Kini di era MEA 2015 war for talent antar organisasi telah menjadi kenyataan di depan mata kita. Kebutuhan unit kerja, organisasi dan kepesatan peningkatan perusahaan tidak diiringi ketersediaan penawaran profesional yang sepadan. Hal ini mengakibatkan perang talenta memanas hingga ke level tertinggi. Persaingan perekrutan dan pembajakan talenta profesional bahkan menghadirkan praktik perang talenta di luar batas logika akal sehat. The demands for talent for exceeds supply. Manajemen talenta, tak pelak merupakan salah satu isu prioritas yang paling membuat pusing para eksekutif puncak dewasa ini

Selasa, 19 Mei 2015

Perubahan konteks kepemimpinan

Tidak diragukan lagi, tantangan kepemimpinan saat ini berbeda jauh dengan yang dihadapi 20 tahun lalu, atau bahkan 10 tahun lalu. Meskipun tuntutan dunia usaha tetap sama, aturan permainan telah berubah. Pencarian tentang apa sebenarnya yang ‘dikerjakan’ oleh para pemimpin dan apa kunci sukses mereka membuat para akademisi dan manajer sama-sama sibuk. Semua organisasi harus menghadapi lingkungan bisnis yang semakin tak terduga. Perubahan ekonomi, sosial dan teknik berdampak pada organisasi dan perorangan. Persaingan global yang semakin ketat, keadaan ekonomi yang turun-naik dengan cepat, deregulasi pasar, teknologi yang melebar dan keadaan politik yang tidak terduga telah menciptakan lingkungan usaha yang tidak pasti. Akibatnya, hakikat kepemimpinan yang efektif serta tuntutan yang dibebankan kepada para pemimpin pun berubah. Pengelolaan kompleksitas, inovasi dan pengelolaan perubahan merupakan tuntutan masa kini. Sejalan dengan hal ini, struktur organisasi turut berubah. Ketika hirarki dan susunan kekuasaan formal tergeser oleh struktur organisasi yang lebih mendatar dan tim yang mengarahkan diri sendiri, kepemimpinan lama bergaya ‘perintah dan kendali’ menjadi tidak relevan lagi. Gaya berlandaskan pemberian kesempatan dan pemberdayaan, yang lebih bersifat saling mendukung ketimbang memerintah, kini semakin diminati. Pandangan bahwa pemimpin yang efektif memimpin dengan menggabungkan rasa takut dan rasa hormat, telah digantikan pandangan lain, yaitu gaya memimpin yang menggabungkan rasa hormat dan kerjasama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar