Ada 2 orang yang bekerja di perusahaan yang
sama, A dan B. A adalah seorang pekerja keras dan proaktif. Baginya bekerja
bukan hanya sekedar menyelesaikan pekerjaan rutin, tetapi juga media
pembelajaran untuk melangkah ke jenjang berikutnya yang lebih baik.
Sedangkan B adalah seorang pemalas yang
sekedar mengerjakan apa yang diperintahkan, bahkan cenderung selalu menghindari
tanggung jawab. B memiliki persepsi bahwa tugas dan pekerjaan adalah beban yang
harus dihindari sebisa mungkin. Dia tidak pernah berusaha mengembangkan diri
atau bersikap proaktif.
Akibatnya, pada saat penilaian kinerja, A
memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan B. Berikutnya, manajemen dan
departemen-departemen lain di perusahaan tersebut mengetahui perbedaan kinerja
dan karakter kedua pekerja ini. Hasilnya dapat dengan mudah ditebak, pencapaian
karir A jauh lebih baik dibandingkan dengan B.
Dari cerita di atas, kita dapat memahami
bahwa HASIL yang kita peroleh tergantung dari TINDAKAN kita. Masalahnya, banyak
orang menginginkan hasil yang besar tanpa usaha yang sepadan. Mirip si B yang
menginginkan hasil si A tanpa mengubah perilaku, tindakan dan kebiasaannya yang
masih B.
Jika ingin memperoleh hasil yang berbeda,
maka kita harus ubah tindakan kita. Kita harus memiliki sikap proaktif.
SEANDAINYA SAJA
Pernahkah Anda mendengar ada yang berkata:
Seandainya saja saya mempunyai lebih banyak
uang.
Seandainya saja saya memiliki lebih banyak
waktu.
Seandainya saja saya lebih banyak punya
relasi.
Seandainya saja saya dulu belajar tentang
IT.
Seandainya saja saya memiliki kekuasaan.
Seandainya saja saya berasal dari keluarga
kaya.
Seandainya saja saya ….
Banyak
orang menyerah terhadap kekuatan pengkondisian dalam hidup mereka. Mereka
menyatakan bahwa hidup mereka telah ditentukan oleh pengkondisian tersebut dan
mereka sama sekali tidak memiliki kendali atas pengaruh tersebut.
Stephen
R. Covey menjelaskan kekuatan pengkondisian ini dengan teori determinisme-nya.
Ada tiga jenis determinisme yang digunakan secara luas oleh banyak orang,
yaitu:
1.
Determinisme
genetis, pada dasarnya menyatakan karena faktor genetis/keturunan Anda seperti
ini. Kakek-nenek Anda mudah marah, itulah sebabnya menurut Anda karakter Anda
adalah seorang pemarah.
2.
Determinisme
psikis, pada dasarnya menyatakan orang tua Anda-lah yang menyebabkan Anda
seperti ini sekarang. Metode pengasuhan, pengalaman buruk masa kecil,
penolakan, penghinaan saat Anda masih rentan secara fisik dan emosional dulu.
3.
Determinisme
lingkungan, pada dasarnya mengatakan bos Anda, pasangan Anda, anak Anda,
kondisi perekonomian, cuaca hari ini, kebijakan pemerintah, atau seseorang atau
sesuatu lain di lingkungan Anda saat ini menurut Anda bertanggung jawab atas
situasi Anda.
Menurut Wikipedia (2012), kepribadian
proaktif adalah sikap yang cenderung berinisiatif, berani bertindak, dan tekun
hingga berhasil mencapai perubahan yang berarti. Pribadi proaktif menciptakan
perubahan positif dalam lingkungan tanpa memedulikan batasan atau halangan.
Artinya, proaktivitas lebih dari sekedar
mengambil inisiatif. Kata ini menunjukkan bahwa kita sebagai manusia
bertanggung jawab atas hidup kita sendiri dan tidak menyalahkan keadaan,
kondisi atau pengkondisian untuk perilaku mereka. Lawan kata dari proaktif
adalah reaktif. Orang-orang reaktif adalah mereka yang memilih untuk memberi
kekuatan pada stimulus-stimulus determinisme.
SAYA TIDAK BISA, SAYA TIDAK TAHU,
ITU BUKAN TANGGUNG JAWAB SAYA
Bahasa adalah indikator temudah yang dapat
digunakan untuk mengukur proaktivitas seseorang. Dari bahasa yang dikeluarkan
seseorang, kita dapat melihat kualitas mereka. Apakah mereka menggunakan bahasa
proaktif yang positif sehingga menggambarkan mindset positif mereka, atau
sebaliknya.
Bahasa reaktif umumnya terlihat sebagai
bahasa yang menjadi bagian dari upaya orang-orang reaktif untuk melepaskan
tanggung jawab dan kabur dari masalah. Contoh perbedaan penggunaan bahasa
reaktif dan proaktif adalah:
1 REAKTIF
1 Sumpah. Saya tidak tahu. Itu bukan
tanggung jawab saya.
2 Coba saya lihat, pendekatan apa yang kita
dapat optimalkan untuk masalah ini.
1 Saya tidak bisa, pekerjaan saya sudah
banyak. (walaupun kita semua memahami, beban pekerjaannya tidak sebanyak itu).
2 Deadline saya masih banyak, tetapi mari
kita cari solusinya agar masalah ini dapat selesai secara efektif dan efisien.
1 Saya harus menggunakan pendekatan B,
karena atasan saya mewajibkan saya menggunakan pendekatan ini. Jadi, kita tidak
perlu bahas mengapa saya menggunakan pendekatan B.
2 Saya memilih pendekatan B, karena
cost-benefitnya lebih baik dibandingkan dengan pendekatan A yang pernah kita
lakukan.
1 Tidak ada yang dapat kita lakukan. Semua
usaha telah dilakukan.
2 Mari kita lihat alternatif apa yang kita
miliki.
2
PROAKTIF
1 Saya takut, ini tidak sesuai dengan
prosedur. Jadi kita tidak usah mencobanya, walau benefitnya lebih banyak. Tidak
perlu diusulkan, pasti tidak disetujui oleh atasan. Berbahaya ini.
2 Mari kita petakan apa risiko yang mungkin
timbul dari tindakan ini. Lalu kita cari mitigasi risiko-nya. Setelahnya, kita
harus komunikasikan dengan atasan dan otoritas lainnya tentang kemungkinan
tindakan yang dapat kita ambil.
1 Ini bukan urusan saya sama sekali, saya
tidak tahu. Coba hubungi yang lain. Dulu tugas ini sudah didelegasikan ke yang
lain. Saya tidak tahu, siapa yang tahu. Saya benar-benar tidak tahu. Saya benar-benar
baru departemen ini. Saya baru 5 tahun di sini (Wow, baru kok, 5 tahun ya?)
2 Tampaknya kita akan memperoleh solusi
yang lebih baik jika berkomunikasi langsung juga dengan Bpk A. Mari kita
diskusikan masalah ini dengannya.
Kontribusi positif dari sikap proaktif
terkadang dapat tertutupi oleh politik kantor. Ada beberapa orang, yang sengaja
bersikap reaktif agar dapat menggembosi rekan kerja lainnya sehingga para
penjilat ini dapat terlihat lebih baik dibandingkan yang lainnya. Di depan
atasan, mereka selalu menunjukkan kualitas sikap proaktif. Di belakang atasan,
mereka berusaha menggembosi rekan kerja yang lain dengan berperilaku reaktif .
Untuk para benalu seperti ini, berlaku rumus pengecualian:.
PROAKTIF
+ (PENJILAT) = REAKTIF
Artinya: ya sama saja, podo wae.
Mereka sebenarnya hanya berperilaku
reaktif, hanya dapat menjadi bagian dari masalah, tanpa dapat menjadi bagian
dari solusi masalah. Mereka menihilkan kontribusi upaya proaktif mereka karena
hasil dari tindakan mereka lebih banyak artificial dan sekedar make-up
temporer. Lebih ditujukan untuk kepentingan diri sendiri, bukan kepentingan
perusahaan.
Menjadi semakin berbahaya, jika vested
interests mereka adalah menciptakan dan memperbesar masalah agar mereka bisa
masuk ke dalam masalah tersebut, dan menjadi superhero yang membereskan masalah
yang sebenarnya mereka ciptakan tersebut. Ya, ya, ya, Politics is Always Dirty.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar