Kini di era MEA 2015 war for talent antar organisasi telah menjadi kenyataan di depan mata kita. Kebutuhan unit kerja, organisasi dan kepesatan peningkatan perusahaan tidak diiringi ketersediaan penawaran profesional yang sepadan. Hal ini mengakibatkan perang talenta memanas hingga ke level tertinggi. Persaingan perekrutan dan pembajakan talenta profesional bahkan menghadirkan praktik perang talenta di luar batas logika akal sehat. The demands for talent for exceeds supply. Manajemen talenta, tak pelak merupakan salah satu isu prioritas yang paling membuat pusing para eksekutif puncak dewasa ini

Minggu, 01 Februari 2015

6 Sinyal Bos Tidak Menyukai Kita

Dalam sebuah buku berjudul “He’s just not that into you”, yang juga pernah difilmkan pada tahun 2009, disebutkan beberapa ciri seorang pria, apakah ia tertarik kepada seorang perempuan atau tidak. Pada dasarnya, prinsip yang sama juga dapat diterapkan dalam hubungan antara karyawan dengan bosnya. Sebagai karyawan, kita perlu menjadi peka untuk melihat perilaku bos, karena sikap si bos bisa menjadi indikator apakah ia menyukai kita atau sebaliknya. Jika memang si bos tidak menyukai kita, akan sia-sia sekali kita menghabiskan bertahun-tahun untuk bekerja dengannya, sedangkan dia tidak peduli dengan perkembangan karir kita.
Daripada demikian, ada baiknya kita mencoba tips-tips berikut yang dilansir dari salary.com, tentang bagaimana mengenali tanda-tanda serta menghadapi kondisi di mana bos tidak menyukai kita:



1. Micromanagement
Biasanya, kita dapat melakukan suatu pekerjaan dengan tanpa masalah. Akan tetapi, untuk pekerjaan yang sama, tiba-tiba bos menjadi lebih demanding dan mempersoalkan kesalahan-kesalahan minor yang biasanya tidak menjadi masalah. Pun si bos berusaha selalu memperingatkan hal tersebut sesegera mungkin. Ketika bos sudah mulai menegur dan mengatur untuk sesuatu yang sebenarnya absurd dan tidak perlu dibimbing, maka sudah jelas bahwa bos tersebut tidak percaya terhadap kita. Jika dibiarkan terus-menerus, kita akan tertekan dan lama-kelamaan akan stress.
Solusinya adalah kita keluar dari tempat kerja kita. Sedangkan apabila hal tersebut tidak memungkinkan, maka ada baiknya kita bicara dengan si bos. Kita katakan dengan jujur bahwa kita ingin mengerjakan hal terbaik dan butuh independensi. Selain itu kita juga dapat menyelenggarakan weekly meeting dengan si bos untuk mencegah dia berkali-kali datang ke meja kita.

2. Sulit ditemui dan Tidak Peduli
Berbanding terbalik dengan poin sebelumnya, kali ini si bos justru sulit untuk kita temui. Ia bisa menghabiskan banyak waktu di kantor untuk melakukan sesuatu yang ia sukai tetapi tidak suka meluangkan waktu untuk kita. Berbagai alasan akan ia buat untuk menghindar  dari kita sepenting apapun urusan kita. Lebih menyakitkan lagi apabila ia bersedia bertemu dengan orang lain untuk urusan yang sama. Ciri-ciri tersebut adalah indikator bahwa bos tidak menyukai kita.
Satu-satunya jalan keluar untuk masalah ini adalah kita harus bertemu muka dengan bos tersebut. Dengan frontal dan percaya diri kita harus mengatakan dengan tegas. Misalnya, “Pak, saya tahu Bapak sibuk, tetapi beberapa jadwal yang kita tentukan gagal dan saya perlu berbicara dengan Bapak. Saya butuh input dan bimbingan dari Bapak”.

3. Dijadikan Pengecualian
Kamu sedang duduk di dalam kubikel, lalu semua orang berdiri dan berjalan ke ruang meeting. Rupanya ada meeting untuk sebuah project baru. Semua orang diundang kecuali kamu. Dari situ kamu mencium adanya sebuah pengecualian yang dilakukan si bos. Kemungkinan pertama adalah terjadi kesalahan sehingga nama kita terlewat dari undangan. Kemungkinan yang kedua, memang si bos sengaja mendiskriminasi kita.
Solusi yang bisa kita ambil yakni dengan melakukan pendekatan perlahan-lahan. Bertanya secara sopan dan memastikan penyebab kita luput dari undangan. Jika memang benar hal tersebut disengaja, kita perlu bicara dengan si bos ada permasalahan apa dan yakinkan si bos bahwa kita tak akan bisa bekerja dengan baik tanpa ada update informasi dari meeting tersebut.

4. Diacuhkan/dicemooh selama rapat
Rapat atau meeting di tempat kerja idealnya menjadi sebuah ajang untuk brainstorming, bukannya tempat untuk saling menghakimi. Akan tetapi, ketika bos kita melakukan hal tersebut terhadap kita selama meeting, ada hal yang perlu dipertanyakan menyangkut hubungan kita dengan si bos. Terlebih lagi apabila dalam proses kreatif, kita tidak dilibatkan dalam pengumpulan ide, maka kita pantas curiga bahwa bos kita tidak menyukai kita.
Menghadapi hal tersebut, yang sebaiknya kita lakukan adalah menahan diri dan mencari waktu yang tepat untuk berbicara dengan si bos. Dengan bijak, mintalah saran kepadanya tentang bagaimana seharusnya mengutarakan ide dan ide tersebut diperhitungkan untuk kemajuan perusahaan.

5. Tidak Memberikan Feedback
Hal yang lebih buruk dari memberi respon negatif adalah tidak merespon sama sekali. Terlebih lagi jika kita telah melakukan pekerjaan sebaik mungkin dan si bos tidak memberikan tanggapan apa pun, maka sebetulnya si bos tidak menganggap kita sebagai sesuatu yang pantas dihargai.
Jika kita belum siap untuk keluar dari tempat kerja tersebut, ada beberapa hal yang dapat kita lakukan. Yang pertama adalah mengecek lembar employee review, apabila itu sudah lama tak diisi padahal sebetulnya sudah jatuh tempo, maka ada baiknya kita mengirim  email kepada bos. Isinya adalah mengingatkan bahwa kita perlu feedback dari dia. Namun, apabila hal tersebut tidak mengubah keadaan, kita bisa menggunakan email tersebut sebagai bukti untuk melaporkan si bos ke HRD.

6. Bos memberi pekerjaan di bawah kualifikasi
Ciri lain bahwa si bos membenci kita adalah dengan memberikan kita pekerjaan yang sebetulnya bisa dikerjakan oleh orang yang tidak berpendidikan sama sekali. Memberikan pekerjaan yang jauh di bawah kemampuan kita merupakan indikasi bahwa si bos tidak menganggap kita bisa berkontribusi terhadap perusahaan.
Langkah yang harus kita ambil adalah dengan menjadikan diri kita layak diperhitungkan. Caranya adalah dengan melakukan banyak prestasi dan menunjukan kepada bos bahwa kita memiliki kemampuan yang lebih dari apa yang ia pikir kita punya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar