Saya melakukan pencarian untuk
menjadi pemimpin. Saya mencari di mana-mana. Saya berbicara sebagai pakar, dan
orang pun mendengarkan saya. Tetapi kemudian ada yang lebih pandai dibandingkan
saya, dan dialah yang diikuti. Saya berusaha untuk menimbulkan keyakinan tetapi
orang-orang berkomentar, ‘Mengapa kami harus percaya Anda?’ Saya mencoba
menampilkan citra pemimpin dengan wajah yang memancarkan percaya diri dan rasa
bangga. Namun orang-orang berlalu lalang tanpa menghiraukan gaya anggun saya.
Saya berlari mendahului yang lain sambil menunjukkan cara baru untuk mencapai
puncak prestasi. Saya perlihatkan bahwa saya tahu jalan menuju kejayaan.
Kemudian saya menengok ke belakang dan ternyata saya seorang diri.
‘Apa yang
harus saya lakukan?’ tanya saya. ‘Saya sudah berusaha keras dan menggunakan
segala yang saya ketahui.’ Dan kemudian saya mendengarkan suara-suara di
sekeliling saya. Dan saya mendengar apa yang hendak dicapai oleh kelompok ini.
Saya menggulung lengan baju dan mulai ikut bekerja. Sambil kami bekerja, saya
bertanya. ‘Apakah kita semua seiya dan sekata tentang apa yang ingin kita
lakukan, dan bagaimana kita bisa menyelesaikan tugas ini?’ Dan kami berpikir
bersama dan berjuang menuju sasaran kami. Saya mendapatkan diri saya
menyemangati mereka yang berkecil hati. Saya menggali gagasan dari orang-orang
yang terlalu pemalu untuk angkat bicara. Saya mengajari mereka yang tidak tahu
banyak. Saya memuji orang-orang yang bekerja keras. Ketika tugas kami selesai,
salah seorang anggota kelompok menengok kepada saya dan berkata, ‘Ini tidak
akan terjadi kalau bukan karena kepemimpinan Anda.’ Awalnya saya berkata, ‘Saya
tidak memimpin, saya sekedar bekerja bersama yang lain.’ Baru kemudian saya
mengerti – kepemimpinan bukanlah tujuan. Saya paling berhasil memimpin ketika
saya lupa bahwa saya seorang pemimpin, dan memusatkan perhatian pada kelompok
saya, pada kebutuhan dan tujuan mereka. Memimpin berarti melayani, memberi, dan
mencapai tujuan secara bersama-sama. Penulis
tidak dikenal(3)
Pemimpin
tidak memimpin dalam kesendirian:‘Pencapaian kebanyakan pemimpin adalah
pencapaian orang banyak – tanpa pasukan, Napoleon hanyalah laki-laki bertopi.’
Konsep pemimpin sebagai tokoh utama yang penuh kejayaan telah berganti dengan
pandangan pemimpin sebagai bagian dari tim. Teori kepemimpinan orang-besar
tidak lagi relevan bagi kebanyakan organisasi saat ini, yang mengandalkan tim
untuk mencapai sukses dalam bisnis. Oleh sebab itu, organisasi harus lebih
mengutamakan kelompok orang yang memiliki keterampilan beragam dibandingkan
pemimpin perorangan. Dewasa ini perhatian dipusatkan pada efektivitas dari
kemampuan seorang pemimpin untuk mengilhami dan menggerakkan sebuah tim.
Pemimpin masa kini harus pragmatis dan fleksibel untuk bertahan. Semakin sering
ini berarti bahwa Anda harus berorientasi orang, bukan berorientasi tugas. Hal
ini sering disebut sebagai keterampilan ’lunak’, namun Taylor(4) berpendapat bahwa keterampilan lunak
ini sesungguhnya keterampilan terpenting. Termasuk kemampuan untuk menyisihkan
ego diri sendiri dan mempercayai orang, untuk membangun hubungan yang efektif.
Membangun tim yang efektif penting artinya jika kita percaya bahwa manusia
merupakan aset paling bernilai bagi sebuah organisasi. Kalau kita mengamati
pemimpin yang memimpin perusahaan yang berhasil, kita dapat melihat betapa
terampilnya mereka mengumpulkan orang-orang di sekitar mereka yang mengisi
kekurangan mereka. Jack Welch pernah berkata bahwa pencapaiannya yang terbesar
adalah menemukan orang-orang hebat.
Biarkan
rasa ingin tahu alami Anda menjangkau orang lain untuk meningkatkan pemahaman
Anda tentang perilaku mereka. Pengamatan sering merupakan cara yang paling
ampuh dalam hal ini. Pemimpin tidak hanya mengandalkan metode komunikasi yang
baku – mereka berusaha mengenal dan memahami orang-orang yang mereka pimpin.
Kepemimpinan di masa mendatang akan
tersebar di antara berbagai individu dan tim yang berbagi tanggungjawab untuk
menciptakan masa depan sebuah organisasi.
Peter
Senge
Tidak ada komentar:
Posting Komentar