Membicarakan persfektif manajemen berarti ada
sesuatu yang ingin kita ungkapkan dimana disatu sisi manajemen berbicara
seperangkat pengetahuan (apa yang harus dilakukan dan mengapa), keterampilan
(bagaimana melaksanakan) dan keinginan (mau melakukan) tentang usaha manusia
mencapai tujuan dengan memaksimumkan sumber daya yang tersedia secara produktif
(efisein, efektif dan kualitas), sedangkan disisi lain persfektif membicarakan
kemampuan berpikir strategis untuk melihat segala sesuatu di masa depan.
Kemampuan berpikir strategis merupakan kebutuhan
bagi setiap pemimpin masa depan, tanpa kemampuan itu sangat sulitlah ia
menerapkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk menggerakkan orang dalam usaha
untuk mencapai tujuan yang diharapkan, oleh karena itu banyak pemimpin
menguasai informasi tapi ia tidak mampu memanfaat informasi menjadi berguna.
Sejalan dengan pemikiran diatas, maka kepemimpinan
masa depan sangat ditentukan kemampuannya untuk menggerakkan kemampuan berpikir
dalam kerangka persfektif artinya ia memiliki kemampuan mengungkapkan situasi
dalam gelom-bang perubahan karena perubahan akan selalu ada dimana-mana
sehingga pemahaman yang mendalam memanfaatkan otak dan hati dalam mewujudkan antisipasi.
Antisipasi adalah keterampilan baru untuk
menggerakkan kemampuan yang terkait dalam pemikiran analisis strategis dimana
ia mampu mengungkapkan segala sesuatu yang belum terjadi. Inilah keterampilan
yang sangat perlu dan penting dalam membicarakan apa yang kita sebut dengan
persfektif.
Dengan mengungkapkan persfektif dari hasil analisis
strategis sebagai satu usaha untuk meramalkan sesuatu yang harus dihindari
dimasa depan, maka dengan melaksanakan manajemen yang benar diharapkan kita
mampu untuk menciptakan peluang-peluang dalam masa ketidak pastian.
PERSFEKTIF bila kita uraikan dari huruf menjadi
kata ber-makna kita dapat merumuskan sutu konsep dalam pemahaman bahwa
PERSFEKTIF adalah P)erencanaan analisis strategi sebagai (E)sensi merumuskan hal-hal
yang berkaitan dengan (R)erolakasi terhadap (S)umber daya sebagai satu (F)aktor
penentu (E)konomi untuk keberhasilan dengan memanfaatkan (K)eterampilan dalam
(T)eknologi dan (I)nformasi sebagai (F)ondasi dalam mewujudkan keputusan
strategik.
Pemahaman kata persfektif yang dirumuskan diatas
diharapkan akan menjadi alat pendorong sikap dan perilaku agar semua rumusan
dalam kerangka berpikir ANTISIPATIF mampu meramalkan keputusan strategik.
Dengan pemanfaatan otak dan hati dalam kerangka
kemampuan berpikir antisifatif, maka dengan menggerakkan kompetensi agar
komponen memahami apa yang dapat mempengaruhi, cara berpikir yang dalam mencari
jawaban lebih dari satu arah, lebih terfokuskan, mampu menggambarkan jalan yang
akan ditempuh, maka keseluruhan proses berpikir itu disebut analisis strategis.
Jadi merumuskan persfektif akan memberikan hasil
yang memuaskan bilamana kompetensi untuk membuat satu analisa strategis
dipenuhi sehingga informasi yang tersedia dapat dimanfaatkan sebagai langkah
untuk membuat antisipasi yang lebih terarah, terpadu dan
kompeherensip.Sebaliknya pemahaman konsep manajemen bila kita rumuskan dari
huruf menjadi kata bermakna, akan memberikan petunjuk kedalam operasionalnya
artinya bagaimana anda menerapkan-nya dalam pelaksanaan. Jadi huruf dalam kata
manajemen dapat dirumuskan sebagai berikut :
MANAJEMEN adalah kemampuan dalam (M)engelola
penggunaan sumber daya yang tercantum sebagai (A)ktiva untuk mewujudkan
(N))ilai tambah ekonomis ( economic value added) menjadi (A)kseptasi untuk
memberikan (J)aminan atas (E)kuitas yang ditanam sebagai (E)misi akan (N)aik
sejalan dengan pertumbuhan usaha.
Pemahaman manajemen yang dikemukakan diatas
mendjadi satu kekuatan bagi pemimpin bertanggung jawab dalam menjamin
pertumbuhan usaha yang berkelanjutan dan selalu siap memasuki gelombang ketidak
pastian menjadi peluang.
Jadi manajemen haruslah dipandang bukan saja dalam
arti abstrak tetapi juga dipandang dari konkrit artinya manajemen sebagai
keterampilan membutuhkan kompetensi tertentu. Dengan keterampilan itu bagi
pemimpin akan selalu mampu menggerakkan sumber daya manusia untuk dapat
memaksimumkan sumber daya yang lain dalam mewujudkan tujuan yang hendak
dicapai.
Keterampilan tertentu tersebut harus dikembangkan
menjadi kompetensi dalam manajerial, organisasi, teknik dan informasi sehingga
manajemen dapat dipahami dalam arti praktis yang dapat diaktualisasikan kedalam
sikap dan perilaku yang bersifat proaktif. Sikap dan perilaku proaktif akan
mampu mendorong kemampuan dalam kompetensi tertentu dengan memanfaatkan
manajemen dari kebiasaan memecahkan masalah menjadi menghindari masalah.
Dalam pemahaman konsep diatas, maka bila kedua kata
itu disatukan menjadi persfektif manajemen berarti kita melihat dari sisi
bagaimana seharusnya ia diaplikasikan menjadi kenyataan dalam praktek.
Dengan pemahaman itu, maka aplikasi persfektif
manajemen disini kita maksudkan adalah penguasaan seperangkat pengetahuan dan
keterampilan yang dapat memberi kekuatan kepemimpinan dalam mewujudkan
keinginan agar dapat memberikan motivasi dalam menciptakan keseimbangan
kepentingan individu, kelompok dan organisasi.
Pengetahuan, keterampilan dan keinginan tersebut
harus ditumbuh kembangkan menjadi suatu kebiasaan yang produktif untuk
mendukung kemampuan dalam pemikiran strategis, jangka panjang dan pendek dalam
organisasi dan menjadi pendorong lahirnya kompetensi-kompetensi manajerial,
teknik, informasi dan organisasi.
Kemampuan-kemampuan tersebut harsulah dapat
dipandang sebagai satu kebiasaan yang prodktif yang menunjukkan
kekuatan-kekuatan dan atau kelemahan-kelemahan artinya dari sisi
kekuatan-kekuatan akan berdampak mendukung keberhasilan persfektif, posisi dan
performa, sebaliknya dari sisi kelemahan-kelemahan akan menghambat
keberhasilan.
Untuk mendukung pemahaman persfektif manajemen agar
dapat diaplikasikan kedalam suatu organisasi yang efektif dan mudah dikontrol
dibutuhkan kesungguhan untuk membangun kebiasaan yang produktif artinya
diperlukan peningkatan yang berkelanjutan atas pengetahuan yang diperoleh dari
informasi, keterampilan yang diperoleh dari pengalaman dan keinginan yang
sejalan dengan sikap dan perilaku untuk menyesuaikan dengan tuntutan perubahan.
Maka seperangkat kebiasaan yang produktif
menjadikan pondasi yang selalu ditumbuh kembangkan sebagai usaha-usaha
pengembangan sumber daya manusia agar ia selalu siap beradaptasi terhadap
gelombang perubahan yang terus bergerak tanpa berakhir.
Sejalan dengan pemikiran itu maka diperlukan
pilar-pilar sebagai tonggak untuk menahan setiap perubahan artinya selalu siap
menghindari masalah, sehingga ia mampu berpikir, bekerja dan belajar untuk
menuntun dalam membangun kebiasaan yang produktif .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar