Kini di era MEA 2015 war for talent antar organisasi telah menjadi kenyataan di depan mata kita. Kebutuhan unit kerja, organisasi dan kepesatan peningkatan perusahaan tidak diiringi ketersediaan penawaran profesional yang sepadan. Hal ini mengakibatkan perang talenta memanas hingga ke level tertinggi. Persaingan perekrutan dan pembajakan talenta profesional bahkan menghadirkan praktik perang talenta di luar batas logika akal sehat. The demands for talent for exceeds supply. Manajemen talenta, tak pelak merupakan salah satu isu prioritas yang paling membuat pusing para eksekutif puncak dewasa ini

Senin, 05 Januari 2015

Pemimpin Otentik untuk Mengelola Gen Y


Pengalaman memimpin sebuah perusahaan start-up digital adalah pengalaman mengelola workforceyang terdiri dari 90% – bahkan lebih – Generasi Y. Apa istimewanya Gen Y? Kelompok tenaga kerja berusia 22-32 tahun (yang lahir tahun 1980-an) ini akan segera mendominasi keseluruhan angkatan kerja di Indonesia. Saat ini saja hal tersebut sudah terjadi di industri kreatif dan digital.

Banyak sekali studi sudah dilakukan mengenai Gen Y. Kelompok umur ini sangat menarik para peneliti ataupun publik karena mereka memiliki karakteristik unik yang mewakili era sekarang: era keterbukaan dan serba cepat/instan yang salah satunya dipicu perkembangan teknologi informasi.

Sesuai dengan eranya, Gen Y memiliki sejumlah sifat, seperti sangat percaya diri, suka tampil, ambisius, yang sering kali menimbulkan efek samping: sulit diatur. Mereka bukan tipe yang manut-manut saja, tetapi selalu membutuhkan nalar dari setiap tindakan, untuk dicocokkan dengan nalar mereka sendiri. Mereka bukan tipe yang mengikuti seseorang hanya karena senioritas ataupun jabatan. Mereka perlu merasa melakukan sesuatu atas dorongan inisiatif sendiri, bukan karena disuruh. Dalam darah mereka mengalir kebutuhan untuk membuktikan diri bahwa mereka bisa. Karena keinginan berprestasi sudah ada dari sananya (alami), bagi mereka, tugas manajemen (perusahaan) adalah menciptakan sebuah lingkungan agar dapat berprestasi maksimal.


Dari pengalaman pribadi, dalam mengatasi Gen Y dengan karakteristik seperti dikemukakan di atas, bila kita kebanyakan mengatur mereka, malah menimbulkan efek turn off, sehingga hasilnya tidak efektif. Mereka membutuhkan lingkungan di mana mereka bisa bebas berekspresi sekaligus penuh tantangan. Mereka selalu haus untuk belajar hal baru, dan sebagai pengarahnya mereka membutuhkan pemimpin yang otentik.

Apa itu pemimpin yang otentik? Lynda Grayton dalam bukunya The Shift, the Future of Work is Already Here mengatakan: kepemimpinan yang dibutuhkan saat ini dan untuk mengantisipasi masa depan adalah kepemimpinan yang transparan dan otentik. Sesuai dengan definisi kata-kata otentik, maka pemimpin yang otentik mungkin bisa diartikan secara sederhana ya… berarti benar-benar pemimpin.

Pemimpin sejati atau true leader bukan hanya sebuah posisi. Ini untuk membedakan antara kepemimpinan dengan posisi. Di era kini Anda bisa saja mempunyai posisi yang berkuasa, tetapi tidak secara otomatis menjadikan Anda seorang pemimpin. Di sinilah yang membuat memimpin Gen Y tidaklah mudah. Banyak yang mengeluh sulit mengatur kelompok umur ini. Posisi dan otoritas bukanlah pasangan secara alami. Tidak jarang, Anda harus bekerja keras mendapatkan (earn) otoritas (authority) itu.

Sampai di sini saya jadi teringat bahwa dalam online marketing dikenal tiga jenis media: paid, owned, dan earned. Paid adalah media yang kita bayar, contohnya pasang iklan (online advertising). Owned adalah media yang kita miliki sendiri, misalnya web/blog kita sendiri, akun media sosial (Facebook dan Twitter) kita. Adapun earned, adalah percakapan di media sosial ataupun media digital lain yang terjadi secara organik tentang sebuah merek, yang merupakan suatu reputasi yang di-earned (diraih) oleh merek tersebut melalui kerja keras dan usaha membangun merek dalam jangka panjang.

Terasa bukan media mana yang paling menantang? Di era media sosial ini, Anda tidak bisa lagi “membeli” persepsi/citra baik semudah Anda membayar iklan. Anda harus mendapatkan (earn) semua itu dengan usaha.

Sama halnya dengan mendapatkan otoritas Anda sebagai seorang pemimpin. Anda bisa saja seorang manajer atau direktur, di atas kartu nama Anda tertulis bahwa Anda adalah seorang pemimpin (owned authority). Atau mungkin Anda adalah seorang pemilik usaha yang menggaji karyawan (paid authority). Namun hanya true leader yang mendapatkan (earned) otoritas melalui pembuktian secara konstan akan siapa dirinya.

Bill George, profesor Harvard Business School, dalam satu studinya yang terkenal tentang kepemimpinan menyimpulkan: seseorang tidak perlu terlahir dengan karakteristik tertentu untuk bisa memimpin. Anda juga tidak perlu menduduki posisi teratas dalam suatu organisasi. Siapa pun bisa menjadi seorang pemimpin sejati. Perjalanan ini dimulai dari pemahaman yang baik tentang diri sendiri dan terus belajar dari pengalaman.

Pemimpin sejati selalu menyisihkan waktu untuk memeriksa kembali dan merenungkan pengalaman mereka, dengan cara ini mereka terus bertumbuh sebagai individu ataupun pemimpin. Karena pemahaman yang baik tentang diri sendiri adalah kuncinya, maka penyangkalan diri (denial) adalah musuh utama pemimpin otentik. Pemimpin otentik tidak takut, bahkan selalu meminta dan mendengarkan masukan dari bawahannya.

Bill George juga berpendapat, kepemimpinan yang otentik adalah syarat untuk pencapaian bisnis jangka panjang. Mungkin Anda bisa mendapatkan hasil jangka pendek tanpa menjadi otentik. Toh, kepemimpinan otentik adalah satu-satunya jalan untuk menciptakan hasil jangka panjang. Dalam bahasa sederhananya, berani terbuka dan transparan. Sudah tidak zamannya lagi menutup-nutupi, bersembunyi di balik posisi/jabatan. Ketika dipromosikan sebagai pemimpin, jangan mengira itu otomatis sebagai kekuasaan. Itu hanya berarti owned authority. Anda harus bekerja keras untuk mendapatkan kekuasaan sejati.

Karena itu, ketika dipromosikan sebagai seorang pemimpin, bukan berarti Anda bisa duduk santai dan menyuruh-nyuruh bawahan. Anda malah harus bekerja lebih keras, datang lebih awal, dan pulang lebih malam. Anda harus semakin rajin belajar, membaca, bergaul, memperluas wawasan, jangan sampai kalah oleh bawahan Anda.

Saat ini tidak mungkin lagi Anda bisa menyuruh bawahan Anda melakukan sesuatu, padahal bawahan Anda tidak melihat Anda kapabel dalam melakukan tugas tersebut. Selamat datang ke dunia yang serba terbuka. Ini adalah era Gen Y. Anda bukanlah pemimpin kecuali Anda berhasil memimpin Gen Y ini. Meisia Chandra, Direktur Pengelola Dealgoing.com



Tidak ada komentar:

Posting Komentar