[HR Management Framework]
Diagram HR
Management Framework menceritakan bahwa tercapainya sasaran organisasi
ditentukan oleh perilaku kerja insannya. Manajemen SDM menyelenggarakan 9
proses inti sehingga insan-insan organisasi merasa cukup puas dengan
pekerjaannya dan memiliki komitmen kerja yang memadai. Dari kepuasan dan
komitmen ini, diharapkan insan-insan tersebut memiliki moral yang baik,
produktifitas yang tinggi, tidak pernah absen dan tidak gampang mundur dari
tugas. Namun… manajemen juga perlu sadar bahwa insan yang memiliki kompetensi
yang cocok dengan tuntutan pekerjaan belum tentu bisa perform bekerja di dalam
pergaulan lingkungan organisasi.
[Proses Manajemen Talenta]
Disiplin
manajemen talenta juga patut dipertimbangkan dalam pemikiran tentang
organisasi, individu organisasi, serta dinamikanya. Manajemen talenta bermula
dengan pemahaman bahwa insan organisasi adalah tanggung jawab manajemen secara
keseluruhan, departemen HR adalah penyelenggara proses. Dalam pendapat penulis,
manajemen talenta adalah tentang pergumulan manajemen dalam membina insan
organisasi berdasarkan bakat, kemampuan, latar belakang, network dan minat
pribadi-nya, dalam rangka mencapai sasaran-sasaran organisasi. Manajemen
talenta mengenal istilah “talent pool” dan “acceleration pool” sebagai suatu
pengelompokan eksklusif insan-insan organisasi untuk dibina oleh manajemen.
Dalam hal ini manajemen talenta dapat dilihat sebagai suatu sistem kaderisasi
kepemimpinan organisasi dan/atau keahlian.
Knowledge Management
Sasaran yang
ingin dituju dengan Knowledge Management (KM) adalah peningkatan profitabilitas
melalui cost reduction dan revenue increase melalui pembelajaran organisasi
secara lebih cepat. Inisiatif-inisiatif dan proyek-proyek dengan tema KM
diadakan agar informasi, tips&tricks serta pengalaman yang tersimpan di
suatu tempat (lemari dokumen/hard-disk/ingatan pekerja) bisa diakses oleh
pekerja lain secara aman, efektif dan efisien sehingga pekerja tersebut dapat
menyelesaikan pekerjaannya lebih efektif dan lebih efisien.
Produk KM
adalah penyediaan sarana akses informasi yang aman, murah, gampang dan lancar
terhadap obyek informasi, keahlian dan kelompok se-penderitaan (baca:
information object, experts and communities of practice). Suatu produk KM bisa
dinyatakan berhasil apabila ‘laku’ dan bermanfaat; dipergunakan oleh banyak
insan dalam organisasi, oleh karenanya knowledge management organization
melibatkan keahlian sosiologi.
Bekerja di Era Ekonomi ini
[perubahan struktur organisasi dan paradigma bekerja]
Apabila anda
telusuri ingatan anda, anda akan menerima kewajaran bahwa di era 80-an kita
temukan banyak senior-senior yang menasehati junior-junior agar loyal terhadap
perusahaan dan/atau pemiliknya, agar nanti bisa disekolahkan ke luar negeri untuk
dapat gelar master, dapat rumah di kompleks perusahaan dan bisa berlibur di
villa perusahaan, sampai nanti kalau sudah pensiun bisa hidup tenang dan cukup
enak.
Di era
ekonomi ini, keniscayaan tadi sudah jadi suatu nostalgia yang bekasnya dapat
kita lihat di kehidupan pensiunan, kompleks perumahan perusahaan dan
villa-villanya. Insan yang pensiun di era ekonomi ini pada kenyataannya mencari
kegiatan/pekerjaan baru… kadang menjadi konsultan, komisaris, pemilik usaha
restoran, kebun dan sebagainya. Insan yang belum pensiun, saat ini berada dalam
kondisi polemik nostalgia bekerja era lalu… atau sadar betul bahwa ia harus
memupuk diri, berkarya sambil belajar dari hari kehari sehingga ia tetap kokoh
dan relevan dalam lingkungannya.
Namun
demikian insan profesional masih bertemu dengan polemik kompetisi dan
persahabatan di dalam organisasi. Tentang perkara ini, penulis menyarankan
insan profesional untuk berlomba-lomba dalam membuat kebaikan, menjauhi
perbuatan jahat, berlaku adil dan menolong insan yang membutuhkan pertolongan,
memurnikan niat secara berkelanjutan dan bersabar/tabah dalam menghadapi
celaan-celaan dalam pergaulan dan proses organisasi.
Ikhlas terhadap suratan hukum dan amanah
Dalam
kenyataannya, kita bertemu dengan insan organisasi yang mampu bekerja lebih
dari 8 jam sehari dan ada pula insan yang belum mampu. Kita juga bertemu insan
yang dapat menyelesaikan suatu pekerjaan 4 jam dan insan lain yang butuh 8 jam
untuk pekerjaan yang sama. Agar dapat adil tentang hal ini, bekerja sebaiknya
mengacu pada suatu akad kerja/job description/performance contract yang
disepakati oleh pekerja dan perusahaan. Berdasarkannya manajemen dapat
berdialog dalam membina insan yang kurang mampu dan juga mengapresiasi insan
yang lebih mampu. Selain itu, manajemen juga dapat membangun sistem organisasi
dan menjalankan proses-proses HR, KM, Manajemen Talenta… sehingga permasalahan
kurang dan lebihnya kemampuan insan organisasi dapat terfasilitasi sebelum
berdampak pada budaya organisasi dan motivasi.
Ketika si
Budi ditanya, maka ia jawab “Pak/Bu, upah saya kurang, jadi kalau malam saya
kerja di moonlighting.” atau “Pak/Bu, maaf, tiga bulan lalu saya tidak konsen
soalnya Ibu saya sedang sakit keras.”, atau “Pak/Bu, kemarin si Budi lembur 3
hari sehingga hari ini ia masuk rumah sakit karena kecapekan.”, atau “Pak/Bu,
si Wati yang paling cocok memimpin tim engineering.” atau “Pak/Bu, saya nggak
pede karena belum tahu banyak tentang pekerjaan tersebut” atau “Pak/Bu, saya
pilih resign daripada mengerjakan tugas itu”. Tentang keenam jawaban tadi,
manajemen juga perlu ingat bahwa setiap insan memiliki keterikatan dengan
kondisi finansial, sosial, fisik, influensial, intelektual dan juga
spiritual-nya.
Tata Kelola pencapaian Sasaran
Perdebatan
kerap kali terjadi ketika tata kelola/kebijakan/prosedur menghambat upaya-upaya
untuk mencapai sasaran, atau sebaliknya, fokus pada sasaran membuat insan dalam
organisasi kelabakan karena terjadi ketidakteraturan dalam berupaya. Polemik
terjadi dengan pembenaran bahwa “tercapainya sasaran akan lebih menjamin
bebasnya organisasi dari derita masa depan apabila dibandingkan dengan derita
yang harus ditanggung organisasi saat ini dalam berupaya mencapai sasaran” vs.
“keteraturan dalam berorganisasi harus ditegakkan, tercapainya sasaran tidak
akan dapat dipertahankan apabila terjadi kekacauan organisasi”.
Orientasi
tujuan sangatlah penting, karena tidak jelasnya tujuan dapat membuat kita
menjalankan disiplin pengelolaan tanpa substansi. Disiplin pengelolaan pun
penting karena tanpanya akan sulit untuk melakukan instrospeksi diri dan
kerjasama dalam mencapai tujuan. Karenanya sasaran dan tata kelola harus secara
bersamaan dan berkelanjutan diupayakan sehingga selaras, dan upaya ini
sepatutnya dimaknai sebagai investasi, bukan biaya.
“Karena
bukan biaya, investasi terbesarnya adalah kesabaran dan ketekunan, tapi apabila
organisasi kurang sempat/cukup sibuk mengurusi present untuk memastikan future,
mungkin perlu introspeksi tentang ‘keselarasan antara present dan future’, dan
‘proporsionalitas kapasitas + kapabilitas + kompetensi’.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar