Pengalaman memimpin
sebuah perusahaan start-up digital adalah pengalaman mengelola workforceyang
terdiri dari 90% – bahkan lebih – Generasi Y. Apa istimewanya Gen Y? Kelompok
tenaga kerja berusia 22-32 tahun (yang lahir tahun 1980-an) ini akan segera
mendominasi keseluruhan angkatan kerja di Indonesia. Saat ini saja hal tersebut
sudah terjadi di industri kreatif dan digital.
Banyak sekali studi
sudah dilakukan mengenai Gen Y. Kelompok umur ini sangat menarik para peneliti
ataupun publik karena mereka memiliki karakteristik unik yang mewakili era
sekarang: era keterbukaan dan serba cepat/instan yang salah satunya dipicu
perkembangan teknologi informasi.
Sesuai dengan
eranya, Gen Y memiliki sejumlah sifat, seperti sangat percaya diri, suka
tampil, ambisius, yang sering kali menimbulkan efek samping: sulit diatur.
Mereka bukan tipe yang manut-manut saja, tetapi selalu membutuhkan nalar dari
setiap tindakan, untuk dicocokkan dengan nalar mereka sendiri. Mereka bukan
tipe yang mengikuti seseorang hanya karena senioritas ataupun jabatan. Mereka
perlu merasa melakukan sesuatu atas dorongan inisiatif sendiri, bukan karena
disuruh. Dalam darah mereka mengalir kebutuhan untuk membuktikan diri bahwa
mereka bisa. Karena keinginan berprestasi sudah ada dari sananya (alami), bagi
mereka, tugas manajemen (perusahaan) adalah menciptakan sebuah lingkungan agar
dapat berprestasi maksimal.
Dari pengalaman
pribadi, dalam mengatasi Gen Y dengan karakteristik seperti dikemukakan di
atas, bila kita kebanyakan mengatur mereka, malah menimbulkan efek turn off,
sehingga hasilnya tidak efektif. Mereka membutuhkan lingkungan di mana mereka
bisa bebas berekspresi sekaligus penuh tantangan. Mereka selalu haus untuk
belajar hal baru, dan sebagai pengarahnya mereka membutuhkan pemimpin yang
otentik.
Apa itu pemimpin
yang otentik? Lynda Grayton dalam bukunya The Shift, the Future of Work is
Already Here mengatakan: kepemimpinan yang dibutuhkan saat ini dan untuk
mengantisipasi masa depan adalah kepemimpinan yang transparan dan otentik.
Sesuai dengan definisi kata-kata otentik, maka pemimpin yang otentik mungkin
bisa diartikan secara sederhana ya… berarti benar-benar pemimpin.
Pemimpin sejati atau
true leader bukan hanya sebuah posisi. Ini untuk membedakan antara kepemimpinan
dengan posisi. Di era kini Anda bisa saja mempunyai posisi yang berkuasa,
tetapi tidak secara otomatis menjadikan Anda seorang pemimpin. Di sinilah yang
membuat memimpin Gen Y tidaklah mudah. Banyak yang mengeluh sulit mengatur
kelompok umur ini. Posisi dan otoritas bukanlah pasangan secara alami. Tidak
jarang, Anda harus bekerja keras mendapatkan (earn) otoritas (authority) itu.
Sampai di sini saya
jadi teringat bahwa dalam online marketing dikenal tiga jenis media: paid,
owned, dan earned. Paid adalah media yang kita bayar, contohnya pasang iklan
(online advertising). Owned adalah media yang kita miliki sendiri, misalnya
web/blog kita sendiri, akun media sosial (Facebook dan Twitter) kita. Adapun
earned, adalah percakapan di media sosial ataupun media digital lain yang
terjadi secara organik tentang sebuah merek, yang merupakan suatu reputasi yang
di-earned (diraih) oleh merek tersebut melalui kerja keras dan usaha membangun
merek dalam jangka panjang.
Terasa bukan media
mana yang paling menantang? Di era media sosial ini, Anda tidak bisa lagi
“membeli” persepsi/citra baik semudah Anda membayar iklan. Anda harus
mendapatkan (earn) semua itu dengan usaha.
Sama halnya dengan
mendapatkan otoritas Anda sebagai seorang pemimpin. Anda bisa saja seorang
manajer atau direktur, di atas kartu nama Anda tertulis bahwa Anda adalah
seorang pemimpin (owned authority). Atau mungkin Anda adalah seorang pemilik
usaha yang menggaji karyawan (paid authority). Namun hanya true leader yang mendapatkan
(earned) otoritas melalui pembuktian secara konstan akan siapa dirinya.
Bill George,
profesor Harvard Business School, dalam satu studinya yang terkenal tentang
kepemimpinan menyimpulkan: seseorang tidak perlu terlahir dengan karakteristik tertentu
untuk bisa memimpin. Anda juga tidak perlu menduduki posisi teratas dalam suatu
organisasi. Siapa pun bisa menjadi seorang pemimpin sejati. Perjalanan ini
dimulai dari pemahaman yang baik tentang diri sendiri dan terus belajar dari
pengalaman.
Pemimpin sejati
selalu menyisihkan waktu untuk memeriksa kembali dan merenungkan pengalaman
mereka, dengan cara ini mereka terus bertumbuh sebagai individu ataupun
pemimpin. Karena pemahaman yang baik tentang diri sendiri adalah kuncinya, maka
penyangkalan diri (denial) adalah musuh utama pemimpin otentik. Pemimpin
otentik tidak takut, bahkan selalu meminta dan mendengarkan masukan dari
bawahannya.
Bill George juga
berpendapat, kepemimpinan yang otentik adalah syarat untuk pencapaian bisnis
jangka panjang. Mungkin Anda bisa mendapatkan hasil jangka pendek tanpa menjadi
otentik. Toh, kepemimpinan otentik adalah satu-satunya jalan untuk menciptakan
hasil jangka panjang. Dalam bahasa sederhananya, berani terbuka dan transparan.
Sudah tidak zamannya lagi menutup-nutupi, bersembunyi di balik posisi/jabatan.
Ketika dipromosikan sebagai pemimpin, jangan mengira itu otomatis sebagai
kekuasaan. Itu hanya berarti owned authority. Anda harus bekerja keras untuk
mendapatkan kekuasaan sejati.
Karena itu, ketika
dipromosikan sebagai seorang pemimpin, bukan berarti Anda bisa duduk santai dan
menyuruh-nyuruh bawahan. Anda malah harus bekerja lebih keras, datang lebih
awal, dan pulang lebih malam. Anda harus semakin rajin belajar, membaca,
bergaul, memperluas wawasan, jangan sampai kalah oleh bawahan Anda.
Saat ini tidak
mungkin lagi Anda bisa menyuruh bawahan Anda melakukan sesuatu, padahal bawahan
Anda tidak melihat Anda kapabel dalam melakukan tugas tersebut. Selamat datang
ke dunia yang serba terbuka. Ini adalah era Gen Y. Anda bukanlah pemimpin
kecuali Anda berhasil memimpin Gen Y ini. Meisia Chandra,
Direktur Pengelola Dealgoing.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar