Kegagalan masa lalu tidak boleh membayangi langkah
kita, demikian juga ketakutan akan masa depan. Hidup adalah perbuatan, kata
sebuah iklan. Berbuatlah hari ini, yakni hari yang telah dihadiahkan Tuhan pada
kita.
3. Kita tidak akan berhasil mengembangkan orang lain, sebelum kita
percaya dengan kemampuan yang dimiliki orang itu, juga kemampuan kita sendiri.
Master Shi Fu awalnya menolak melatih Po karena menilai bahwa Po adalah
pilihan yang salah. Lagi pula, mana mungkin melatihnya dalam waktu singkat?
Banyak manajer atau atasan yang belum-belum sudah memberi label pada seorang
karyawan sebagai "tidak berbakat" dan penilaian-penilaian sejenis.
Selain merugikan karyawan yang bersangkutan, juga membuat sang manajer itu
sendiri juga kehilangan kepercayaan diri untuk mengembangkannya.
4. Temukan "sesuatu" dari diri karyawan dan manfaatkanlah hal
itu sebagai cara untuk mengembangkan dan memotivasi mereka.
Shi Fu akhirtnya melihat bahwa kegemaran Po makan bisa dijadikan
"pintu masuk" untuk memberi pelajaran-pelajaran kungfu. Setiap
karyawan adalah satu keunikan, temukan itu untuk mengeluarkan seluruh
potensinya. Ibarat rambut sama hitam, tapi setiap orang berbeda-beda dalam
faktor yang membangkitkan motivasi mereka.
5. Tidak ada kebetulan.
Faktor kebetulan hanya terjadi pada cerita-cerita fiksi murahan. Dalam
mengelola dan mengembangkan karyawan, buang jauh-jauh harapan pada kebetulan.
Sebab, kebetulan itu tidak ada, yang ada adalah usaha yang sungguh-sungguh
dalam melihat dan menghargai setiap potensi individu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar