Apapun yang Kita harapkan dari karir Kita, yang pasti merujuk pada
perkembangan, kemajuan dan peningkatan ke arah yang lebih baik dan menjanjikan.
Sambil terus melakukan upaya-upaya yang mendukung terpenuhinya harapan-harapan
tersebut, Kita juga perlu mengenali faktor-faktor penghambatnya. Dengan
mengenalinya sejak dini, akan akan terhindar dari kemungkinan kegagalan yang
tidak Kita perhitungkan. Setidaknya ada 6 "dosa" yang harus kita hindari di tempat kerja. Kalau
tidak, 6 hal itu tidak hanya akan menjadi perintang
melainkan bahkan juga akan membunuh karir kita.
1. Bangga
Keberhasilan demi keberhasilan di tempat kerja membuat
Kita merasa luar biasa sehingga cenderung mengecilkan fakta bahwa itu semua tak
lepas dari dukungan atau pun asistensi orang-orang di sekitar Kita dan
khususnya mereka yang berada di bawah Kita. Kita pun menjadi seorang yang
egosentris, dam lambat-laun --mungkin tanpa Kita sadari- mulai meremehkan
dukungan orang lain. Kebanggaan pada diri yang berlebihan akan mematikan
semangat tim yang hakikatnya dibangun dari bawah dan bisa mempercepat laju
karir seseorang. Merasa diri adalah bagian dari kesatuan sebuah tim, akan
memberi sukses yang berjangka panjang.
2. Iri Hati
Penghargaan kepada individu diberikan oleh perusahaan
berdasarkan prestasi yang dicapai oleh yang bersangkutan. Tapi, Kita selalu
mempertanyakan, "Apa dia pantas mendapatkannya?" dan lalu merasa,
"Saya lebih pantas." Perasaan seperti itu bisa merusak dan menjauhkan
Kita dari kemampuan untuk fokus pada tugas dan tanggung jawab yang ada di
tangan Kita sendiri. Menjadi orang yang selalu mencemburui orang lain di tempat
kerja bisa menyabotase harga diri Kita. Dan, harga diri adalah karakteristik
penting dari setiap pekerja atau pun eksekutif yang sukses. Daripada iri hati,
lebih baik saling bergandeng tangan bahu-membahu, dan itu bisa memotivasi kerja
menuju sukses.
3. Marah
Kemarahan perlu dikontrol. Marah tidak memberi
keuntungan apapun di tempat kerja. Tak seorang pun akan terbantu kalau Kita
marah. Sebaliknya, marah hanya akan merusak reputasi dan citra Kita di mata
teman, atasan maupun bawahan. Boleh saja Kita tidak setuju dengan orang lain,
dan berusaha untuk melindungi kepentingan Kita akan sebuah pekerjaan atau
proyek yang sedang Kita tangani. Dan bagus kalau Kita merasa passionate
pada tugas Kita. Namun pelajarilah bagaimana menyalurkan emosi-emosi itu dalam
aksi-aksi yang akan menguntungkan Kita di mata orang lain, khususnya tentu di
mata atasan. Seorang yang mudah marah jarang sekali mendapatkan promosi
kenaikan jabatan karena dinilai akan sulit menginspirasi atau memotivasi orang
lain.
4. Berpikir pendek
Selalu ingin "lebih" dan "segera"
adalah hasrat yang mendasari setiap usaha untuk mencapai tujuan-tujuan karir.
Namun, menyalurkan hasrat itu secara ekstrim, misalnya dengan
"menghalalkan segala cara" akan merugikan diri sendiri. Kita jadi
kehilangan arah dan kehidupan Kita menjadi tidak seimbang. Jalan menuju sukses
menghendaki pendekatan jangka panjang dalam semua aspek pekerjaan. Fokus pada kecepatan
dan capaian-capaian jangka pendek hanya baik untuk sesaat, dan ketika
dihadapkan pada hal-hal di tahap berikutnya, Kita tidak siap.
5. Mudah puas
Pada sisi lain, mudah puas dan kemalasan tidak
memiliki tempat di dunia kerja. Setelah berhasil mencapai satu tahap lalu
berhenti dan berharap capaian itu bisa mengantarkan ke sukses berikutnya dalam
perjalanan karir adalah mustahil. Lebih-lebih dalam iklim kompetitif dewasa
ini, hanya mereka yang terus berproses dan menindaklanjuti pertumbuhannya, dan
senantiasai memperbarui kontribusinya yang akan sukses.
6. Ketidakseimbangan
6. Ketidakseimbangan
Sejumlah orang bergerak naik terlalu cepat dalam
jenjang jabatan perusahaan tapi kemudian berakhir dengan kegagalan. Segala yang
berlebihan dan tidak wajar tidaklah bagus --khususnya jika Kita tidak siap
dengan tantangannya. Penting untuk memastikan bahwa Kita tidak hanya siap
secara profesional untuk mengambil tantangan yang lebih besar, tapi juga
kehidupan personal juga mesti disiapkan untuk tuntutan-tuntutan baru tersebut.
Mencapai sukses karir sebaiknya tidak mengesampingkan keseimbangan hidup, dan
hasrat profesional yang "salah tempat" bisa menciptakan masalah di
kemudian hari.
salah satu dari "6 dosa yang harus kita hindari di tempat kerja", yaitu poin ke tiga, pernah terjadi pada saya. di tempat saya bekerja, saya harus menghadapi berbagai customer dengan sifat yang berbeda-beda. ada kalanya saya menemui customer yang bersikap kasar. walaupun saya dapat menahan rasa marah saya, namun hal itu justru membuat semangat saya down dan mood menjadi jelek. apa yang harus saya lakukan agar hal itu tidak terjadi lagi ke depannya?
BalasHapusJeany, menanggapi point ke tiga, kita perlu berpikir positif dan berterima kasih / bersyukur bahwa kita ada kesempatan untuk bertemu dengan berbagai macam tingkah laku customer, justru disitulah kita belajar dan berlatif mengantisipasi situasi yang tidak kita kehendaki. semakin lama jam terbang anda mengalami hal itu, nanti anda tahu bagaimana cara yang paling efektif untuk menghadapi mereka. kedua, anda perlu baca buku mengenai Emotional Quotient (EQ) dan biasanya ppada lampiran dari buku ada cara latihan untuk meningkatkan EQ kita. ketiga, jangan pernah membalas perilaku kasar dengan kekasaran lagi. saya yakin suatu saat nanti anda akan lulus dari proses pembelajaran ini.
BalasHapusterima kasih atas saran dan solusi yang bapak berikan,saya akan berusaha melatih diri untuk bisa mengendalikan emosi saya menjadi hal yang lebih positif dan bisa menghadapi emosi customer.
Hapus