POSISI HR AKAN SEMAKIN KUAT sehingga
seorang Dave Ulrich, International HR Guru kelahiran Nevada,
Amerika Serikat ini pernah mengatakan bahwa pada tahun 2020, peran HR akan
sangat dominan dan nilai intelektual seseorang akan dinilai dengan sangat
tinggi dan itu layak dihargai dalam bentuk saham.
Statement inilah yang menjadi pembuka
Ihsanuddin Usman, GPHR, HRMP selaku VP PertaminaCorporate University dalam
acara HR Meet and Talk yang diselenggrakan oleh PMSM (Perhimpunan Manajemen
Sumber Daya Manusia) Indonesia yang berlangsung di Jakarta, 26 Februari 2015 dengan
mengambil tema “Corporate University dan Pemanfaatannya bagi
Peningkatan Kapabilitas SDM & Organisasi.”
Ihsan lantas menjelaskan bahwa Pertamina memiliki
bisnis dari upstream to downstream, yang kini positioning-nya
bukan lagi sebagai perusahaan migas, namun lebih luas lagi sebagai perusahaan
energi. Pertamina memiliki 18 anak perusahaan, 62 cucu perusahaan dan joint
venture, sehingga rentang Pertamina Corporate University (PCU) juga
mengakomodir kebutuhan akan anak dan cucu perusahaan ini.
PCU sendiri didirikan pada 7 Desember 2012, yang
dibuka secara resmi oleh Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yuhdhoyono, yang
berpesan bahwa PCU didirikan dengan semangat transformasi. Ihsan mengakui bahwa
inisiatif PCU memang berasal dari top manajemen bukan dari bottom-up. Ihsan
berujar, “Inilah yang menjadi kekuatan sebuah Corporate
University karena kalau prosesnya itu dari bawah, bukannya tidak bisa,
namun berdasarkan referensi prosesnya akan amat sangat sulit.”
Ihsan juga menjalaskan bahwa PCU dibangun dengan 3
fondasi. Pertama, bahwa suatu hari nanti, PCU bisa menjadi pride
of the country, karena industri energi umumnya dan migas khususnya adalah
perusahaan yang melibatkan high technology yang membutuhkan
tingkat kemampuan yang tinggi dan ini tidak bisa diperoleh dari proses
pembelajaran yang tidak terstruktur. Kedua, PCU akan menjadi desain
dari corporate, artinya ketika bicara mengenai teknologi maka itu terkait erat
dengan teknologi yang memang dibutuhkan oleh Pertamina. Kalau sekarang bisnis
Pertamina masih banyak yang ada di dalam negeri, ke depan Pertamina akan
menyasar pasar luar negeri dan PCU diharapkan bisa mendorong
kebutuhan-kebutuhan Pertamina untuk bisa mencapai target tersebut. Ketiga,
adalah Iconic, artinya bahwa dari SDM Pertamina mempunyai
kesempatan luas untuk bisa merekrut orang-orang terbaik di tanah air, dari sisi
finansial sangat solid, serta dalam artian leverage yang
sangat luas dari Sabang sampai Merauke, sehingga kalau Pertamina tidakiconic,
berarti Pertamina tidak bisa menjunjung amanah yang sudah diberikan.
Kemudian apa yang dikembangkan di PCU, masih
menurut Ihsan, tidak lepas pendekatan-pendekatan mengenai learning yang selama
ini memang sudah dikenal luas. Pertama, dalam pendekatan learning umumnya
dilakukan secara generalis, sehingga programnya pun terkesan ‘normatif’, yang
ujungnya dampak output terhadap bisnis susah untuk diukur. “Di PCU kami
mengembangkan kapabilitas SDM untuk bisa langsung menjawab kebutuhan bisnisnya
Pertamina,” kata Ihsan.
Pendekatan yang kedua kalau learning itu sebelumnya
lebih bersifat HR Driven, di mana tahapan inistiatifnya selalu
datang dari HR division, kemudian HR membaca bisnis, baru HR
memberikan solusinya. DI PCU, lanjut Ihsan, business leader harus
mau mengambil peran yang sangat signifikan.
“Pendekatan ketiga tentang learning yang
sebelumnya lebih banyak belajar di kelas, di PCU kami dobrak pakem tersebut
dengan mencoba menerapklan konsep yang banyak didengung-dengungkan
sebagai blended learning, 70:20:10, di mana 70% itu on the
job, 20% interaksi dan 10% itu melaluiclassroom,” tutur Ihsan sambil
ia buka kartu bahwa tahun ini bujet learning mengalami pemangkasan sebesar 48%
dengan alasan oil price.
Namun demikian, kondisi ini menurut Ihsan malah
mendatangkan berkah tersendiri, karena dia bisa mendorong pembelajaran justru
dilakukan lebih banyak di luar kelas. Pendekatan berikutnya mengenai learning
adalah penggunaan teknologi yang sudut pandangnya jangan hanya dilihat sebagai
penggunaan komputer saja, namun pendekatan teknologi secara luas.
Ihsan juga menjelaskan di 2013 PCU mengambil
inisiatif dengan menjadi masing-masing direktur di Pertamina sebagai ‘Dean’ di
PCU. “Dari mereka para tol level manajemen ini kita tanyakan banyak why dan
didapatkan jawaban yang di banyak critical issue itu kembali lagi terkait
denganpeople dan di area itu PCU bisa melakukan intervensi. BOD-lah
yang memerintahkan kepada PCU, kira-kira arah yang mau dituju itu ke mana, dan
program-programnya seperti apa dan bagaimana program itu ter-deliver dengan
baik,” imbuh Ihsan sambil menyebutkan semua inisiatif di PCU harus link
dengan HR system.
Untuk memastikan akselerasi transformasi di PCU
bisa lebih cepat, Ihsan menjelaskan pihaknya menggandeng berbagai universitas
terkemuka di dalam dan luar negeri. Governance di PCU sendiri, selain ‘Dean’nya
diambil dari para BOD Pertamina, kemudian menjadi CEO sekaligus sebagau
Rektornya, PCU masih diperkuat dengan Advisory Council yang beranggotakan
nama-nama yang terkemuka, seperti Rhenald Kasali, Anies Baswedan dan beberapa
nama-nama lainnya.
“Tahun ini nama-nama tersebut akan kami review
karena seperti Pak Anies Baswedan karena kesibukan beliau sebagai menteri tidak
memungkinkan lagi, di samping kontraknya memang akan habis pada tahun ini.
Advisory Council ini memiliki peran sebagai spion bagi PCU agar bisa melihat
environment di luar itu seperti apa, dan peran kedua mereka sebagai hub untuk
bisa menghubungkan dengan environment itu sendiri,” jelas Ihsan sambil
menjelaskan bahwa strategi itu bukan di tempat PCU, tapi di-define langsung
oleh BOD atau top manajemen, namun bagaimana desain itu kemudian diekesekusi,
inilah peran dari PCU yang didukung oleh VP, SPV serta para managers yang
sebenarnya menjadi motor penggeraknya.
Sebagai salah satu delivery channel, di
tahapan pertama, Ihsan kembali menjelaskan bahwa di Pertamina saat ini ada
45 skill group, atau kalau dulu lebih dikenal sebagai job
family, yang tahun ini telah disepakati untuk disederhanakan menjadi 15
skill group, dan statusnya saat ini masin on progress. “Ini yang
pertama kali dilakukan dan kalau ada 45 skill group, itu artinya ada 45 program
pelatihan yang harus didesain di masing-masing skill group, ini
belum termasuk ada beberapa program yang lintas group, seperti enterprise
risk management. Penyederhanaan skill group sendiri selain untuk membuat
fleksibel juga didapati sekarang sudah banyak orang terbiasa dengan multi
tasking. Tahapan selanjutnya kemudian dibuatkan e-katalog yang menjadi acuan
delivery program selama setahun,” imbuhnya.
Ihsan ingin menggarisbawahi bahwa
perhatian manajemen untuk pengembangan di Pertamina ini cukup tinggi.
“Kalau ada sesorang tidak ikut training, surat pernyataan tidak mengikuti
training itu harus disampaikan ke VP dan di-approve oleh direktur. Anda bisa
bayangkan bagaimana sulitnya prosedur yang harus dilewati oleh seseorang kalau
ia tidak ikut mendorong prgram pengembangan kapabilitas SDM di organisasi,”
tuturnya lagi.
Dari skill group yang ada, Ihsan
meneruskan tahapan berikutnya adalah melakukan competency mapping yang
ini dilakukan di divisi HR Strategy. Pihaknya sendiri, lanjut Ihsan PCU
kebagian tugas untuk membuat kurikulum learning dan
sertifikasinya. “Inilah yang menjelaskan bahwa PCU tidak bisa membuat program
secara ujug-ujug, dia harus melihat dari hulunya itu seperti apa, baru kemudian
program bisa dirancang. Hal ini dilakukan untuk memastikan setiap program
memiliki link dengan HR Strategy yang tengah dijalankan dan diharapkan dari
program-program learning tersebut akan memunculkan inovasi-inovasi yang lebih
baru, jangan sampai keasyikan belajar tapi bisnisnya tidak berubah,” katanya.
Di akhir presentasinya Ihsan menunjukkan 3
fasilitas utama yang ada di PCU. Pertama adalah kampus pusat PCU yang ada di
Kawasan Simprug, Jakarta Selatan, dengan fasilitas lapangan outdoor dan indoor
yang nyaman, serta penginapan yng asri. Fasilitas kedua adalah Maritime
Learning Centre yang ada di Pulogadung, Jakarta Utara di mana tahun
2014 kemarin, di tempat ini telah menjalankan program yang pesertanya mencapai
60.000 orang dan ini banyak berasal dari negara-negara lain. Sertifikasi yang
diberikan oleh Pertamina Maritime Learning Centre ini menurut
Ihsan adalah salah satu yang terbaik di dunia, sehingga dijadikan referensi oleh
para pelaku bisnis transportasi, dan pemilik kapal yang mengirimkan crew-nya
untuk dididik dan dilatih.
“Terakhir kami juga memiliki Health, Safety
& Environmental Training Center yang ada di Palembang, Sumatera
Selatan, dan ini juga merupakan yang terbaik di Indonesia, di mana tahun lalu
kami memfasilitasi kegiatan Indonesia Fire & Rescue
Competition dan para juri internasional memberikan apresiasi yang baik
dan mengatakan minimal 5 tahun sekali kegiatan kompetisi bisa diadakan di
tempat kami ini,” imbuh Ihsan setengah berjualan dan mengajak kepada semua
pihak untuk bisa memanfaatkan semua fasilitas yang dimiliki PCU ini. Ihsan pun
buru-buru menambahkan soal biaya tidak perlu dikhawatirkan, karena pihaknya
tidak benar-benar menjadikan PCU sebagai profit oriented.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar