Kini di era MEA 2015 war for talent antar organisasi telah menjadi kenyataan di depan mata kita. Kebutuhan unit kerja, organisasi dan kepesatan peningkatan perusahaan tidak diiringi ketersediaan penawaran profesional yang sepadan. Hal ini mengakibatkan perang talenta memanas hingga ke level tertinggi. Persaingan perekrutan dan pembajakan talenta profesional bahkan menghadirkan praktik perang talenta di luar batas logika akal sehat. The demands for talent for exceeds supply. Manajemen talenta, tak pelak merupakan salah satu isu prioritas yang paling membuat pusing para eksekutif puncak dewasa ini

Minggu, 10 Mei 2015

MOTIVASI DIRI (SELF-MOTIVATION)

Pengertian Motivasi “MOTIV” asal katanya adalah “Motion” (=B.Inggris, yang berarti GERAK). Jadi MOTIV berarti : Gerak atau Dorongan bagi terciptanya Tindakan. Dengan demikian, MOTIVASI berarti : Suatu dorongan ataupun rangsangan dari dalam diri seseorang untuk melakukan suatu tindakan , tingkah laku ataupun sikap tertentu yang timbul karena adanya KEBUTUHAN atau RASA KEKURANGAN dalam dirinya. Motivasi menunjukkan seluruh Proses Gerakan atau Dorongan yang didalamnya termasuk : • Situasi yang mendorong • Dorongan yang timbul dari dalam diri individu • Tindakan / tingkah laku yang dimunculkan • Tujuan yang ingin dicapai dari tindakan / tingkah laku tersebut Menurut Sigmund Freud, salah seorang pakar teori motivasi, berpendapat bahwa MOTIF merupakan ENERGI DASAR yang terdapat dalam diri seseorang yang disebut sebagai INSTINK. Pendapat dari para pakar yang lain mengatakan bahwa Motivasi berfungsi sebagai PERANTARA bagi makhluk hidup (termasuk manusia) untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya (Means of Adaptation).


Beberapa Teori Motivasi Populer
a. Teori Motivasi Abraham Maslow Abraham Maslow berpendapat bahwa seseorang bertindak atau bekerja karena didasari dorongan untuk memenuhi kebutuhan yang berbagai macam. Berbagai kebutuhan tersebut bertingkat- tingkat dan berjenjang yang dimulai dari : Kebutuhan Fisik, Kebutuhan Rasa Aman, Kebutuhan Sosial, Kebutuhan Penghargaan, serta Kebutuhan Pengakuan Diri. Kebutuhan-kebutuhan tersebut berjenjang, artinya jika kebutuhan tingkat I sudah terpenuhi maka kebutuhan tingkat II akan diprioritaskan untuk dicapai, begitu seterusnya sampai kepada tingkat kebutuhan yang paling tinggi (yaitu : Pengakuan Prestasi Diri). Untuk lebih jelasnya, Jenjang Kebutuhan menurut Prof. DR. Abraham Maslow ini dapat digambarkan sebagai PIRAMIDA KEBUTUHAN, sebagaimana pada gambar berikut ini :
Jasmaniah: makan, minum, pakaian (sandangpangan).
Rasa Aman: tempat tinggal, pekerjaan, penghasilan.
Berosialisasi: diterima, dicintai, disayangi, serta diakui eksistensinya di masyarakat.
Pengakuan: status sosial, prestise, perasaan berguna.
Aktualisasi Diri: prestasi, peluang untuk peningkatan diri di masa-masa yang akan datang.
b. Teori Motivasi McGregor Teori Motivasi dari McGregor ini dikenal dengan Teori Motivasi X & Y, dimana McGregor mengasumsikan bahwa manusia dapat dibedakan secara tegas berdasarkan perilaku BAIK dan perilaku BURUKnya. Dalam Teori X nya dikatakan bahwa : Manusia perlu dimotivasi dengan jalan pengawasan yang ketat, dipaksa dan diberi hukuman, karena menganggap bahwa manusia mempunyai sifat- sifat negatif. Sedangkan dalam Teori Y nya (kebalikan dari Teori X) dikatakan bahwa : Manusia dapat dimotivasi dengan jalan memberikan keleluasaan untuk bertindak, partisipasi, kerjasama, dan penghargaan (reward), karena dianggap manusia mempunyai sifat-sifat positif.
c. Teori Motivasi McClelland Menurut Teori Motivasi ini, dikatakan bahwa manusia mempunyai cadangan energi yang potensial. Penggunaan energi cadangan ini akan tergantung dari dorongan atau MOTIVASI orang tersebut, SITUASI serta PELUANG yang ada dan dimilikinya. Menurut McClelland ada 3 (tiga) hal yang dapat memotivasi seseorang, yakni: • Kebutuhan akan Prestasi (Need for Achievement = N-Ach) • Kebutuhan akan Affiliasi (Need for Affiliation = N-Aff) • Kebutuhan akan Kekuasaan (Need for Power = N-Pow).
d. INOVASI DIRI (SELF-INNOVATION) Kebanyakan orang mempunyai kemampuan dan kemauan untuk berinovasi pada taraf yang tidak berarti (insignificant). Begitu juga taraf keinginan untuk melakukan perubahan (willingness to change). ada satu pertanyaan “menggelitik” yang sangat krusial untuk dijawab sebagai dasar pemahaman lebih jauh. Pertanyaannya : Apakah manusia dapat berubah ? (Is it possible for someone to change ?). Jawabnya : Tentu dapat ! (Absolutely Yes!). Tentunya Kunci Jawaban itu HARUS disertai pula dengan adanya : Kebutuhan (needs) untuk berubah dan Keinginan (willingness) untuk berubah. Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana prosesnya ? Prosesnya adalah harus dilakukan setahap demi setahap (step by step), kemudian dengan melakukan pengulangan (repetition), baru pada akhirnya akan menjadi suatu kebiasaan (habit). Otak manusia terdiri dari 2 (dua) bagian, yaitu otak kanan dan otak kiri. Otak kiri menjalankan atau mengolah kemampuan berfikir logis, berhitung, daya nalar dan kemampuan verbal (berbicara) seseorang. Sedangkan otak kanan mengolah kemampuan motorik, sensorik, intuisi dan imajinasi.
Dalam kaitannya dengan inovasi diri, kita dituntut tidak hanya mengembangkan otak kiri saja, namun dibutuhkan keseimbangan antara pengembangan otak kiri dan otak kanan (keduanya) agar tercipta keharmonisan kerja dari kedua bagian otak tersebut sehingga akan menghasilkan perubahan yang mengagumkan.

Dalam melakukan inovasi diri ini ada 7 Pedoman yang perlu dilaksanakan dengan sebaik-baiknya:
1. Kembangkan Pengetahuan Yang Memadai Pendidikan formal jelas merupakan sumber informasi untuk basis pengetahuan. Namun yang lebih penting lagi, terus meneruslah melakukan penyerapan informasi yang berkaitan dengan pekerjaan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Tujuan utama pendidikan adalah memberikan kerangka berpikir (frame of reference) yang benar. Namun dalam mengembangkan basis pengetahuan yang memadai ini, berhati-hatilah agar anda tak dikatakan sebagai orang yang ‘Sok Pintar” bila anda membombardir orang-orang lain dengan pertanyaan- pertanyaan yang sulit untuk dijawab. 3
2. Perlihatkan Kemampuan Baru Salah satu taktik penting untuk dapat terus bertahan di lingkungan kerja dewasa ini adalah dengan terus menerus memperlihatkan kemampuan baru yang berkaitan dengan pekerjaan. Dengan memperlihatkan kemampuan baru kepada banyak orang maka akan mendatangkan keuntungan bagi diri sendiri karena orang akan sangat menghargai kemampuan tersebut dan menyadari bahwa untuk memperoleh kemampuan yang baru itu dibutuhkan kemauan yang kuat dan usaha yang keras.
3. Raihlah Kinerja Puncak Untuk meraih kinerja puncak (top performance), kita harus sungguh-sungguh memfokuskan diri pada apa yang sedang kita lakukan. Dibutuhkan konsentrasi yang “intens” untuk mencapai kondisi ini. Kita harus berkonsentrasi penuh tanpa memberi kesempatan sedikitpun untuk diganggu oleh kejadian ataupun pemikiran di luar konteks pekerjaan. Dengan focus dan konsentrasi memungkinkan seseorang untuk merasakan dan merespons informasi yang relevan, baik yang berasal dari dalam pikiran maupun dari stimuli luar. Jika kita berada dalam kondisi kinerja puncak kita membuat orang lain terkesan karena kita dapat merespons masukan (input) mereka dengan semestinya.
4. Berani Mengambil Resiko Berani mengambil resiko mencerminkan percaya diri yang tinggi. Namun demikian, seseorang tidak harus seberani “Pemain Sirkus” yang melompat dari ketinggian tanpa lebih dulu melakukan latihan. Ambillah resiko yang sepantasnya, seperti misalnya 34 menawarkan sebuah solusi jitu untuk suatu persoalan. Menawarkan suatu pemecahan masalah mengandung resiko karena ada 2 (dua) kemungkinan yang akan terjadi : Saran pemecahan tersebut diterima, tetapi gagal mencapai hasil yang diharapkan. Solusi tersebut ditolak, walaupun sebenarnya sangat efektif bagi pencapaian hasil yang diharapkan - karena tidak diberi kesempatan untuk membuktikan bahwa solusi itu tepat.
5. Bersikaplah Fleksibel dan Adaptif Orang-orang yang inovatif bisa beradaptasi terhadap perubahan yang bagaimanapun cepatnya. Sebaliknya, orang-orang yang tidak inovatif cenderung ingin mempertahankan “status quo”. Jika kita menunjukkan sikap siap sedia menerima perubahan berarti kita mempunyai sikap yang fleksibel dan adaptif dalam menghadapi berbagai situasi dan kondisi yang bagaimanapun. Dengan demikian kita mempunyai mental yang kokoh dan pribadi yang tidak pantang menyerah (barefisted personality). Perlu diketahui bahwa orang-orang yang tingkat profesionalismenya tinggi adalah orang- orang yang Daya Penyesuaian Diri (sense of adaptation) nya tinggi pula.
6. Meningkatkan Kualitas Diri Secara Berkesinambungan Menurut Filisofi Jepang “KAIZEN”: “Setiap orang SEHARUSNYA berusaha keras untuk melakukan PENINGKATAN secara bertahap dan berkesinambungan baik dalam kehidupan pribadi maupun pekerjaan”. Sehingga terjemahan bebas dari KAIZEN adalah : “Setiap Hari Dengan Segala Cara Saya Akan Menjadi Lebih Baik dan Lebih Baik Lagi”. Prinsipnya: TODAY MUST BE BETTER THAN YESTERDAY AND TOMORROW MUST BE BETTER THAN TODAY. Orang-orang yang berorientasi pada Peningkatan Mutu akan selalu mencari hal-hal yang buruk untuk diperbaiki dan ditingkatkan.
7. Mau Menerima Kritik Bagi sebagian besar orang, kritik merupakan kata- kata pedas yang acapkali dihindari dan enggan menerimanya. Bagi mereka, KRITIK merupakan KESALAHAN atau KEGAGALAN diri. Namun sebenarnya bila kita menyadari, memang tak ada pilihan bagi untuk menerima kenyataan bahwa: “Tidak ada manusia yang sempurna” dan “Tidak ada tindakan yang dilakukan yang selalu benar”. Bagi orang-orang yang inovatif, kritik merupakan masukan (feedback) yang sangat berarti bagi perbaikan dan peningkatan di masa depan, asalkan kritik tersebut bersifat obyektif dan memberikan kontribusi berupa saran-saran yang bersifat konstruktif, bukan kritik yang bersifat subyektif, tendensius dan sentimental yang hanya didasarkan pada ketidaksenangan pribadi (personal dislike) dari yang mengkritik tersebut. Dengan mau menerima kritik, berarti kita telah membangun Sensitifitas Pribadi dan Keterbukaan Diri bagi perbaikan- perbaikan di masa depan (future improvement).

MENYIKAPI KRITIK Apa yang akan Anda lakukan ketika seseorang mengkritik Anda di kantor? Setidaknya ada beberapa hal yang bisa Anda lakukan:
1. Jika kritik itu benar, konstruktif tidak destruktif dan Anda memang bertanggung jawab untuk itu, terimalah dan ucapkan terima kasih untuk kritik yang telah diberikan rekan kerja Anda.
2. Jika sebagian dari kritik itu benar, terima bagian yang benar tersebut, dan jelaskan bahwa sebagian lainnya tidak tepat.
3. Jika kritik itu ditujukan pada sesuatu yang bukan merupakan kesalahan Anda, tapi kesalahan salah seorang rekan di bagian Anda, bisa saja Anda menerima kritik tersebut dan menyampaikannya pada teman yang bertanggung jawab, atau Anda juga bisa bilang bahwa itu bukan kesalahan Anda.
4. Jika kritik itu salah atau sama sekali tidak tepat, katakan bahwa itu kritik tidak benar atau destruktif. Tidak perlu berdebat panjang lebar, jadi katakan bahwa kritik itu salah dengan tenang dan masuk akal.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar