Kini di era MEA 2015 war for talent antar organisasi telah menjadi kenyataan di depan mata kita. Kebutuhan unit kerja, organisasi dan kepesatan peningkatan perusahaan tidak diiringi ketersediaan penawaran profesional yang sepadan. Hal ini mengakibatkan perang talenta memanas hingga ke level tertinggi. Persaingan perekrutan dan pembajakan talenta profesional bahkan menghadirkan praktik perang talenta di luar batas logika akal sehat. The demands for talent for exceeds supply. Manajemen talenta, tak pelak merupakan salah satu isu prioritas yang paling membuat pusing para eksekutif puncak dewasa ini

Minggu, 15 November 2015

“Talent adalah hal yang sangat critical bagi perusahaan untuk terus bertumbuh, bersaing dengan kompetitor baik itu secara global maupun lokal,” ungkap Hora Tjitra, Executive Director of Tjitra & Associates.
Fungsi HRD berkaitan dengan Learning, Training and Development (LTD) telah mengalami revolusi dari tahun ke tahun. Pada tahun 90-an, peran LTD lebih pada urusan administratif seperti menganalisa training apa yang dibutuhkan, mencari konsultan dan urusan administratif seperti membuat surat atau memesan hotel. Pada tahun 2000-an, seperti yang dilihat dari tren yang berjalan di Amerika, peranannya adalah untuk menganalis adanya gap yang terjadi antara karyawan yang ditraining dengan pengetahuan yang dimiliki perusahaan. Tujuannya adalah untuk melihat perkembangan yang telah dicapai oleh talent-nya melalui program LTD.
Sedangkan pada tahun 2004, HRD dalam LTD dikatakan sebagai Workplace Manager yang berperan melakukan pendekatan untuk memadukan fungsi learning dengan intervensi lainnya untuk memajukan performa organisasi dan individual.

Dalam sebuah perusahaan, kadang LTD tidak dianggap sebagai sesuatu yang krusial karena mereka tidak mendeteksi adanya masalah dalam tubuh perusahaan. Padahal, belajar adalah proses yang berkelanjutan dan wajib bagi talent untuk self-development. Untuk itulah, peran leader sangat penting dalam mendorong adanya LTD tersebut.
Menurut Hora, terdapat dua hal yang dapat dilakukan oleh seorang pemimpin, terutama pimpinan top level.
“Peran leader yang utama ada dua, yang pertama adalah menyediakan support berupa fasilitas, dan kedua, memposisikan diri sebagai coach atau teacher bagi para staffnya. Keduanya harus bersinergi untuk mencapai hasil yang optimal,” ungkapnya.
Apabila seorang leader hanya memberikan support berupa budget dan fasilitas, tanpa mau terlibat dalam proses LTD, maka dampak yang mungkin timbul adalah terbentuknya spoiled child, atau proses LTD yang buruk padahal sangat costly. Berbeda apabila si leader ikut terlibat, sedangkan dana kurang. Mungkin akan ada beberapa hambatan berkaitan dengan fasilitas, tapi proses LTD bisa jadi berjalan baik hasil dari profesionalitas team di dalamnya.


Uang bukanlah satu-satunya driver untuk LTD yang optimal, tetapi hasil yang baik disebabkan oleh skill, pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh praktisi-praktisi LTD tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar