Menyikapi persaingan di dunia bisnis saat ini dimana bajak membajak talent
sudah menjadi hal yang lumrah, tiap organisasi dituntut harus memiliki
kemampuan mengelola dan mengembangkan talent yang mereka miliki. Benarkah
talent management menjadi kunci untuk memenangi persaingan?
Bisa jadi iya. Bila kita mengacu dalam sebuah survey yang dilakukan IHRIM
(The International Assosiation for Human Resource Information) dan Knowledge
Infusion, sebuah perusahaan konsultan yang memiliki expertise dan menyediakan
solusi dalam bidang human resources dan talent management, ditemukan bahwa
sebanyak 77 persen responden memandang bahwa kebutuhan organisasi terhadap
talent management meningkat selama tiga tahun ke depan.
Survey ini sendiri dilakukan pada tahun 2006 dan melibatkan 3.000 anggota
IHRIM dan klien-klien Knowledge Infusion. Terkait dengan hasil survey tersebut,
Jason Averbook, CEO Knowledge Infusion menyatakan bahwa isu mengenai kekurangan
talent dan bagaimana melakukan redeployment terhadap internal employees mereka
akan sangat penting sehingga organisasi harus menyatukan training, knowledge
dan performance, sebagai key drivers untuk berbagai inisiatif dalam talent
management agar lebih baik lagi.
Hasil survey tersebut juga menyebutkan bahwa talent acquisition, leadership
development, aligning people and goals, performance management dan talent
management metrics sebagai faktor-faktor penting yang secara langsung
merefleksikan keberhasilan atau kegagalan talent management dari organisasi.
Salah satu permasalahan penting yang terjadi dalam talent management
menurut Averbook adalah saat ini sering terjadi ada gap antara learning dan HR.
Karena itulah antara learning dan HR butuh untuk mengerti apa goals dan
objectives satu sama lain. Selain itu juga sangat penting untuk memastikan
bahwa mereka telah mengarah ke tujuan yang sama.
Averbook memaparkan bahwa inti dari talent management umumnya terbagi
menjadi tiga hal: build, buy dan outsource. “Jika HR department berada dalam
mode membeli, artinya mereka lebih banyak melakukan rekrutmen, sementara
learning department lebih banyak membangun, artinya mereka mencoba untuk
men-develop orang secara internal, maka ini adalah sebuah konflik besar. Dan
organisasi-organisasi tersebut harus menyamakan, khususnya ketika krisis talent
manajement menjadi nyata dan nyata di perekonomian”, tukas Averbook.
Hasil survey dari IHRIM dan Knowledge Infusion yang mengemukakan bahwa
kebutuhan akan talent management akan menjadi salah satu isu utama di kalangan
HR executives tampaknya cukup terbukti. Setidaknya hal itu terlihat tatkala
Boston Consulting Group (BCG) dan European Association for Personal Managament
(EAPM) mengadakan survey yang melibatkan lebih dari 1350 eksekutif dari 27
negara Eropa. Dalam hasil survey yang dilakukan tahun 2007 ini, disebutkan
bahwa managing talent merupakan isu yang paling utama.
Perkembangan Meningkat
Saat ini perkembangan talent management sendiri meningkat pesat. Di Amerika
Serikat saja, konsep Talent Based Human Resouce Management (TBHRM) perlahan
tapi pasti dinilai banyak praktisi sebagai konsep yang lebih lengkap dan
menyeluruh dibandingkan konsep Competency Based Human Resouce Management
(CBHRM) yang diperkenalkan sekitar 33 tahun lalu oleh Prof Dr David McClelland.
Hal itu terutama dirasakan dalam 2-3 tahun terakhir ini. Menurut Agustinus
Agung Wirawan, Senior Consultant People Talent Suma Consulting yang sejak
beberapa tahun terakhir mengembangkan konsep Talent Based Human Resource
Management (TBHRM) menjelaskan bahwa perubahan paradigma dan pemikiran para
pelaku human resource terhadap sumber daya manusia sebagai salah satu faktor
penyebab meningkatnya kesadaran terhadap konsep talent management.
“Jadi kalau human capital kan perusahaan benar-benar menganggap karyawan
sebagai asset, people sebagai faktor yang strategis dalam pengembangan
perusahaan. Sehingga orang menganggap perusahaan tidak akan maju kalau orangnya
tidak diurusin. Itu kenapa akhirnya secara kebutuhan orang sudah mulai fokus pada
yang namanya talent management”, tambahnya.
Agustinus juga menambahkan bahwa pada dasarnya talent management merupakan
sebuah proses bisnis yang dilakukan dalam rangka mengintegrasikan proses
perencanaan, rekrutmen, pengembangan dan retain dari talent-talent yang ada di
perusahaan. Tujuannya agar perusahaan bisa berkompetisi dan mencapai
target-target yang telah digariskan. “Jadi talent management merupakan
rangkaian proses yang dilakukan untuk memanage talent dalam rangka mencapai gol
perusahaan.”
“Karena kan seiring berjalannya bisnis banyak kebutuhan karyawan
dilevel-level tertentu. Dan konsep talent management sebenarnya penting karena
terjadi bajak-bajakan SDM. Lebih karena keterbatasan resources dan kebutuhan
pasar. Kondisi itu akan membuat talent war. Sehingga dari perusahaan muncul
kebutuhan untuk menjaga talent, orang-orang bagus yang saya punya. Sehingga
harus saya manage dengan benar talent-talent ditempat saya”, paparnya.
Sementara itu Sandra Sahupala, HR & Administration Director Coca Cola Indonesia
kepada HC sempat mengungkapkan pandangan yang hampir senada, “Secara konseptual
pengelolaan SDM, konsep ini bertujuan untuk memaksimalkan pengembangan
karyawan, mempersiapkan SDM/ talenta yang kompeten di waktu yang akan datang,
dan membuat talenta-talenta perusahaan tidak mudah meninggalkan perusahaan
(retention strategy).”
“Saya melihat tidak ada kekurangan dalam penerapan konsep ini. Terus
terang, apabila sebuah perusahaan mau tetap exist dalam persaingan bisnis masa
kini, tidak ada pilihan lain untuk melakukan talent management , karena bila
tidak talenta-talenta yang baik akan direkrut oleh perusahaan-perusahaan
pesaing”, himbau Sandra.
Implementasi
Saat ini konsep talent management perlahan-lahan mulai dikenal luas dan diterapkan di perusahaan-perusahaan besar. Sebut saja Unilever, Coca Cola, Standard Chartered, HSBC, Citibank hingga Caltex. Sementara itu perusahaan-perusahaan lokal yang telah dan sedang mengadaptasi konsep ini antara lain Wijaya Karya, Bank Mandiri, Bank Central Asia dan MedcoEnergi.
Saat ini konsep talent management perlahan-lahan mulai dikenal luas dan diterapkan di perusahaan-perusahaan besar. Sebut saja Unilever, Coca Cola, Standard Chartered, HSBC, Citibank hingga Caltex. Sementara itu perusahaan-perusahaan lokal yang telah dan sedang mengadaptasi konsep ini antara lain Wijaya Karya, Bank Mandiri, Bank Central Asia dan MedcoEnergi.
Salmar Ngadikan, Manager of Human Capital Development MedcoEnergi saat
ditemui HC sekitar setahun yang lalu sempat mengemukakan bahwa MedcoEnergi
sedang berada dalam masa transisi dari CBHRM menuju TBHRM. “Sekarang ini kita
sedang transisi kearah talent. Kita juga ingin mengalokasikan source kita
kearah yang tepat. Artinya tidak produksi massal tapi yang produksi yang
eksklusif lah”, katanya.
Menurut Agustinus, saat ini meskipun implementasi tiap-tiap perusahaan
dalam menjalankan talent management berbeda-beda tapi pada dasarnya berawal
dari satu konsep dasar yang sama. Dan secara garis besar ada beberapa hal yang
harus dilakukan perusahaan dalam menerapkan konsep talent management di
perusahaan.
“Jadi pertama harus selalu berawal dari strategi dulu. Jadi perusahaan
harus menentukan talent strategy mereka seperti apa. Supaya tujuan bisnis
tercapai perusahaan harus memfokuskan diri pada talent-talent yang dibutuhkan
dan menentukan dalam bidang apa perusahaan itu secara kompetensi harus
terpenuhi. Jadi core talent, area strategic yang harus dimiliki dan menjadi
kekuatan perusahaan harus ketemu dulu.”
Yang kedua adalah talent mapping. Dalam talent mapping, perusahaan secara
internal melihat sejauh mana talent-talent yang mereka miliki telah memenuhi
kebutuhan core competency dari perusahaan. “Kalau ternyata secara kebutuhan
kurang atau ada kebutuhan talent yang sifatnya strategic tapi di dalam belum
siap, akhirnya perusahaan coba merekrut dari luar”, tambah Agustinus.
Ketiga adalah fokus pada pengembangan talent apabila kebutuhan terhadap
talent telah terpenuhi. proses pengembangan ini dapat dilakukan melalui
training, coaching, conceling, dan lain-lain. Sedangkan proses yang terakhir
adalah bagaimana kita meretain talent yang ada. “Jadi bagaimana membuat orang-orang
yang bagus, yang sudah dikembangkan ini tetap stay di company. Caranya,
perusahaan biasanya meramu beberapa system seperti remunerasi, karir path,
begitu”, lanjutnya. (adt)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar