Setiap orang
memiliki kebiasaan buruk dan terhadap diri pribadi, dampaknya tidak akan
terlalu kelihatan. Namun, jika hal itu berkaitan dengan posisi kita sebagai
karyawan, kebiasaan-kebiasaan buruk yang kita miliki bisa saja harus dibayar
dengan kehilangan pekerjaan.
“Sebuah kebiasaan
buruk tidak akan serta merta membuat kita dipecat dari pekerjaan, tetapi efek
yang terakumulasi jelas memungkinkan hal tersebut,” ungkap Dr. Katharine
Brooks, Direktur Eksekutif dari kantor pengembangan personal dan karir Wake Forest
University yang juga penulis buku “You Majored in What? Mapping Your Path From
Chaos to Career”. Satu kebiasaan buruk yang kita miliki bisa memancing
kebiasaan buruk yang lain dan itu akan berpengaruh pada evaluasi kinerja kita
dan bahkan kemampuan kita mengerjakan sesuatu.
Rick Myers, pendiri
sekaligus pimpinan dari Talent Zoo setuju bahwa kebiasaan buruk yang dimiliki
seseorang dapat menghancurkan karirnya. Ia juga menekankan bahwa sangat
disayangkan, banyak orang masih belum menyadari bahwa mereka memiliki
kebiasan-kebiasaan buruk tersebut.
“Salah satu nasihat
terbaik untuk seseorang yang ingin sukses adalah lebih mengenali diri sendiri
dan memastikan bahwa dia telah melakukan kebiasaan yang berarti bagi
perkembangan karirnya,” ungkap Myers.
Berikut adalah 14
kebiasaan buruk yang berisiko bagi kelangsungan karir kita seperti dikutip dari
forbes.com,
Berbohong. Bentuknya
bisa bermacam-macam, bisa dengan memalsukan identitas diri, melakukan plagiat,
berbohong dalam menuliskan jam lembur atau reimburse, memakai credit cards
perusahaan untuk kepentingan pribadi, mencuri hadiah yang seharusnya diberikan
teman sejawat dan bentuk-bentuk kebohongan lain. Memaanfaatkan ketidaktahuan
pemilik perusahaan untuk memperkaya diri jelas merupakan pekerjaan yang membuat
karir kita dalam bahaya.
“Salah satu penyebab
pasti dari berakhirnya karir kita secara mendadak dan tidak terhormat adalah
kebiasaan kita menutup-nutupi kebenaran dan berdusta mengenai hal besar atau
kecil sekalipun”, ungkap seorang psikolog dan penulis buku “Living Through
Personal Crisis”, Ann Kaiser Stearns.
Penundaan. Kebiasaan
ini jelas akan merugikan diri sendiri. Seandainya kita bekerja dalam team dan
kita adalah satu-satunya orang yang suka menunda pekerjaan hingga mendekati
deadline, mungkin kita akan merugikan orang lain juga karena pekerjaan mereka
bergantung kepada kita. Lebih parahnya lagi, apabila proyek tersebut gagal,
kita akan menjadi satu-satunya orang yang dipersalahkan.
Negativitas.
Beberapa di antara kita mungkin pernah bergosip, merengek atau bahkan mengeluh.
Lakukan hal ini sesering mungkin jika ingin pekerjaan kita dalam bahaya. Semua
kebiasaan tersebut dampaknya sama bagi atasan, membuat mereka sakit kepala.
Tugas seorang bos adalah memastikan bahwa anggota timnya memberikan kontribusi
positif terhadap perusahaan, dan seseorang yang tidak produktif akan mendapat
citra negatif dari atasan tersebut. Bahkan, karyawan yang sering mengeluh
dianalogikan seperti sel kanker yang seharusnya dihilangkan dalam waktu
secepat-cepatnya.
Amy Hoover, presiden
dari Talent Zoo menyarankan bahwa untuk menyampaikan komplain atau keluhan,
lebih baik dikatakan secara langsung dengan bos secara privat, tidak
digembor-gemborkan di depan umum.
Keterlambatan. Sikap
kita yang sering datang terlambat ke kantor atau saat kembali dari istirahat
makan siang, mencerminkan karakter suka memuaskan diri sendiri dan
tidakpedulian. Untuk itulah, sebisa mungkin kita usahakan datang tepat waktu
atau bahkan sedikit lebih awal untuk menunjukkan komitmen kita terhadap
perjanjian kerja yang sudah disepakati. Pasalnya, disengaja atau tidak,
keterlambatan tersebut akan mencitrakan kita sebagai orang yang mengabaikan
kontrak kerja.
Komunikasi email
yang buruk. Hal ini mencakup beberapa hal seperti tidak responsif atau sikap
kita ketika membalas email. Menurut Brooks, jika kita membalas email terlalu
lama, yang terjadi adalah orang bisa saja berasumsi bahwa kita adalah orang
yang tidak sopan dan bertele-tele. Parahnya lagi, jika kita tidak mengecek
email, kita akan melewatkan kegiatan penting seperti meeting atau penyerahan
deadline.
Kecanduan social
media. Cara lain untuk menempatkan pekerjaan dalam bahaya adalah kegandrungan
kita yang berlebihan terhadap social media. Jika dalam delapan jam kita melihat
facebook lebih dari dua puluh kali, maka bohong sekali apabila hal tersebut
tidak mengganggu kinerja kita. Beberapa perusahaan telah memberikan pembatasan
bagi karyawan dalam menggunakan social media, bahkan ada juga perusahaan yang
benar-benar mengeblok situs tersebut.Intinya, kita harus bijaksana menggunakan
sosial media, jangan terlalu sering kecuali jika hal tersebut berkaitan dengan
pekerjaan kita.
Body Language yang
buruk. Apakah kamu terlalu sering memutar bola mata? Atau tidak tegas ketika
bersalaman? Atau mungkin menghindari eye contact? Hal-hal sederhana seperti itu
bisa saja membahayakan karir kita. Setiap orang harus sadar bahwa tindakan atau
aksi berbicara lebih nyaring daripada kata-kata. Selain itu, komunikasi yang
kita lakukan sehari-hari mayoritas terjadi secara non-verbal. Manager, rekan
kerja maupun klien mungkin saja menganggap bahasa non-verbal kita sebagai
tindakan yang tidak professional dan tidak sopan, sehingga berhati-hatilah
dengan kebiasaan ini.
Tidak fokus/Tidak
memperhatikan. Jika kita sering terdistraksi atau sulit fokus, yang akan
terjadi adalah kita melewatkan beberapa aturan atau culture yang berlaku di
perusahaan. Hal tersebut bisa saja mengancam kelangsungan karir kita. Setiap
perusahaan memiliki gayanya, atmosfernya sendiri-sendiri sehingga jika kita
tidak bisa menyesuaikan diri, akan terlihat bahwa kita berbeda dan tidak
disenangi.
Pada dasarnya,
selain memfokuskan diri, kita juga perlu menghindari hal-hal yang dapat merusak
konsentrasi kerja kolega kita. Misalnya mendengarkan musik terlalu keras, atau
me-loud speaker pembicaraan di telepon dan hal-hal lain yang berpotensi
mendistraksi konsentrasi orang.
Tata Bahasa yang
Buruk. Berkata-kata dengan tata bahasa yang buruk atau pilihan kata yang tidak
sopan membuat kita terlihat kurang berpendidikan. Untuk itulah, ketika di
kantor, kita harus bicara sopan seolah-olah bos kita sedang memperhatikan.
Individualis. Salah
satu kebiasaan buruk yang akan memicu masalah adalah ingin mengerjakan sesuatu
sendirian atau memilih sendirian untuk bisa berkonsentrasi. Independensi memang
baik untuk beberapa hal, tetapi ketika bekerja di kantor dalam sebuah tim, hal
itu tidak lagi relevan. Justru orang-orang yang bisa bekerja dalam tim
menghasilkan kinerja yang lebih baik. Alasannya adalah mereka bisa menghargai
kemampuan orang lain, membantu orang lain, tidak mengerjakan hal yang tidak
perlu dan sebagainya. Jika kita tidak bisa bekerja sama dalam tim, rekan-rekan
kita juga tidak akan bisa membantu sewaktu-waktu kita menghadapi masalah.
Temperamental. Emosi
yang tidak terkontrol menandakan bahwa kita sebenarnya tidak bisa bekerja di
bawah tekanan atau mengelola kewajiban kita. Agar terhindar dari kebiasaan
tersebut, kita bisa berlatih mengontrol emosi dengan tarik nafas dalam-dalam
atau tidak membawa masalah personal ke tempat kerja.
Tidak Efisien.
Kebiasaan buruk seperti tidak terorganisir, buang-buang waktu atau terlalu
banyak bicara dapat membuat kita menjadi seorang yang sangat tidak efisien.
Kadang ketika terlalu asik ngobrol, kita jadi lupa bahwa kolega kita datang ke
kantor untuk bekerja, bukan hanya bersosialisasi. Tentunya kita tidak ingin
menjadi seseorang yang dijauhi di tempat kerja, oleh karena itu lebih baik kita
bersikap kalem, tidak terlalu banyak membicarakan hal-hal yang tidak ada hubungannya
dengan pekerjaan. Selain itu, kita juga bisa mulai untuk merapikan tempat kerja
kita dan mengurangi kegiatan yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan.
Asal Bicara. Kalau
kita memiliki kebiasaan asal bicara, setelah ini kita harus belajar mengontrolnya.
Membicarakan sesuatu yang “tidak nyambung” ketika sedang diskusi bisa mengancam
karir kita di perusahaan.
Tidak Bertata krama.
Ketika kecil dulu, kita diajarkan untuk mengucapkan terima kasih ketika diberi
sesuatu, atau jika ingin menginterupsi harus bilang “maaf” terlebih dahulu. Hal
semacam ini juga penting di tempat kerja, karena jika kita tidak memiliki tata
krama, orang akan melihat kita sebagai orang yang tidak sopan.
Itulah beberapa
contoh kebiasaan buruk yang akan membahayakan karir kita di perusahaan. Mulai
sekarang, mulailah bertanya pada orang atau rekan kerja tentang sikap buruk
yang kita miliki.Biarkan mereka memberikan kritik dan saran sehingga kita bisa
menjadi lebih baik ke depannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar