By condition, suatu hari kuajak anakku yang baru berusia 3 tahun ikutan
rapat dosen di kampus. Tiba di kampus, ternyata rapat sudah dimulai.
Dosen-dosen yang lain tampak agak kaget lihat aku bawa bawa anak ke ruang
rapat. Tapi aku cuek saja. Apalagi anakku yang satu ini anteng kok. Benar saja,
anakku tampak asyik bermain dengan mainannya sementara aku rapat. Sekali-sekali
sih dia minta minum dan makanan kecil, tapi nggak mengganggu rapat. Tapi.
"Abi, Fauzan mo pub." tiba-tiba anakku menghampiri dengan wajah
kecut. Aku kaget juga, lalu mencoba meyakinkan, "Fauzan mau pipis?"
"Nggak. mo pub!" serunya. Karuan saja dosen-dosen yang hadir
mesem-mesem. Yah, aku pun pamit untuk menangani urusan yang satu ini. Begitu
kembali ke ruang rapat, kulihat masih ada dosen yang senyam-senyum. Rupanya
baru kali itu ada dosen yang bawa anak keruang rapat, pub lagi.! He, he, he..
Kini di era MEA 2015 war for talent antar organisasi telah menjadi kenyataan di depan mata kita. Kebutuhan unit kerja, organisasi dan kepesatan peningkatan perusahaan tidak diiringi ketersediaan penawaran profesional yang sepadan. Hal ini mengakibatkan perang talenta memanas hingga ke level tertinggi. Persaingan perekrutan dan pembajakan talenta profesional bahkan menghadirkan praktik perang talenta di luar batas logika akal sehat. The demands for talent for exceeds supply. Manajemen talenta, tak pelak merupakan salah satu isu prioritas yang paling membuat pusing para eksekutif puncak dewasa ini
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar