MASUKNYA GENERASI MUDA dalam angkatan
kerja di sebuah organisasi memang tidak bisa dihindarkan lagi. Demikian juga
halnya dengan Bank Central Asia Tbk. Berdasarkan data 2013, BCA memiliki
karyawan kurang lebih sekitar 19.000, dan mayoritas posisinya sudah mulai diisi
oleh generasi Y.
Hal ini diakui Hendra Tanumihardja, Chief Manager
Learning and Development Division Bank Central Asia Tbk, dalam kesempatan sharing
session di acara HR Meet and Talk PMSM (Perhimpunan
Manajemen Sumber Daya Manusia) Indonesia beberapa waktu lalu. Hendra
menjelaskan meski ada perlakuan khusus dalam mengelola Gen Y, namun ini tidak
boleh lepas dari desain besar program pengembangan yang ada di BCA. Yang jelas,
Hendra menegaskan, bahwa manajemen sangat komit untuk pengembangan karyawannya.
Secara fasilitas training, Hendra menyebutkan ada
beberapa kota-kota besar di Indonesia yang sudah memiliki tempat memadai
seperti yang ada di Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, Surabaya, Semarang, dan
Balikpapan. “Kebutuhan pengembangan di BCA ini begitu cepat, sehingga
kapasitasnya sudah tidak memenuhi lagi untuk mengakomodir semua aktivitas
pembelajaran di BCA. Di samping itu, BCA kini juga mengarah pada penerapan blended
learning, bahwa learningitu tidak hanya ada di kelas saja, tapi
banyak aktivitas learning di luar kelas, dan lebih banyak diarahkan ke learning
technology maupun dalam bentuk lain seperti on job training,
coaching danmentoring,” jelas Hendra.
Lebih jauh Hendra menuturkan untuk training
in-class-nya sendiri, BCA memiliki training roadmap atau
kelompok kompetensi, yakni pemetaan training berdasarkan jabatan yang disusun
dari hasil analisa kompetensi, kebutuhan perusahaan dan kondisi aktual di unit
kerja yang dibagi dalam dua kelompok besar, yakni hard competencies dan soft
sompetencies. Hard competenciessebagaimana di industri
perbankan, training BCA meliputi 4 (empat) hal; Basic Banking, Risk and
Control, Finance and Business, serta Relationship.
Sedangkan soft sompetencies lebih diarahkan pada bagaimana
karyawan BCA bisa memiliki 3 (tiga) kemampuan, yaitu Leading Yourself (memimpin
diri sendiri), Leading Others (memimpin orang lain), dan Leading
Organizations (memimpin organisasi).
Untuk menarik agar karyawan mau belajar, masih
menurut Hendra, BCA juga menampilkan katalog training yang bisa dilihat
di web corporate, sebagai contoh untuk requirement seorang
Kepala Operasi Cabang itu harus mengikuti training apa saja. Kemudian untuk
memberikan layanan yang lebih bagus, BCA juga memiliki semacam person in charge
dalam hal training yang disebut sebagai RM (relationship manager) yang
selain memiliki fungsi dan tugas utama sebagaimana struktural jabatannya, ia
juga memiliki tugas tambahan yakni satu orang RM bisa memegang beberapa divisi
atau beberapa unit kerja. Dengan adanya RM ini, jika ada kebutuhan training di
suatu region maka bisa langsung kontak ke RM yang bersangkutan, di mana untuk
selanjutnya RM akan berdiskusi secara internal dengan team untuk menggodok dan
merancang training sesuai yang telah diusulkan dari region.
“Khusus program trainingnya, kami memiliki program
dengan pendekatan secara holistik, dalam arti karyawan itu akan dikembangkan
tidak hanya sebagai employee untuk menjadi karyawan seutuhnya
di dalam organisasi, namun ia juga dilatih untuk menjadi team member yang baik,
kemudian juga bagaimana kehidupannya di tengah-tengah keluarganya, bagaimana
kehidupan secara sosialnya, serta bagaimana kehidupannya sebagai leader.
Karena itu, saat ini kami merancang program yang tidak lagi mengarah kepada
training-training yang sifatnya kompetensi saja,” terang Hendra.
Hendra pun menyebutkan salah satu training yang
cukup menarik adalah training work life balance, di mana training
dirancang khusus untuk karyawan yang akan memasuki masa pensiun (pra pensiun),
dan training ini tidak hanya diikuti oleh karyawan yang bersangkutan saja,
namun diikuti bersama-sama dengan pasangan hidupnya. Beberapa contoh
program work life balancelainnya adalah bagaimana mempersiapkan
karyawan sebagai orang tua melalui training mengenaihealth andparenting,
atau bagaimana karyawan mengelola perencanaa keuangan melalui trainingfinancial
planner.
Selain secara internal, BCA bekerja sama dengan
pihak eksternal untuk memperkuat program-program training seperti dengan
universitas-universitas terkemuka di tanah air, dan di luar negeri untuk
leadership program. BCA juga mengembangkan training khusus yang dinamakan
sebagai BCA Development Porgram (BDP) atau program semacam management
trainee di kebanyakan organisasi. Selain BDP, BCA juga membuka PPA
(Program Pendidikan Akuntansi BCA) dan PPI (Program Pendidikan Informatika), di
mana ini adalah program yang dirancanng oleh BCA untuk mempersiapkan SDM di
level staf di bidang akunting dan teknologi informasi. Serta tidak ketinggalan
adalah program yang cukup dikenal masyarakat, yakni kesempatan magang yang
diberikan kepada para lulusan SMA melalui program Program Bhakti BCA.
Hendra melanjutkan, konsep peta pengembangan SDM di
BCA, dimulai dari pertama seorang karyawan masuk ke BCA melalui induction
program, mencakup teknikal aspek, culture value,expandjob
assignment, dan tak kalah penting adalah bagaimana mengelola tacid
knowledge. Khusus knowledge management (KM) inisitiatif
dilakukan melalui cara pendokumentasian knowledge serta terus mengupdate skill
dan knowledge bagi setiap individidu melalui kegiatan-kegiatan CoP (Community
of Practice), forum, dialog, coaching, dan KM Center sebagai repository.
Khusus bagi individu yang sudah siap dipromosikan, ada program pengembangan
karir dan program key talent.
Dalam hal pengembangan kepemimpinan di BCA, Hendra
menjelaskan ada dua model. Pertama secara reguler dikembangkan
program-program yang terkait dengan isu-isu mengenai leadership,
mulai dari TNA (training needs analysist), design and
development-nya, delivery, hinggaevaluation. Kedua
adalah talent development, yang tahapannya dimulai dari Identify
Succession Needs, Examine Talent Capability Gap, Develop Talent Capability,
hingga Measure & Maintain. “Program-program ini dilakukan untuk
memastikan bahwa BCA memiliki kecukupan leader untuk memenuhi
kebutuhan bisnis di masa mendatang,” ujar Hendra.
Terkait pengelolaan KM, lanjut Hendra, BCA memiliki
dua strategi, pertama bagaimana fokus untuk mengelola people atau orangnya, dan
kedua bagaimana mendevelop repository-nya. Untuk orangnya dilakukan
melalui kegiatan CoP, di mana orang-orang bisa saling berbagi pengetahuan (knowledge
sharing) secara sukarela, tidak ada paksaan, dengan prinsip semua karyawan
duduk bersama untuk saling belajar. Sedangkan KM Center ini adalah repository yang
ada di internal website, berisi pembahasan melalui forum-forum CoP. Pada 2009
inisiatif ini dimulai dan responnya cukup bagus terlihat dari terus
meningkatnya jumlah CoP dan hingga 2014, BCA sudah memiliki 250 CoP di seluruh
Indonesia.
Hendra bercerita, menariknya topik yang jadi
bahasan tidak terkait dengan pekerjaan, tapioutputnya knowledge tentang
bekerja. Misalnya dalam sharing CoP itu dibahas bagaimana menjadi kreatif dalam
hal proses mengajar, sehingga outputnya adalah knowledge tentang bagaimana
mengajar. Di level management pun didatangkan CEO atau board level baik dari
dalam maupun luar organisasi. BCA juga konsen bahwa KM ini diarahkan kepada
inovasi.
Pada 2014 BCA meluncurkan Innovation Award yang
proses awalnya melalui CoP, di mana karyawan didorong untuk mengemukakan
ide-ide mereka dan dibicarakan secara informal di tingkat masing-masing CoP.
CoP kemudian menentukan ide-ide mana yang akan ditunjuk untuk mewakili CoP atau
unit kerja dan dipertandingkan ke level yang lebih tinggi. Tidak cuku mendorong
karyawannya untuk aktif berperan, para leadernya pun juga dituntut untuk
berkontribusi. Bahkan, khusus para leader level ini telah
dimasukkan ke dalam KPI (key performance indicator)-nya.
Dengan KPI ini, para leader diharapkan bisa
memberikan sumbangsihnya dalam hal pembelajaran, di mana ia bisa memilih untuk
menjadi trainer, bisa jadi mentor, jadi asesor, dan bisa menjadi inspirator,
yang mana kontribusinya dipatok setiap leader harus menyisihkan waktumnya
selama 10 jam dalam setahun. “Ini dilakukan dalam mengembangkan learning
culture, BCA terus komit dalam hal pembelajaran, BOD pun komit untuk
pengembangan people ini, dan salah satu bentuk komitmen itu kami saat ini
sedang membangun sebuah site yang cukup besar dan luas di Kawasan Sentul,
Bogor, Jawa Barat yang ditargetkan bisa operasi di Semester Kedua 2015 ini,”
kata Hendra.
Hendra menambahkan, untuk mengakomodasi kebutuhan
training Gen Y, BCA pun telah merancang beberapa program pembelajaran dengan
memanfaatkan teknologi. “Seperti misalnya game-game interaktif, dengan
ikon-ikon karakter yang fun, di mana ini adalah bentuk penyesuaian di mana
hampir 51% customer BCA adalah young generations, sehingga
pembelajaranya pun juga dirancang dan mengarah kepada kebutuhan Gen Y,” sebut
Hendra.
Hendra lantas meneruskan, “Maka lahirlah
program-program pembelajaran berupa; pertama yang tidah hanya berdasarkan print
book saja, tapi berkembang dalam bentuk visual, video, animasi dan
lain sebagainya. Kedua melalui program aplikasi, ini
dimaksudkan untuk mendorong minat belajar itu bisa menjadi habit di kalangan
karyawan muda. Dan ketiga, melalui social media yang
kini tengah berkembang pesat dan social media inipun harus
digunakan sebagai wadah pembelajaran. BCA pun menyiapkan beberapa solusi
training dengan memanfaatkan teknologi, seperti diantaranya: e-materi,
e-learning, video animasi, web base training, social learning, gamification
yang support di Android dan iPhone, serta belajar melalui video conference,”
tukas Hendra (*/@erkoes)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar