Kini di era MEA 2015 war for talent antar organisasi telah menjadi kenyataan di depan mata kita. Kebutuhan unit kerja, organisasi dan kepesatan peningkatan perusahaan tidak diiringi ketersediaan penawaran profesional yang sepadan. Hal ini mengakibatkan perang talenta memanas hingga ke level tertinggi. Persaingan perekrutan dan pembajakan talenta profesional bahkan menghadirkan praktik perang talenta di luar batas logika akal sehat. The demands for talent for exceeds supply. Manajemen talenta, tak pelak merupakan salah satu isu prioritas yang paling membuat pusing para eksekutif puncak dewasa ini

Minggu, 28 Desember 2014

14 Kebiasaan Buruk yang Bisa Membahayakan Karir


Setiap orang memiliki kebiasaan buruk dan terhadap diri pribadi, dampaknya tidak akan terlalu kelihatan. Namun, jika hal itu berkaitan dengan posisi kita sebagai karyawan, kebiasaan-kebiasaan buruk yang kita miliki bisa saja harus dibayar dengan kehilangan pekerjaan.

“Sebuah kebiasaan buruk tidak akan serta merta membuat kita dipecat dari pekerjaan, tetapi efek yang terakumulasi jelas memungkinkan hal tersebut,” ungkap Dr. Katharine Brooks, Direktur Eksekutif dari kantor pengembangan personal dan karir Wake Forest University yang juga penulis buku “You Majored in What? Mapping Your Path From Chaos to Career”. Satu kebiasaan buruk yang kita miliki bisa memancing kebiasaan buruk yang lain dan itu akan berpengaruh pada evaluasi kinerja kita dan bahkan kemampuan kita mengerjakan sesuatu.


Rick Myers, pendiri sekaligus pimpinan dari Talent Zoo setuju bahwa kebiasaan buruk yang dimiliki seseorang dapat menghancurkan karirnya. Ia juga menekankan bahwa sangat disayangkan, banyak orang masih belum menyadari bahwa mereka memiliki kebiasan-kebiasaan buruk tersebut.

“Salah satu nasihat terbaik untuk seseorang yang ingin sukses adalah lebih mengenali diri sendiri dan memastikan bahwa dia telah melakukan kebiasaan yang berarti bagi perkembangan karirnya,” ungkap Myers.

Berikut adalah 14 kebiasaan buruk yang berisiko bagi kelangsungan karir kita seperti dikutip dari forbes.com,

Berbohong. Bentuknya bisa bermacam-macam, bisa dengan memalsukan identitas diri, melakukan plagiat, berbohong dalam menuliskan jam lembur atau reimburse, memakai credit cards perusahaan untuk kepentingan pribadi, mencuri hadiah yang seharusnya diberikan teman sejawat dan bentuk-bentuk kebohongan lain. Memaanfaatkan ketidaktahuan pemilik perusahaan untuk memperkaya diri jelas merupakan pekerjaan yang membuat karir kita dalam bahaya.

“Salah satu penyebab pasti dari berakhirnya karir kita secara mendadak dan tidak terhormat adalah kebiasaan kita menutup-nutupi kebenaran dan berdusta mengenai hal besar atau kecil sekalipun”, ungkap seorang psikolog dan penulis buku “Living Through Personal Crisis”, Ann Kaiser Stearns.

Penundaan. Kebiasaan ini jelas akan merugikan diri sendiri. Seandainya kita bekerja dalam team dan kita adalah satu-satunya orang yang suka menunda pekerjaan hingga mendekati deadline, mungkin kita akan merugikan orang lain juga karena pekerjaan mereka bergantung kepada kita. Lebih parahnya lagi, apabila proyek tersebut gagal, kita akan menjadi satu-satunya orang yang dipersalahkan.

Negativitas. Beberapa di antara kita mungkin pernah bergosip, merengek atau bahkan mengeluh. Lakukan hal ini sesering mungkin jika ingin pekerjaan kita dalam bahaya. Semua kebiasaan tersebut dampaknya sama bagi atasan, membuat mereka sakit kepala. Tugas seorang bos adalah memastikan bahwa anggota timnya memberikan kontribusi positif terhadap perusahaan, dan seseorang yang tidak produktif akan mendapat citra negatif dari atasan tersebut. Bahkan, karyawan yang sering mengeluh dianalogikan seperti sel kanker yang seharusnya dihilangkan dalam waktu secepat-cepatnya.

Amy Hoover, presiden dari Talent Zoo menyarankan bahwa untuk menyampaikan komplain atau keluhan, lebih baik dikatakan secara langsung dengan bos secara privat, tidak digembor-gemborkan di depan umum.

Keterlambatan. Sikap kita yang sering datang terlambat ke kantor atau saat kembali dari istirahat makan siang, mencerminkan karakter suka memuaskan diri sendiri dan tidakpedulian. Untuk itulah, sebisa mungkin kita usahakan datang tepat waktu atau bahkan sedikit lebih awal untuk menunjukkan komitmen kita terhadap perjanjian kerja yang sudah disepakati. Pasalnya, disengaja atau tidak, keterlambatan tersebut akan mencitrakan kita sebagai orang yang mengabaikan kontrak kerja.

Komunikasi email yang buruk. Hal ini mencakup beberapa hal seperti tidak responsif atau sikap kita ketika membalas email. Menurut Brooks, jika kita membalas email terlalu lama, yang terjadi adalah orang bisa saja berasumsi bahwa kita adalah orang yang tidak sopan dan bertele-tele. Parahnya lagi, jika kita tidak mengecek email, kita akan melewatkan kegiatan penting seperti meeting atau penyerahan deadline.

Kecanduan social media. Cara lain untuk menempatkan pekerjaan dalam bahaya adalah kegandrungan kita yang berlebihan terhadap social media. Jika dalam delapan jam kita melihat facebook lebih dari dua puluh kali, maka bohong sekali apabila hal tersebut tidak mengganggu kinerja kita. Beberapa perusahaan telah memberikan pembatasan bagi karyawan dalam menggunakan social media, bahkan ada juga perusahaan yang benar-benar mengeblok situs tersebut.Intinya, kita harus bijaksana menggunakan sosial media, jangan terlalu sering kecuali jika hal tersebut berkaitan dengan pekerjaan kita.

Body Language yang buruk. Apakah kamu terlalu sering memutar bola mata? Atau tidak tegas ketika bersalaman? Atau mungkin menghindari eye contact? Hal-hal sederhana seperti itu bisa saja membahayakan karir kita. Setiap orang harus sadar bahwa tindakan atau aksi berbicara lebih nyaring daripada kata-kata. Selain itu, komunikasi yang kita lakukan sehari-hari mayoritas terjadi secara non-verbal. Manager, rekan kerja maupun klien mungkin saja menganggap bahasa non-verbal kita sebagai tindakan yang tidak professional dan tidak sopan, sehingga berhati-hatilah dengan kebiasaan ini.

Tidak fokus/Tidak memperhatikan. Jika kita sering terdistraksi atau sulit fokus, yang akan terjadi adalah kita melewatkan beberapa aturan atau culture yang berlaku di perusahaan. Hal tersebut bisa saja mengancam kelangsungan karir kita. Setiap perusahaan memiliki gayanya, atmosfernya sendiri-sendiri sehingga jika kita tidak bisa menyesuaikan diri, akan terlihat bahwa kita berbeda dan tidak disenangi.

Pada dasarnya, selain memfokuskan diri, kita juga perlu menghindari hal-hal yang dapat merusak konsentrasi kerja kolega kita. Misalnya mendengarkan musik terlalu keras, atau me-loud speaker pembicaraan di telepon dan hal-hal lain yang berpotensi mendistraksi konsentrasi orang.

Tata Bahasa yang Buruk. Berkata-kata dengan tata bahasa yang buruk atau pilihan kata yang tidak sopan membuat kita terlihat kurang berpendidikan. Untuk itulah, ketika di kantor, kita harus bicara sopan seolah-olah bos kita sedang memperhatikan.

Individualis. Salah satu kebiasaan buruk yang akan memicu masalah adalah ingin mengerjakan sesuatu sendirian atau memilih sendirian untuk bisa berkonsentrasi. Independensi memang baik untuk beberapa hal, tetapi ketika bekerja di kantor dalam sebuah tim, hal itu tidak lagi relevan. Justru orang-orang yang bisa bekerja dalam tim menghasilkan kinerja yang lebih baik. Alasannya adalah mereka bisa menghargai kemampuan orang lain, membantu orang lain, tidak mengerjakan hal yang tidak perlu dan sebagainya. Jika kita tidak bisa bekerja sama dalam tim, rekan-rekan kita juga tidak akan bisa membantu sewaktu-waktu kita menghadapi masalah.

Temperamental. Emosi yang tidak terkontrol menandakan bahwa kita sebenarnya tidak bisa bekerja di bawah tekanan atau mengelola kewajiban kita. Agar terhindar dari kebiasaan tersebut, kita bisa berlatih mengontrol emosi dengan tarik nafas dalam-dalam atau tidak membawa masalah personal ke tempat kerja.

Tidak Efisien. Kebiasaan buruk seperti tidak terorganisir, buang-buang waktu atau terlalu banyak bicara dapat membuat kita menjadi seorang yang sangat tidak efisien. Kadang ketika terlalu asik ngobrol, kita jadi lupa bahwa kolega kita datang ke kantor untuk bekerja, bukan hanya bersosialisasi. Tentunya kita tidak ingin menjadi seseorang yang dijauhi di tempat kerja, oleh karena itu lebih baik kita bersikap kalem, tidak terlalu banyak membicarakan hal-hal yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan. Selain itu, kita juga bisa mulai untuk merapikan tempat kerja kita dan mengurangi kegiatan yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan.

Asal Bicara. Kalau kita memiliki kebiasaan asal bicara, setelah ini kita harus belajar mengontrolnya. Membicarakan sesuatu yang “tidak nyambung” ketika sedang diskusi bisa mengancam karir kita di perusahaan.

Tidak Bertata krama. Ketika kecil dulu, kita diajarkan untuk mengucapkan terima kasih ketika diberi sesuatu, atau jika ingin menginterupsi harus bilang “maaf” terlebih dahulu. Hal semacam ini juga penting di tempat kerja, karena jika kita tidak memiliki tata krama, orang akan melihat kita sebagai orang yang tidak sopan.

Itulah beberapa contoh kebiasaan buruk yang akan membahayakan karir kita di perusahaan. Mulai sekarang, mulailah bertanya pada orang atau rekan kerja tentang sikap buruk yang kita miliki.Biarkan mereka memberikan kritik dan saran sehingga kita bisa menjadi lebih baik ke depannya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar