Mempertahankan
karyawan terbaik bukan perkara mudah. Sejak berkembangnya social media, arus
informasi semakin terbuka lebar. Perusahaan mesti pintar-pintar mencari jurus engagement
yang tepat jika tak mau ditinggal top talent-nya.
Salah satu
cara melakukan engagement adalah dengan membangun emosi karyawan. “Kata kunci engagement
lebih mengacu pada hal yang berkaitan dengan emosional. Kevin Kruse mengartikan
employee engagement sebagai komitmen emosional yang dimiliki oleh
karyawan terhadap organisasi dan tujuan yang hendak dicapainya,” ujar Satyo
Fatwan, Managing Partner Dunamis Organization Service saat membuka diskusi
Dunamis Executive Breakfast.
Diskusi yang
bertema “Creating High Trust Culture to Improve Employee Engagement” ini
mengungkapkan bahwa kepercayaan adalah faktor penting untuk membangun
keterikatan dengan karyawan. Sebelum membahas kepercayaan lebih jauh, Satyo
menyampaikan 6 Level Engagement versi Franklin Covey yaitu:
1. Rebel or
Quit
Level di
mana para karyawan yang berhenti dari organisasi juga melakukan
tindakan-tindakan kurang menyenangkan bahkan merusak di organisasi tersebut.
2. Malicious
Obedience
Level di
mana karyawan menjalankan tugasnya namun di satu sisi juga melakukan berbagai
tindakan kurang menyenangkan bahkan merusak di organisasi tersebut.
3. Willing
Compliance
Level di
mana karyawan bersedia mengerjakan tugas selama ada aturan yang tertulis dari
organisasi.
4. Cheerful
Cooperation
Level di
mana karyawan mengerjakan tugasnya dengan perasaaan senang dan kooperatif.
5. Heartfelt
Commitment
Level di
mana karyawan bekerja sepenuh hati dan berkomitmen penuh untuk menyelesaikan
tugasnya.
6. Creative
Excitement
Level di
mana kehadiran karyawan tersebut membawa kebahagiaan dan kehadirannya memberi
warna lain bagi organisasi melalui berbagai ide yang dimiliki.
Dari survey
kecil yang dilakukan Satyo terhadap eksekutif yang hadir mengenai level engagement
di organisasi mereka, hasilnya menyebutkan 8% mengaku berada di level Rebel or
quit, 38% di level Willing compliance dan 54% berada di level Cheerful
cooperation.
Tommy
Sudjarwady, partner sekaligus trust expert Dunamis menambahkan, “Yang
lebih menarik lagi, Gallup menyebutkan bahwa rasio karyawan yang engaged
dan actively disengaged di sebuah organisasi kelas dunia adalah 9:1,
sementara di organisasi yang biasa-biasa saja, rasionya adalah 1:2,” Ujar
Tommy. Karena itu menurutnya terdapat banyak ruang untuk perbaikan bagi
organisasi di Indonesia terkait level engagement karyawan.
”Saat
organisasi melakukan employee engagement survey secara jangka panjang
harus dilihat pengaruhnya terhadap bottom line organisasi, mengingat engaged
employees mempercayai organisasi. Kesimpulannya, trust atau
kepercayaan merupakan jantung dari engagement,” tutur Tommy.
Trust di
dalam sebuah organisasi terbukti membantu karyawan untuk memahami kondisi
perusahaan. Studi yang dilakukan Helliwell Huang menyebutkan bahwa kenaikan 10%
dalam trust memiliki efek kepuasan yang sama dengan 30% kenaikan gaji
karyawan. Kepercayaan itu sendiri bisa dilihat dari berbagai sisi mulai dari
diri sendiri, relationship, organisasi, pasar dan lingkungan sosial.
Untuk meningkatkan kepercayaan, setiap pemimpin
harus memiliki kredibilitas dari sisi karakter maupun kompetensi. Menutup
diskusi, Tommy menyebutkan, ”Tingkat return organisasi yang memiliki tingkat
kepercayaan tinggi adalah 3 kali lebih tinggi dari organisasi yang memiliki
tingkat kepercayaan rendah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar