Kini di era MEA 2015 war for talent antar organisasi telah menjadi kenyataan di depan mata kita. Kebutuhan unit kerja, organisasi dan kepesatan peningkatan perusahaan tidak diiringi ketersediaan penawaran profesional yang sepadan. Hal ini mengakibatkan perang talenta memanas hingga ke level tertinggi. Persaingan perekrutan dan pembajakan talenta profesional bahkan menghadirkan praktik perang talenta di luar batas logika akal sehat. The demands for talent for exceeds supply. Manajemen talenta, tak pelak merupakan salah satu isu prioritas yang paling membuat pusing para eksekutif puncak dewasa ini

Jumat, 30 Januari 2015

Bagaimana Bekerja dengan Orang yang Kita Benci

Bekerja dengan orang yang tidak kita sukai, bisa membuat kita terdistraksi dan tidak bersemangat. Namun, bertemu mereka dalam dunia kerja, menurut beberapa ahli, adalah hal yang wajar terjadi. Robert Sutton, pengarang buku Good Boss, Bad Boss mengatakan, “Selalu ada orang lain, apakah itu keluarga, tetangga atau rekan kerja, dan di antara orang-orang tersebut, bukan tidak mungkin kita bertemu dengan orang yang tidak kita sukai.” Daniel Goleman, co-director dari Consortium for Research on Emotional Intellegent in Organizations di Universitas Rutgers juga memberikan pandangannya bahwa menghindar dari rekan yang kita benci bisa menjadi taktik yang bagus, akan tetapi, hal tersebut tidak selalu mungkin untuk kita lakukan, terlebih bila kita menemui mereka di tempat kerja sehari-hari. Cara yang paling tepat adalah dengan menghadapinya dan mencoba mengurangi dampak merugikan yang mungkin timbul. Hbr.org memaparkan cara yang dapat kita coba agar terhindar dari efek negatif bekerja dengan orang yang tidak kita sukai:


Kelola Reaksi Kita
Menanggapi orang yang menyebalkan, sikap yang kita tunjukan beragam dari mulai hal-hal yang membuat tidak nyaman hingga permusuhan secara frontal. Goleman menyarankan bahwa ketika berhadapan dengan orang yang tidak kita sukai, maka mulailah berfokus pada bagaimana seharusnya kita merespon, bukan pada perbuatan yang telah dilakukan terhadap kita.
Ia mengatakan bahwa akan lebih produktif jika kita fokus pada bagaimana reaksi kita, bukan apa yang mereka lakukan, karena perilaku kitalah yang dapat kita kontrol. Penting juga bagi kita untuk melatih kemampuan kita meng-handel stress. Pengelolaan stress yang baik membuat kita berpandangan baru bahwa apa yang tadinya kita anggap menyebalkan, tidak akan menjadi demikian lagi.

Jangan Sebarkan ketidaksukaan Kita dengan Partner Lain
Ketika kita memiliki personal dislikeness terhadap rekan kerja, membicarakan hal tersebut dengan rekan kerja lain bukanlah pilihan yang bijak. Emosi adalah sesuatu yang sangat sensitif dan potensif membuat orang terluka perasaannya. Selain itu, ketika kita membicarakan keburukan orang lain, maka rekan kerja lain pun justru akan  mengecap kita negatif.
Apabila sudah benar-benar tertekan dan butuh mengeluarkan uneg-uneg, akan lebih baik jika kita bercerita dengan teman kita di luar organisasi tempat kita bekerja.

Pertimbangkan bahwa itu kita, bukan orang yang kita benci
Setelah berhasil mengatur reaksi kita terhadap orang yang kita benci, langkah selanjutnya adalah  menganalisis mengapa kita membenci mereka. Apakah karena dia mengingatkan kita pada sesorang atau sesuatu yang buruk, atau karena kita tidak dapat melakukan apa yang dapat ia lakukan. Kebencian bisa dipicu oleh iri hati. Emosi negatif kadang membuat kita larut pada mindset yang tidak objective.
Dengan pemahaman yang lebih baik tentang apa yang  menganggu kita, akan lebih mudah bagi kita untuk mengerti apa peran kita dalam intrik yang terjadi dengan rekan tersebut. Mengasumsikan bahwa kita adalah bagian dari masalah justru akan membuat kita sadar bahwa mungkin saja kita memiliki andil dalam masalah yang kita hadapi. Seandainya dimanapun kita pergi selalu ada orang yang kita benci, sebetulnya itu adalah sinyal yang buruk bagi kita.

Habiskan lebih banyak waktu bersama mereka
Mungkin hal ini terdengar ganjil. Jangankan menghabiskan banyak waktu, untuk bersua saja mungkin kita merasa jengah. Padahal dengan kita menghabiskan banyak waktu dengan mereka, kita bisa menjadi lebih mengenal mereka dan mengerti hal-hal seperti apa yang mendorong mereka melakukan hal-hal yang tidak kita sukai.Dampaknya adalah, mungkin sekali kita tidak lagi benci melainkan berempati.
Meluangkan waktu dengan orang yang kita benci juga memungkinkan kita untuk berkesempatan menciptakan hal-hal positif bersama. Meskipun demikian, tetap ada satu pengecualian bahwa apabila orang tersebut bermasalah dengan moralnya, maka menjauh bisa jadi pilihan terbaik.

Pertimbangkan Untuk Memberi Feedback
Jika langkah-langkah sebelumnya tidak mengubah keadaan, maka langkah terakhir adalah dengan memberikan mereka feedback. Kita ungkapkan kepada mereka bahwa ada sikap-sikap mereka yang cukup menganggu dan akan lebih baik jika diperbaiki. Hanya saja kita perlu berhati-hati dalam menyampaikannya dan melihat karakter dari rekan kita tersebut. Apakah dia cukup terbuka dan mau dikritik atau justru sebaliknya. Jika kita memberikan feedback dengan cara yang tepat, maka ada kesepampatan kita akan membantu rekan tersebut mengembangkan kesadaran diri dan meningkatkan efektivitas kerjanya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar