Masalah di dunia ini
terjadi ketika orang bodoh terlalu yakin dan orang pintar penuh dengan keraguan
— Bertrand Russell
Ternyata satu jam
keterlambatan pesawat dari Balikpapan ke Jakarta tidaklah menyebalkan. Bahkan,
kalau mau jujur, sejam itu terlalu singkat ketika kami mampu mengisinya dengan
aktivitas yang menyenangkan. Diskusi gaya warung kopi yang tidak terstruktur tiba-tiba
menjadi bergairah ketika saya, Nila dan Bugie menemukan satu fenomena antara
orang yang pintar dan kaya. Kami bertiga tersentak, dan diskusi berlanjut dalam
dunia maya sampai kami masuk ke dalam peraduan di rumah kami masing-masing.
Kesimpulan pertama
yang kami ambil adalah membedakan antara orang kaya dan orang pintar secara
contrary items. Setidaknya ada tujuh perbedaan yang mendasar, yaitu:
Pertama, orang
pintar mampu menganalisis dan mengajar bagaimana menjadi kaya, membuat strategi
untuk menjadi orang kaya karena ia belum bisa kaya. Adapun orang kaya itu
pandai mencari orang pintar untuk menganalisis mengapa dia kaya.
Kedua, orang pintar
pandai memberi jawaban untuk orang kaya, sedangkan orang kaya pandai memberi
pertanyaan buat orang pintar.
Ketiga, orang pintar
dalam bahasa rekan saya, Nila, memiliki competence for cash, sedangkan orang
kaya memiliki cash for competence.
Keempat, orang
pintar memutuskan segala sesuatu dengan rasio. Decision by head dengan
pemikiran dasar ”engke kumaha”, sedangkan orang kaya memutuskan banyak hal
dengan guts dan intuisi. Decision by heart, dengan pemikiran dasar ”kumaha
engke”.
Kelima, orang pintar
memiliki kapital tak berwujud dengan harta yang sangat terbatas (intangible
capital limited assets), sedangkan orang kaya memiliki kapital berwujud dengan
harta tanpa batas (tangible capital unlimited assets).
Kelima, orang pintar
itu menganalisis dengan masukannya (input) biaya – cost and benefit, sedangkan
orang kaya memikirkan keluaran (output) berupa keuntungan – profit and loss.
Ketujuh, orang
pintar sangat memperhitungan risiko, sedangkan orang kaya menghitung peluang.
Ketika kedua faktor
itu digabungkan, hasilnya lebih mencengangkan saya. Sebuah matriks yang menarik
untuk dikaji lebih dalam lagi. Dengan klasifikasi matriks ordinat kaya dan
absis pintar, maka ada empat tipe manusia yang sangat berbeda satu dari yang
lain dengan gaya hidup dan kontribusi yang bagai bumi dan langit, sangat jauh
bedanya.
Pertama, manusia
yang tidak pintar alias bodoh dan tidak kaya (= miskin). Kita tidak perlu
membahas karena memang tidak akan mendapatkan sesuatu pelajaran yang what to
do, hanya sekelumit catatan what not to do. Ini adalah objek dari ketiga jenis
manusia lain untuk dikembangkan agar masuk ke tiga kategori yang bisa
berkontribusi buat masyarakat sekitar. Lebih sedih lagi kalau ada manusia yang
sudah bodoh, miskin, tetapi sombong. Biasanya jadi tukang teriak di lapangan
untuk program apa saja asal dapat bayaran dua puluh ribuan. Bagi yang jahat, ini
sumber eksploitasi dan manipulasi.
Kedua, manusia yang
pintar tetapi tidak kaya. Artinya, ia memiliki kemampuan intelektual yang
tinggi, tetapi tidak mampu mengonversinya menjadi tumpukan harta. Mungkin
terkena sindrom teori mengawang dan tidak down to earth atau memang idealis
sehingga materi bukan menjadi tujuan hidupnya. Kekuatan intelektual menjadi
passion-nya dan yang dicari adalah kemapanan akademis dan menciptakan ilmu atau
teori baru atau dalam bahasa rekan diskusi saya tadi, Bugie, kepuasannya adalah
kalau ilmu dan gelarnya bertambah, bukan soal hartanya yang meningkat.
Ketiga, orang yang
kaya tetapi tidak pintar. Bisa karena kepemilikan alias punya the right last
name alias warisan atau hoki tetapi tidak mampu menuangkan untuk membuat orang
lain mendapat pencerahan. Dalam jangka pendek, keberuntungan memang bisa
terjadi beberapa kali, tetapi tidak selamanya. Dalam jangka panjang bisa
berbahaya kalau tidak mencoba mencari kepintaran dengan harta yang dia miliki.
Keempat, orang kaya
dan pintar. Ini yang paling ideal. Mampu menerangkan mengapa ia kaya dan mampu
membagikan ilmunya bagi orang yang mau mempelajarinya. Ini yang akan sustain
dalam jangka panjang. Kinerjanya akan menghasilkan keluaran yang berlipat ganda
dibandingkan dengan ketiga yang lain. Jangan heran, yang keempat ini akan
semakin kaya dan semakin pintar. Menguasai harta dan membuatnya beranak pinak
secara asimptotis.
Manusia jenis
keempat akhirnya akan memilih jalur pengusaha, bukan profesional. Manusia ini
memiliki keberanian dan semangat yang membuat orang biasa menjadi
terkagum-kagum, tetapi tidak merasa yang ia lakukan sesuatu yang aneh. Bill
Gates dan Steve Jobs adalah orang pintar yang bukan lulusan sekolah formal,
tetapi bisa menjadi orang kaya yang memengaruhi dunia. Chairul Tanjung adalah
contoh manusia yang berusaha dari bawah dan mampu menjadi pintar dan kaya
karena kegigihan yang luar biasa. T.P. Rachmat dan Sandiaga Uno adalah sosok
profesional yang akhirnya jadi pengusaha. Karena pintar, keduanya jadi kaya.
Segala jalur bisa ditempuh asal memiliki kemauan dan keberanian untuk jadi
pintar di bidangnya, yang akhirnya berani melompati tembok kemapanan. Berani?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar